(8)

3.2K 130 0
                                    

Setelah Jessie turun dari mobil, Alex memarkirkan mobil masuk ke dalam garasi.

Di tempat duduk Jessie terdengar suara dering ponsel. Alex mengernyit namun mengambil ponsel tersebut. Yang Alex tahu Jessie tidak memakai dua ponsel. Lalu siapa pemilik ponsel itu?

Di layar ponsel itu nama kontak memanggil tercantum: Joshua.

Alex menjawab panggilan dari ponsel. Suara di seberang terdengar. "Halo? Bisakah beri tahu saya ini dengan siapa?" sang Penelepon bertanya kepada Alex—harusnya suara pria tetapi bukan. Suara lain di di balik seberang terdengar menambah. "Aurine! Sudah selesai? Kakak mau nelepon rekan bisnis, Kakak."

Alex tidak akan melupakan nama gadis itu.

Alex berdehem, penerima telepon itu seperti tidak menganggapnya.

"M-Maaf untuk keributan yang tadi. Saya langsung saja. Ponsel yang sekarang pada Anda adalah milik saya. Bolehkah saya mengambil ponsel itu?"

"Kafe Samantha Green. Kita bertemu di sana." Alex memberi tahu kepada Aurine.

"Oh. Yah. Saya tahu kafe itu."

Setelah itu panggilan tersebut berakhir. Alex kembali mengeluarkan mobil dari garasi. Kemudian mobil Alex melaju menuju kafe Samantha Green.

Pintu kafe terbuka, terdengar suara bel. Alex masuk ke dalam kafe tersebut dan mengambil tempat di dekat jendela dari tiga meja bersejajar.

Ponsel yang tidak dikenal siapa pemiliknya berdering kembali. Alex menjawab panggilan ponsel itu.

"Saya sudah di dalam kafe yang Anda beritahukan."

"Meja nomor duapuluh," ujar Alex menjawabnya dengan singkat.

Ketika Alex menyilangkan kaki, terdengar langkah kaki mengarah kepadanya. Bunyi langkah kaki itu berhenti tepat di depan mejanya. Alex mendongak lalu tersenyum miring.

"Apa kau yang menemukan ponselku?" tanyanya. Perubahan pembicaraan menjadi informal.

Alex tanpa basa-basi langsung memberikan ponsel itu kepada pemiliknya: seorang gadis. Alex tak tahu kenapa bumi terasa begitu sempit.

Kening Alex mengerut dengan terang-terangan Aurine memberikan sebuah amplop—siapa pun tahu bahwa amplop tersebut berisi setumpuk uang dan maksud Aurine mungkin ingin berterima kasih. Namun bukan cara seperti ini seharusnya. Alex menyeringai, jika diperlakukan seperti ini, Alex tidak ingin menerima uluran terima kasih yang sangat terlihat menjijikan seperti ini.

"Tanda terima kasih?" tanya Alex bersedekap.

"Aku tidak ingin memiliki hutang."

Alex tertawa pelan dan menatap tajam ke mata cokelat seorang gadis bernama Aurine, gadis itu memberinya amplop berisi jumlah uang yang tak tahu berapa nominalnya. "Uang saja bagi aku tidaklah cukup."

Aurine mengerutkan kening. "Maksudmu apa? Uang ini lebih dari cukup."

"Aku pikir kau seorang gadis yang cerdas dan pintar. Dan ya, kau pasti mengerti maksud dari ucapanku. Termasuk cara jalan berpikir pria dewasa."

TD5BS [1]: Chasing Back of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang