A/n:
Aku jatuh cinta pada cerita ini :DSelamat membaca!
_______________________
Alex termengung semenit. Tapi ketika ia mengerjap pelan ia teringat bahwa terkutuk dirinya yang hanya bisa mengatakan kalimat singkat: Oh. Ya, hai. Berdesis dalam hati, dan merenungkan apa yang keluar tadi dari mulut bukanlah yang harusnya Alex lontarkan.
Alex berdehem, menyetabilkan dirinya, mengendalikan napas dan pandangan. 'Oh, bung, apa yang terjadi padamu?' kata Alex membatin.
Tangan Alex ditarik dan kini pijakkannya setengah jauh dari pintu lobi rumah sakit. Ia menatap gadis di depannya ini dengan kerut-kerut sudah pasti terlihat jelas.
"Lukisan-lukisan kau beli sudah aku antar ke apartemenmu."
"Terus?" Alex berdesis dalam hati, perawakannya seperti pria dingin. Membasahi bibir dan berusaha menemukan titik tenang. Tunggu, apa ia gugup? Memastikan kembali: mengerjap lalu tarik napas pendek.
Gadis itu mendongak ke bawah, menggerakkan tangan masuk ke dalam saku celana. Inti, dia sedang mencari sesuatu. "Tunggu ... aku pasti menemukannya."
Alex memerhatikan dan belum berkomentar, tapi gadis itu masih mencari-cari lagi. "Sebenarnya apa yang kau cari, Aurine?"
Aurine mendongak sejenak kepadanya. "Kartu hitam punyamu, yang kau titip padaku."
"Kau bisa kembali—"
Aurine mengangkat kepala. "Sial, sepertinya tertinggal di dalam mobilku."
Alex menghela napas lagi. Ia bahkan tidak menghitung berapa kali ia menghela napas. "Kau bisa kembalikan nanti padaku." Aurine mendongak dan Alex berkata lagi, "Lagi pula di dalam kartuku itu tidak berisi banyak uang."
Aurine di depan mendengkus kasar. "Apa kau selalu seperti ini?"
Alex termengung bingung. "Apa?"
"Menghamburkan uang." Aurine menjawab dengan suara sangat ketus. "Kau tidak berpikir bahwa orang-orang sangat susah mencari uang untuk memberi makan keluarga mereka yang kelaparan, memiliki tagihan: air, listrik, pinjaman pada orang-orang—"
"Aurine, tunggu." Alex mengguncang pelan Aurine untuk menarik perhatiannya. Namun Aurine terus berbicara, "—biaya pendidikan, kontrakan rumah, pengobatan—"
Alex menggeletuk. "Aku bukan orang menghamburkan uang demi kesenangan! Dan juga kartuku berada di tangan orang yang aman. Namun jika memang ada yang ingin mencuri uang itu, aku tinggal menghubungi pihak bank untuk menyuruh mereka memblokir akses kartuku."
Alex cepat menyela dan nada suara keluar dari mulut Alex sangat tegas.
Aurine terdiam, dan setengah berpaling pandang dari Alex.
"Aku dapat mengetahui berapa uang di kartuku itu keluar. Semua pengeluaran kartu-kartuku terhubung dengan nomor ponselku."
Rasa sedikit malu terpampang jelas di wajah Aurine. Namun gadis itu cepat menyingkirkan rasa malu dan kekesalan yang tadi. "Kalau begitu, aku secepatnya akan mengembalikan kar ...."
Alex mengernyit. Aurine di depan tidak bergerak dan tidak pula menyelesaikan kalimat sebelumnya. Pelan Alex mengguncang Aurine. "Halo? Aurine?"
Aurine tersentak dan kembali sadar, "Apa kau mengatakan sesuatu?"
Alex belum menjawab, ada sesuatu ia ingin tahu juga. Ia memutar kepala ke belakang dan jantungnya seperti berhenti berdentum. "Ad-riene. Jerremy?" sahut ia dengan pandangan bingung. Tapi ia mencerna segala pengamatan itu dengan cepat, menarik kesimpulan bahwa Jerrermy adalah suami Adriene. Ia sudah bersumpah ingin membunuh suami Adriene. Namun, semua yang terkuak di depan mata lenyap seketika; ia tak bisa melakukan sumpah ia ucapkan.
Jerremy menatap ke arah mereka dan berikutnya Adriene. Sedangkan Alex sangat terpaku di tempat, suara orang-orang di sekitarnya tak terdengar, pendengarannya berdenging.
"Alex, aku akan mengembalikan kartumu di lain waktu," sahut Aurine di belakang.
Alex terperanjat seketika. Ia tersadar, tubuhnya dapat bergerak. Ia kemudian memutar badan dan Aurine sudah melangkah lebar. Alex mengejar Aurine, tak peduli dengan Adriene dan Jerremy yang melihat mereka. Situasi sekarang sangat menyebalkan.
"Aurine!" teriak Alex. "Aurine, tunggu sebentar!"
Alex kalah cepat. Aurine telah masuk ke dalam mobil. Sekarang gadis itu sedang menyalakan mobil.
Beberapa saat kemudian, kerut-kerut Alex bergelombang. Mobil Aurine belum melaju pergi. Ia mengetuk jendela kaca tak henti, mengenyahkan rasa sakit tangan yang terus mengetuk.
"Aku tahu kau masih di dalam. Kumohon, biarkan aku berbicara," kata Alex. "Maksudku kita perlu berbicara. Kau tahu, bukan hanya kau yang sakit hati di sini. Aku pun demikian sama sepertimu, Aurine."
Alex menunggu dengan sabar. Menunggu dan masih menunggu Aurine menurunkan jendela kaca mobil. Menunggu mereka dapat berbicara bersama.
"Jerremy sudah bersama Adriene. Kau harus bisa merelakan mereka. Melepaskan dia yang tidak bisa kau genggami lagi." Alex melanjutkannya lagi, "Aku adalah pria yang arogan. Kau tahu? Aku tidak bisa menggenggami dua kuasa, dua takdir. Hanya Tuhan dapat melakukannya. Harus ada yang kulepaskan di antara kedua tersebut. Hanya satu kuasa dan satu takdir yang dapat Tuhan berikan padaku, dan padamu juga."
Jendela kaca mobil Aurine terturun. Gadis itu menangis, air muka yang sembab lalu guguhan pelan. Alex hanya dapat menyenyuminya segaris.
"Kenapa kau tidak menyalakan mobil?" tanya Alex.
"Mobilku kehabisan bahan bakar."
Alex menarik bibir, menyunggingkan senyum sendu, namun rasanya ia sedikit kikuk melakukannya sebab ia terlalu keras pada diri sendiri dan orang lain.
"Naik mobilku kalau begitu. Mari kuajak kau ke suatu tempat." Alex berkata lembut. Hanya kali ini saja ia melakukannya—keluar dari sifat bertopeng dingin dan menyeramkan.
_______________________
Support me with vote or comments.
Thank you ...Salam dan peluk hangat,
Ennve.
KAMU SEDANG MEMBACA
TD5BS [1]: Chasing Back of Mine
عاطفيةNSFW - [D23+] [√ SELESAI] [THE DARK 5 BOY SERIES #1] Chasing Back of Mine © 2017, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo and Symbol Illustration & Designer: MPH/MDee ...