Bagian Dua Puluh Lima

13.9K 1.1K 159
                                    

Happy Reading
Maaf Typo
______________________

Dia Yang Tak Dikenal
______________________

Setelah mengantar dokter -yang memeriksa anaknya- ke depan rumahnya, Roy kembali masuk kedalam rumahnya. Lalu ia menyuruh pembantunya mengambilkan makanan untuk anaknya. Segera lelaki itu bergegas masuk ke ruangan yang berisi anaknya yang tengah berbaring.

Ditatapnya lekat malaikat kecil yang selama ini mampu hidup tanpa dirinya. Dia duduk di atas ranjang Ocha. Mengusap perlahan kening yang basah akibat keringat yang dikeluarkan. Mengusap nya lagi dan lagi sampai dia ketagihan dan merasakan rasa aneh yang menghinggapi rongga dadanya. Rasa yang sama saat pertama melihat anaknya, mengakui anaknya juga bersama dengan anaknya.

Setelah menunggu lama dokter keluar dari kamar anaknya, akhirnya lelaki berjas putih itu keluar.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya sopan seraya menatap lekat dokter dihadapannya.

"Anak mengalami demam, tapi Anda tenang saja sekarang demam sudah mulai turun. Terus pantau perkembangan anak Anda dan juga perhatikan pola makan si kecil. Saya sudah tuliskan resep obat untuk anak Anda, Anda bisa menebusnya di apotik."

Roy mendesah lega. Walau sempat mengalami fase dimana jantungnya berdebar amat kencang saat tau anaknya seperti orang mati saat itu. Dan otaknya serasa buntung tatkala mendapati kening panas anaknya, yang ia lakukan berteriak dan memanggil pembantunya agar segera menelpon dokter.

Rasanya amat sangat senang saat dia melihat sesosok malaikat kecil yang wajahnya menjiplak seluruh wajahnya. Kepala lelaki itu menunduk mencium puncak kepala anaknya yang tengah memejamkan kepalanya.

Setelah beberapa menit lamanya, mata kecil itu terbuka perlahan menatap lurus apa yang ada dihadapannya. Membuat roy yang sibuk membenahi letak selimut anaknya, menujukan matanya pada wajah anaknya yang tampak begitu polos, tapi tak begitu lama mata kecil itu mengeluarkan air matanya dan memanggil bunda.

Seketika Roy tersadar akan keinginan anaknya, yang merupakan niatan dia menghampiri anak kecil itu.

"Cup ... Cup ... Sayang ... Jangan menangis, Nak!" Roy tampak kesusahan menenangkan anaknya. Karena ini pertama kalinya ia menghadapi hal ini, waktu dia melihat kedua adik perempuannya menangis pun yang menangani ibunya sedangkan saat ini ibunya masih harus istirahat, tidak baik jika dia harus mengurus cucunya yang seharusnya merupakan tugasnya sebagai ayah dari anak kandungnya.

Tapi bukannya merasa, tangis itu menjadi tiap kali anaknya membayangkan wajah sang bunda yang selama lima belas hari ini melayang di pikirannya. Yang Ocha rasakan saat ini adalah rasa rindu yang teramat pada sesosok wanita tangguh yang menemani kehidupannya selama ini. Ocha tentu saja tak pernah membayangkan hidup seperti ini, jauh dari Bunda dan juga tante kecilnya.

"Ndaa ... Ndaa ... "
Ya Tuhan bahkan bagi kali ini dia mendengar anaknya merengek padanya. Beginikah rasanya. Di satu sisi dia senang karena anaknya sedang bermanja dengan dia walau sedang sakit tetapi di satu sisi dia merasa agak tak suka dengan apa yang menjadi rengekan anaknya.

Yah, menurutnya yang paling sulit baginya saat ini adalah berusaha untuk menjumpai ibu dari anaknya itu, sekaligus melamar wanita terbeut untuk dijadikan istrinya. Karena tengu saja akan sangat sulit jika ia sudah memberitahukan kondisi anak mereka lalu melamar wanita itu, yang ada dia tidak selamat. Masa bodo dengan Alle, yang jadi masalah sekarang adalah Mamanya. Karena mamanya mungkin saja akan mengamuk saat tahu cucunya sakit.

"Ada Papa, Sayang ... Papa disini!" lalu segera ia peluk anaknya sambil ikut berbaring di ranjang yang sama dengan putri. Membawa anak gadisnya ke dalam dadanya dan menepuk pelan punggung kecil itu.

Dia Yang Tak Dikenal | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang