(38)

1.8K 53 2
                                    

Suara mesin kendaraan terdengar. Lalu suara burung-burung berkicau. Kemudian cahaya remang-remang.

Alex mengernyit dirinya berdiri lalu ia memandangi sekitar, terekam dinding berbeton. Ia memutar badan sekali arah 360 derajat. Namun di depan ada suatu dorongan terhadap perasaan penasaran yang sangat kuat ia rasakan. Cahaya remang-remang di depan sangat kuat dan kini menyilau, sangat mengundang sesuatu di benaknya. Ia melangkah dan tetap waspada, cahaya di depan tak ada yang tahu apa yang akan muncul.

"Alex!"

Alex terhenyak mendengar suara yang sangat akrab. Namun kepalanya reflek mendongak ke bawah, matanya mengarah ke cermin pecah. Sosok Alex berumur 8 tahun terlihat di dalam cermin. Alex mengernyit heran dan memandang tangannya sendiri, memegang wajah yang terlihat jelas masih sangat bocah lalu melihat kaki. Pijakan kakinya terasa kasar oleh pasir berkerikil kecil yang menempel di balik kaki. Namun ia tidak terusik. Angin mengembus, seakan memberikan tanda bahwa sesuatu di depannya mengundang dirinya keluar.

"Alex!"

"Benarkah itu suara Mami?" gumam Alex. Ia mencari. Mengerjap pelan namun seketika napasnya tercekat. Ia berusaha menelan ludah dan bisa. Wanita paruh baya yang tersenyum sedang menuju ke arahnya. Senyum Alex terukir sekilas. Kemudian ia memutar kepala ke belakang. Ia melihat tempatnya keluar. Terekam oleh mata, dirinya tadi keluar dari pipa bertumpuk.

"Alex!"

Alex memutar kembali kepala ke depan. Ia melihat laut dan langit biru yang sangat cerah.

"Oh Tuhan, syukurlah kau tidak pergi jauh," kata sang Ibu, langkah wanita itu berubah pelan dan menatap lamat-lamat kepada Alex.

Alex menahan isakan yang akan keluar. Ia menggigit bibir dalam-menahan emosi bahagia. Ia melangkah maju lalu mempercepat langkah tersebut. Wanita paruh baya itu menurunkan punggung, melebarkan tangan siap menanti Alex. "Mami ...." Alex tak bisa berkata-kata banyak. Alex menangis dalam pelukan sang Ibu.

"Oh Sayangku. Jangan menangis," katanya. "nanti ingusmu keluar. Bukankah kau membenci terlihat jelek di depan orang-orang?"

Alex menggeleng di dalam pelukan sang Ibu. Ia masih menangis tersedu-sedu. "Aku, merindukan kalian. Mami dan Papi."

"Sarah! Kau sudah menemukannya?" suara dari belakang punggung sang Ibu berseru. Alex melihat sosok wanita menyelipkan anak rambut lalu memberikan senyuman kepada Alex.

Sarah melepaskan pelukan Alex lalu mengusap wajah Alex seraya tersenyum hangat.

"Ya! Aku sudah menemukan Alex, Nadine." Sarah berkata seraya berdiri.

"Nadine? Apa teman Mami?" tanya Alex.

Sarah mengangguk. "Dan dia juga Ibumu."

Alex mengintip, melihat wajah wanita itu dengan kening mengernyit. "Ibuku?"

"Iya, Alex. Kau punya dua Ibu. Aku dan Nadine."

Alex beralih mendongak kepada Sarah. "Ibuku hanya satu yaitu yang di depanku ini."

Sarah menggeleng.

"Alex. Puteraku," kata Sarah, sembari mengusap lembut kepala sang Anak dan tersenyum lembut khas keibuan yang pernah Alex rekam dalam memori saat ia tumbuh pelan-pelan. "Aku memang Ibumu. Tapi Nadine pun Ibumu. Begitu pun Mikaela, kalian bersaudara. Kalian anak-anak kami yang sangat kami cinta dan sayangi."

Alex menundukkan wajah ke bawah lalu berkata lirih. "Dia jahat."

Kemudian Alex mengangkat kepala menatap kepada Sarah. Terlalu banyak porsi yang ia rekam dari berbagi inderanya, ia harus menelaahnya. Namun berbagai perasaan yang ia rasakan terserentak tiba-tiba. Di antaranya: bingung; bahagia; terharu; berubah gumpalan emosi marah ketika ia mendengar nama Mikaela. Ia berusaha menarik bibir untuk menyunggingkan sebuah senyuman yang bahagia tetapi semua itu seketika lenyap. "Mami dan Papi pergi karena dia."

TD5BS [1]: Chasing Back of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang