Happy Reading
Maaf Typo bertebaran_________________________
Dia Yang Tak Dikenal
_________________________
Pagi yang indah ini, aku kedatangan tamu yang bisa dibilang datang tanpa diundang. Dan kulihat Erik menenteng sebuah kardus. Dia benar-benar membawa apa yang kemarin diucapkan, aku merasa tak enak dengannya.
Dia sampai dihadapanku, tersenyum ke arahku lalu menjatuhkan kardus itu dilantai.
"Kamu mau berangkat kerja?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk. "Kamu ngapain kesini? Itu apa?" aku menunjuk kardus yang tergeletak dilantai rumahku. Dia mendecak kesal, dia tau bahwa aku mengetahui isi kardus itu karena di kardus itu sudah tercantum nama dan gambar. Aku hanya berpura-pura tidak tahu.
"Dasar! Kamu bisa lihat 'kan itu apa?" dia berkacak pinggang, menatapku dengan mata malas.
"Tapi aku gak ngerasa beli itu nih?" aku menggaruk tengkuk leher yang sebenarnya tidak gatal.
"Ck! Cerewet kamu, Alle. Mana aku gak disuruh masuk lagi!"
"Eh?! Iya-iya... Masuk dulu, Rik." aku mempersilahkan Erik masuk ke dalam rumah dengan dia yang menenteng kardus itu.
Aku menyusulnya di belakang tubuhnya. Lalu pergi ke dapur setelah melihat Erik duduk di ruang tamu rumahku. Aku membuatkannya teh manis seperti biasa. Saat aku keluar kulihat ia srdang berjalan-jalan di sekitar kamar ku dan anakku.
"Ngapain Rik?" tanya ku. Kulihat punggungnya menegang seperti orang yang ketahuan mencuri.
Di berbalik ke arahku dengan kedua tangan memegang sebuah kipas angin. "Nyari stopkontak, kamu kok gak ada di kamar ini?"
Aku menggeleng lalu pergi ke ruang tamu kecilku. "Adanya cuma disini. Cuma satu dirumah ku mah," aku meletakkan teh diatas karpet.
"Diminum dulu, Rik." ujarku. Dia sudah kembali lagi dengan kipas angin yang dipegangnya.
"Kalo nambah stopkontak lagi mau gak, di kamar satu. Buat nyalain kipas angin, kasian Tina kemaren kepanasan."
"Enggak perlu deh. Biaya listrik mahal Rik, buat makan aja susah ini mau nambah tegangan." memang benar 'kan?
Makan dua kali sehari saja sudah bersyukur banget aku, apalagi liat anak-anak kenyang bahagia aku. Ini mau nambah biaya, ya jelas aku nolak bisa-bisa enggak makan anak-anakku. Mau dikasih apa anak-anakku kalo mereka enggak makan, aku takut kejadian dulu terulang. Aku gak pengen yang aneh-aneh, cukup kayak gini aja, gausah ada barang elektronik aku sama anak-anak bisa hidup, palingan lampu sama ponsel cukup untukku.
"Heh! Melamun aja, kesambet ntar..,," aku tersentak lalu mengeleng-gelengkan kepala. "Yaudah kalo gak mau, enggak maksa aku, jadi kipasnya taruh disini aja, ya." putus Erik.
Aku kembali menggeleng, "aku gak berhak atas kipas itu, aku gak pernah beli kipas itu, jadi kamu bawa pulang aja kipasnya." ujarku. "Diminum sih, teh nya. Dingin nanti."
Aku pergi meninggalkan Erik sendiri di ruang tamu, niat hati ingin mengajak Ocha bangkit dari kasurnya, tapi putri mungilku ini tidak inhin meninggalkan kasurnya. "Ocha ayo bangun sayang... Jangan kayak gini ya,, 'kan Ocha udah mandi, udah cantik masa tidur-tiduran nanti jelek loh..." ujarku mengelus rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yang Tak Dikenal | Selesai
ChickLitAku tak mengingat siapapun dia, tapi yang kuingat sekarang adalah aku bahagia karena dapat memiliki sosok yang akan menemaniku seumur hidup. Started : Thursday, March 1st 2018 Finished : Monday, December 31th 2018