Thanks a lot!!
Warning! Sedikit dialog!
Happy Reading
Maaf Typo____________________________
Dia Yang Tak Dikenal
____________________________Aku berjalan kembali kearahnya. Dengan mata yang cukup sembab. Dia tersenyum dan aku bisa tahu kalau itu senyum kemenangan nya.
Dalam hati aku justru merasakan sakit yang teramat dalam. Apalagi melihat senyum itu, yang berarti aku harus rela melepas Ocha. Anakku padanya.
Aku terus berjalan tanpa ingin berlama-lama melihat senyum yang terpasang selalu. Meskipun jujur dalam hatiku ini senyum pertama yang dia tunjukan padaku.
"Bagaimana? Kau mendapatkannya, bukan? Mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" tanyanya dengan nada yang cukup menjengkelkan. Aku hanya menatapnya malas. Lalu kembali melanjutkan perjalanan untuk segera meninggalkan daerah ini. Dan mencari daerah baru.
Dia menyamai langkah kami. Menggendong Tina tanpa pemberitahuan membuat gadis kecil itu memekik ketakutan dan hal itu sontak membuatku marah.
"Dia takut pada Anda, turunkan Tina sekarang."
"Jangan perintahkan saya sesuka hati. Saya tak suka diperintah orang."
"Sudahlah. Jangan mengajak saya berdebat, turunkan saja adikku itu."
"Papi nya Sisil, tolong turunin Tina ya. Tina takut om." gadis itu memelas.
Ah, aku bahkan melupakan hal itu. Bahwa lelaki yang di samping ku yang kini sedang menggendong Tina memiliki seorang istri juga anak.
Mungkin karena masalah hari ini yang cukup berat membuatku lupa bahwa dia memiliki seseorang yang sah dimata hukum juga agama.
"Baiklah." akhirnya lelaki itu menyerah menurunkan Tina, lalu kedua tangannya menuju padaku yang tengah menggendong Ocha.
"Ada apa?" tanyaku saat melihatnya masih senantiasa menggantung tangannya.
Kurasakan gerakan kepala memutar di dadaku. Kulihat Ocha tengah menatap dia, mungkin anakku merasa aneh dengan tangan Roy yang membentang itu.
"Anda terlihat lelah. Sebaiknya Ocha bersama saya, sekaligus membiasakan dia bersama saya." angkuh. Nadanya terdengar angkuh dan itu membuatku jengkel terhadapnya.
Aku menyerahkan Ocha begitu saja. Karena terlalu malas untuk berdebat sedang, hari sudah ingin beranjak malam, aku harus bergegas pergi mencari tempat untuk berlindung.
Dia menggendong anakku dengan baik, mungkin ini faktor karena dia sudah pernah menggendong anak kecil.
Dan kini aku tak tahu bagaimana harus bersikap seperti apalagi jika aku saja sudah berjanji memberikan Ocha padanya.
****
Dia memesan kan kamar untuk bermalam hari ini. Dia di kamar yang berbeda dari aku, Tina dan Ocha. Dan paginya, aku dengan terburu pergi meninggalkan kamar hotel itu, tentunya dengan membawa Tina dan Ocha di gendonganku. Perlahan tapi pasti aku memantapkan diri untuk pergi, benar-benar pergi dari lingkup kehidupannya.
Katakanlah bahwa aku seorang yang ingkar dengan ucapannya. Tapi aku melakukan ini demi selalu bisa bersama Ocha. Aku tak rela melepaskan dia. Sungguh, hati kecilku selalu tak rela jika aku kehilangan dia. Benar kata orang hubungan ibu dan anak itu sangatlah erat, buktinya aku tak ingin berpisah dari anakku sendiri. Juga kalian bisa mengatakan bahwa aku adalah orang yang paling egois dalam cerita hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Yang Tak Dikenal | Selesai
ЧиклитAku tak mengingat siapapun dia, tapi yang kuingat sekarang adalah aku bahagia karena dapat memiliki sosok yang akan menemaniku seumur hidup. Started : Thursday, March 1st 2018 Finished : Monday, December 31th 2018