(4)

3.4K 141 0
                                    

Dua bulan kepergian sang Ayah, Joshua sebisa mungkin menghibur Aurine. Perlahan kesedihan itu berhasil dilewati mereka. Menjeleng sore di tempat resort Lombok yang di sewa oleh Joshua, satu cara pilihan Joshua untuk berlibur bersama sang Adik dengan harapan kekalutan duka mereka dapat sembuh di tempat ini.

Aurine melirik singkat ke arah Joshua yang membaca koran. Datang seorang pelayan memberitahukan bahwa menu makan malam selesai mereka siapkan.

Satu earphone menempel di telinga Aurine di turunkan. "Rine, kita ke dalam. Pelayan resort mengundang Kakak makan malam bersama," kata Joshua.

Makanan yang disiapkan resort cukup banyak. Para tamu yang menginap semakin banyak berdatangan. Aurine dan Joshua tidak memusingkan keramaian yang datang perlahan-lahan itu.

Selesai makan malam, Joshua bersama Aurine beranjak menuju lobi, namun langkah Joshua terhenti. Aurine menoleh ke arah Joshua.

"Ada apa Kak?"

"Ponsel Kakak bergetar. Kakak jawab dulu. Kamu duluan saja, nanti Kakak akan menyusul."

Aurine mengangguk dan kemudian melanjutkan melangkah menuju lobi.

Suasana dalam lobi, sunyi. Aurine mengambil tempat duduk dekat dengan jendela. Dari pantulan jendela Aurine melihat pemandangan langit semakin gelap, telah dilapi awan hitam yang pelan-pelan mulai menunjukan waktunya rotasi waktu berganti.

Majalah yang bersebelahan dengan tempat duduk, membuat Aurine ingin membaca majalah yang terpajang itu.

Dalam beberapa halaman dengan membolak-balik majalah, ya tentu Aurine mulai merasa pasai.

"Lebih baik aku keluar ke pantai saja." Aurine bergumam.

Tombol elevator ditekan Aurine membukakan pintu, lantas Aurine masuk ke dalam elevator itu.

Ponsel berada dalam genggaman tangan dinyalakan dan dengan lincah jemari Aurine mengetik beberapa kalimat pada papan ketik, bertujuan mengirim pesan kepada sang Kakak.

Kepada: Joshua Kenar
Dari: Aurine
Kak jangan menyusul aku. Sekarang aku lagi jalan-jalan ke pantai mencari udara segar. Nanti aku balik sendiri saja.

Sepuluh langkah hampir di depan pintu keluar lobi, Aurine terkejut oleh seorang pria yang tiba-tiba mencekal lengannya.

Alis Aurine mengerut, "Apa-apaan kau ini?! Lepas—"

Aurine terenyak. Aurine tidak dapat menyelesaikan kata-kata sedetik yang dihentikan oleh aksi seorang pria mendekat bibir ke bibirnya.

Aurine mencoba mendorong pria itu.

Ada apa dengan hari Rabu ini?

Pertama kali dalam sejarah ada kejutan gila yang tak terduga—ciuman yang dilakukan pria itu mengundang banyak perhatian pengunjung. Semua orang yang berada di lantai dasar ramai berbisik-bisik dan Aurine berusaha mendorong tubuh pria itu dengan sangat kuat hingga pada titik tenaga yang menurutnya bisa sepadan dengan pemain gulat. Sontak Aurine tercengang, pinggangnya di tekan cukup kuat, pria itu sangat gila, sangat ingin Aurine mencakar wajah pria itu. Dua tangannya bahkan cengkeram kencang.

Tak lama kemudian pria itu melepaskan ciuman itu, memutar badan, lalu memandang ke arah seorang perempuan yang memakai gaun kuning selutut.

Aurine memiringkan kepala, mengintip di balik bahu pria itu.

Aurine menilai wajah perempuan itu tampak marah dan kesal. Sekilas perempuan itu menatap Aurine dengan tajam disertai kebencian yang jelas sekali terlihat dari ekspresi wajah.

TD5BS [1]: Chasing Back of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang