Bagian Delapan Belas

15.2K 1.3K 261
                                    

Marilah siapkan hati, jiwa dan perasaan. Baca basmallah dulu, biar aman😁😂. Tiati, bisa sakit hati akut baca part ini. Semoga dapet feel nya. Maaf klo aneh yes😂.

Happy Reading
Typo bertebaran
_________________________

Dia Yang Tak Dikenal
_________________________

Aku mencoba untuk menahan laju derasnya air mata ini. Padahal kan masih ada empat belas jam sebelum pukul sepuluh pagi besok. Dan kini aku dengan sok kuatnya membereskan semua baju Ocha. Aku tak tahu apa yang aku lakukan ini sudah tepat dengan isi hatiku. Aku masih merasa ragu, tapi, semua ini demi anakku. Jika aku egois aku takkan bisa melihat Ocha bahagia.

Keadaan rumah juga sangat sepi. Mungkin karena anak-anak sudah tidur dan aku sibuk mengemasi barang-barang. Aku mendapati sebuah baju lusuh yang mungkin masih terlihat layak untuk kami tapi tidak untuk keluarga lelaki itu. Mungkin setelah melihat semua baju milik Ocha, mereka akan membuang ataupun membakar baju-baju lusuh ini. Dan memikirkan itu membuat sudut mataku terbasahi air mata. Menderai luka yang terasa menganga.

Memori-memori ku bersama Ocha kembali terlintas, bagaimana aku berjuang mati-matian untuk memenuhi kebutuhan kami bertiga, dimana aku harus berusaha membuat Ocha memahami, bagaimana bahagianya kami bermain bersama, memakan makanan yang seadanya dengan rasa nikmat luar biasa, membuatku semakin sesak dan tak rela melepaskan anakku. Tapi inilah akhirnya, aku harus memberikan Ocha pada Dia, karena aku tahu dia pasti bisa, sedang dia sudah punya seorang istri yang jauh lebih berpengalaman dari aku.

Kini, aku harus bersiap untuk ikhlas dan menerima semua ini. Kulapalkan waktu dia menjemput anakku, seolah lapalan itu adalah bom waktuku, yang jika waktunya tiba maka akan menghancurkanku dalam seketika.

Aku rasanya ingin berhenti untuk terus memasukkan baju anakku dalam sebuah tas. Lengan ini terasa tak mampu lagi, ini terasa berat untuk kulalui.

Tuhan ... perih ... aku tak sanggup lagi jika harus melepaskan dan mengikhlaskan anakku sendiri ... tapi ... tapi aku sendiri terlalu egois jika tetap menginginkan anakku bersamaku.

Mungkin ini, mungkin ini yang terbaik.

*****

Padahal matahari belum menampakkan cahayanya, aku bangun. Tidurku tidak resah dan tidak nyenyak, karena aku selalu memikirkannya. Kuusap pelipisku perlahan, membenarkan jilbab yang ku pakai lalu menuju dapur kecil milikku. Mengeluarkan air putih dari teko ke dalam gelas. Meminumi hingga tandas tak tersisa.

Dan dengan kepala yang berat, aku duduk di kursi meja makan ku lalu melipat tangan diatas meja dan menjatuhkan kepalaku, keatas lengan. Aku kembali tertidur walau sebentar saja.

Setelah sholat subuh, aku berdoa memohon pada sang Pencipta agar aku kuat menghadapi kenyataan ini dan berusaha ikhlas menjalani hidup yang mungkin akan terasa mati bagiku. Dan inilah dia terberatku, bahwa aku berdoa untuk Ocha, agar anakku bisa sembuh dan meraih kesuksesan di depan matanya. Juga agar dia nyaman dengan lingkungan baru dan bisa diterima dengan lapang oleh keluarga laki-laki itu. Karena aku tak ingin kesedihan meliputi anakku, tak ingin dia terkucilkan di rumah keluarga barunya.

Lalu, aku melipat mukena, setelah memanjatkan doa kepada Tuhan.

"Mba Al?"

Aku membenarkan jilbab, berjalan menuju anak kecil yang memanggil ku.

"Iya, kenapa Dek?" tanyaku, menatapnya, lalu menyamai tinggi kami.

Dia Yang Tak Dikenal | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang