Happy Reading
Maaf Typo
______________________Dia Yang Tak Dikenal
______________________Seakan tak habis pikir, lelaki itu hanya bolak-balik di sekitaran dapur. Dan karena hal itu juga membuat sang ibu empat anak ini pusing melihat anak keduanya mondar-mandir tidak jelas sebab-akibatnya. Perempuan paruh baya itu mencoba untuk tak acuh terhadap kelakuan tidak jelas anaknya itu. Dia lebih memilih mengiris daun bawang ketimbang memperhatikan gerak gerik anak bujangnya itu.
Karena lelah, lelaki yang mondar-mandir itu akhirnya duduk. Menunduk kemudian memijat hidung mancung nya sebab lelah.
"Bagaimana bisa si brengsek itu kakak ku sediri?" ucapnya lirih.
Dan itu menyentak hati wanita paruh baya yang mengiris daun bawang. Anak pertamanya memang lah brengsek. Tapi apa maksud perkataan anak keduanya itu? Apakah anak sulungnya menyakiti orang terdekat anak keduanya. Tapi bagaimana bisa se kebetulan itu. Kejadian ini benar-benar diluar kendali nya dan inilah takdir Tuhan yang tak pernah wanita paruh baya itu pikirkan. Mendapatkan seorang cucu lebih awal, tanpa memiliki menantu dari anak pertama. Bahkan pertunangan yang akan segera diresmikan batal karena kenyataan yang membuatnya tidak mengerti lagi kondisi apa yang tengah dihadapi oleh keluarganya. Kejadian yang begitu mendadak. Dan sekarang anak keduanya berbicara bahwa orang terdekat lelaki itu yang disakiti putra sulungnya.
Bermain dengan pikirannya sendiri, hingga dia tak menyadari bahwa pisau itu hampir saja menyayat kalau saja suara berat yang berasal dari anaknya tak meneriakkan namanya.
"Ma!" Pisau itu jatuh begitu saja di atas lantai dapur. Teriakan itu begitu mengagetkan Desi yang tengah asik dengan pikirannya.
"Mama tidak apa-apa?" tanya nya. Wajah khawatir itu begitu ketara di mata sang Mama. Memunculkan sebuah senyuman ringan yang cukup menghilangkan beban yang seakan menghimpit dirinya.
"Mama tidak apa-apa kok, kamu tenang aja."
"Tapi aku lihat, Mama seperti banyak pikiran. Mama sampai tidak menyadari kalau Mama sedang mengiris. Untung saja aku melihat jika tidak mungkin sekarang tangan Mama berdarah."
"Kamu berlebihan, Rik." balas Desi menatap anaknya. "Mama beruntung punya anak seperti kamu, kamu paling perhatian dibandingkan yang lain." Erik hanya tersenyum puas mendengar penuturan sang Mama. Ia akui memang kakak dan adiknya itu menuruni sifat Ayahnya yang tampak kurang peduli, dan sombong. Sifat keras keduanya juga turun dari Sang Ayah, hanya dia dan adik paling bungsunya yang mengikuti jejak Mamanya.
Pandangan Erik bermain-main mengamati seluruh ruangan itu. Sampai dia akhirnya memutuskan untuk mengatakan suatu hal yang menjadi beban di pikirannya selama kepulangannya ke rumah. Di tatapnya intens wanita paruh baya yang sedang sibuk menata makanan ke atas meja makan. Dirinya menunggu tatapan mata sang Mama jatuh pada dirinya. Lima belas menit lamanya, ia mendapatkan atensi dari Sang Mama. Dengan kening berkerut, wanita paruh baya itu memberikan isyarat.
"Duduk dulu, Ma!"
Desi menuruti perkataan anak keduanya.
"Ada apa? Kamu kenapa dari tadi ngeliatin Mama seperti itu dari tadi?" tanya Desi penasaran.
Dengan ragu Erik mengajukan pertanyaan yang mungkin akan menimbulkan pertanyaan lagi. "Apa Mama yakin dia benar-benar cucu, Mama?"
Kening itu kembali berkerut, "Maksud kamu apa, Nak?"
"Ehm, begini Ma.. Bisa jadi dia bukan anak Kak Roy mungkin saja dia anak orang lain–"
"ERIK!" Teriak sang Mama, diikuti geraman yang terdengar hingga ke gendang telinga lelaki itu. Nafasnya ikut memburu jelas karena wanita paruh baya itu baru kali ini merasakan amarah luar biasa pada anak kebanggaan nya. "Tidak sepantasnya kamu berbicara seperti itu, dia keponakan kamu, dia anak kakak kamu, kamu harus tau itu! Dan itu kenyataan yang harus keluarga kita terima, Nak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yang Tak Dikenal | Selesai
Chick-LitAku tak mengingat siapapun dia, tapi yang kuingat sekarang adalah aku bahagia karena dapat memiliki sosok yang akan menemaniku seumur hidup. Started : Thursday, March 1st 2018 Finished : Monday, December 31th 2018