Alex memusatkan pandangan pada pintu berkayu berpaduan besi putih, terdapat beberapa pilar menjulang tinggi di sebelah pintu itu. Namun Alex lebih mementingkan sesuatu yang akan muncul di balik pintu itu.
Suara daun pada ranting pohon pinus terdengar, angin di sebelah utara membantu meniup lalu mengayun bagaikan air laut sedang naik dan turun, seperti ombak kecil akibat tiupan angin yang ringan. Alex merasakan angin tersebut, sedikit menerpa kulit di bagian lekuk lehernya, namun tidak ada rasa sedikit pun menghalangi tujuannya; berhenti sampai di situ.
Celah tengah di pintu terlihat sedikit, seorang dari dalam telah membuka pintu itu. Sekilas senyum tipis menampil di wajah Alex.
"Selamat datang kembali, Alexander." sa
Sapaan kecil dari seorang pria berdarah Selatan menyambut kedatangan Alex yang tepat berdiri dari setengah garis pintu masuk.
Wajah Alex seperti biasa, tetap tenang dan ada senyuman tipis terukir di garis wajah dinginnya.
"Seperti biasanya, mansionmu ini tidak pernah kosong, Fhilip." Alex berkata sambil melangkah.
Walter tepat di sebelah Alex menjelingkan tatapan dan memerhatikan pelbagai objek figur wanita yang selalu mengisi mansion milik Fhilip. Seperti kebanyakan pria glamor, Fhilip salah satunya yang tidak ingin lingkarannya kosong. Para wanita terus datang dan datang, menghambur dalam dekapan Fhilip. Meski reputasi Fhilip banyak memiliki catatan hitam dalam hidup—meniduri berbagai wanita merupakan kesenangan Fhilip, menikmati setengah dunia dan sangat menggoda dalam hidupnya, tentu saja. Namun berbeda dengan Walter yang tidak menyukai gagasan seperti itu. Ada gagasan lain muncul di kepala Walter bahwa aksi pembunuhan kelompok mereka kapanpun akan bertransparan dan tersebar-seperti dalam pepatah timur bahwa sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai suatu saat pasti akan tercium.
Alex melepaskan mantel berwarna hitam pekat, kancing atas pada kerah dibuka dengan santai. Senyum yang semakin tipis dan dalam itu nampak terkesan misterius. Hal menarik mungkin akan terjadi. Yea.
"Selamat malam, Tuan Areage." Alex menyapa seorang pria sedang duduk di kursi dengan satu penerang lampu gantung kecil yang menggantung pada dinding. Langkah demi langkah ia lakukan tanpa adanya pencahayaan yang menerangi langkahnya. "Suhu perkotaan Miami sungguh berbeda dengan Indonesia. Waktuku yang berharga kini berpusat kepadamu, Tuan Areage."
Suara pelan Alex telah memenuhi ruang bawah tanah mansion.
Balasan suara lain menyahut, bagaikan tikus yang menjerit diapit.
"Tenanglah. Aku belum melakukan apa pun padamum." Alex berkata tenang dengan senyum hangat intimidasi.
Fhilip melangkah dan membuka perban mempel di mulut Johny.
"Keparat sialan!"
Suara tepuk tangan yang terdengar ringan bermekakan.
"Lelah sekali aku bermain kucing-kucingan denganmu." Alex menghela dan mengembuskan napas kemudian. "Dan sekarang kau menyambutku dengan umpatan? Mulutmu ternyata sangat runcing. Tidak masalah, aku menganggapnya sebagai ekspresi penyambutanmu padaku."
"Apa maumu?"
Alex tersenyum simpul namun hanya sekilas. Tak dinyana pelbagai poin bertanyaannya telah muncul dan dipertanyakan oleh pria sialan yang terus mengganggu kehidupannya-semua insiden yang dilakukan Johny sudah tidak bisa dianggap sebagai humor lagi. Ambifi seperti Johny tidak bisa dibiarkan, harus ada yang dibayar olehnya. Mata dibalas dengan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
TD5BS [1]: Chasing Back of Mine
RomanceNSFW - [D23+] [√ SELESAI] [THE DARK 5 BOY SERIES #1] Chasing Back of Mine © 2017, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo and Symbol Illustration & Designer: MPH/MDee ...