(6)

3.3K 117 0
                                    

Semester 4, minggu kedua. Dari awal semester sampai sekarang, perkuliahan Aurine di kategorikan bukan seperti para mahasiswa/mahasiswi pada umumnya. Sebab banyak mata kuliah dapat Aurine selesaikan kurun waktu cepat.

Aurine pintar; semua berkat didikan kedua orang tua dan kemudian diambil peran oleh sang Kakak, banyak mengajarkan pendidikan diluar kategori pelajar tingkat universitas yang Aurine pelajari, bimbingan seperti homeschooling, iya benar, bersama dengan kedoktrinan penuh displin dari sang Kakak, tentu saja itu berhasil, dan itu tak sia-sia karena membekali Aurine dengan pelbagai material kognisi hingga sekarang sangat berguna kapan pun dibutuhkannya. Meski demikian, Kakaknya tetap memberikan ruang lingkup pada Aurine menikmati masa kesenangannya seperti perempuan seumurannya, sebuah pergaulan kaum muda.

Di depan gedung fakultas, taksi Aurine panggil menepi di jalan. Aurine masuk ke dalam taksi, lalu mengatakan tempat tujuannya kepada Sopir.

Perjalanan menuju rumah; sebuah kediaman Kenar sedikit membosankan, jarak ditempuh cukup jauh. Aurine sangat pasai dan pasai. Memandang ke luar jendela kaca taksi yang setengah terbuka, angin di luar masuk ke dalam mobil. Setengah perjalanan teralikan dengan kemacematan. Banyak mobil terperangkap dalam kemacetan sore ini.

Dari dua mobil di belakang taksi yang ditumpangi Aurine tidak hentinya membunyikan klakson mobil.

Aurine mendengkus. "Dasar tidak bisa diam!"

Pak Sopir yang mendengar ucapan Aurine tersenyum kaku.

"Pak, berapa jam lagi kemacetan ini akan berakhir?"

"Saya kurang tahu, Nona." Sopir taksi menjawab pertanyaan Aurine sedikit takut.

Aurine mulai jengah dengan klakson mobil di belakang yang tidak berhenti berbunyi. Batas kesabarannya sudah habis. "Pak, tolong tunggu sebentar. Saya tak akan lama."

Aurine bergegas berjalan ke arah mobil yang bunyi klaksonnya tetap tidak bisa diam. Aurine mengetuk jendela kaca mobil seseorang, cukup keras.

Jendela kaca mobil itupun terbuka setengah dan terlihat bibir merah maron seorang wanita.

"Nona tidak bisa sabaran! Tolong, keadaan sekarang sedang macet dan Anda masih saja membunyikan klakson mobil. Jalan ini bukan milik Anda pribadi!" Aurine memprotes dengan nada sangat kesal.

Kini Aurine tahu siapa pengemudi yang tidak bisa mengontrol klason mobilnya. Orang negara asing memang selalu melakukan kehendak mereka sesuka hati.

Senyum kecil mengembang di bibir yang tampak seksi dari wanita tidak sabaran itu.

Wanita itu memerhatikan Aurine dengan tatapan merendahkan. "Wah ada angin apa seorang gadis kecil memarahiku?"

Aurine mengernyit kesal.

"Tidakkah Anda masih memiliki rasa simpati? Tolong jangan membunyikan klakson terus-menerus. Pendengaran manusia juga bisa rusak akibat bunyi klakson mobil Anda dan juga negera ini bukan seperti negara Anda yang bebas melakukan semau hati Anda."

Mendengar cibiran Aurine, wanita itu tertawa mengejek yang terdengar sangat jelas.

"Tidak seperti negaraku kau bilang?"

Pertanyaan macam apa itu? Mengapa ada kata memandingkan?

Aurine mengerutkan kening.

"Lalu bagaimana dengan politik, pemerkosaan dan pembunuhan di negara ini? Tidakkah sama dengan negaraku? Salah, negara lain."

"Jika demikian sama, setidaknya negara ini masih memiliki sopan santun dan toleransi."

Wanita itu hanya menertawakan perkataan Aurine sambil memegang perut.

TD5BS [1]: Chasing Back of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang