A/n:
Ya Tuhan, Aurine, aku suka dirimu. Senyum-senyum sendiri, membayangkan Alex dan Aurine memang nyata :DSelamat membaca!
_______________________
Kini sudah dua kali Aurine berada dalam mobil seorang pria yang dingin dan menakutkan segi perawakannya. Parfum maskulin di mobil ini dapat Aurine ingat jelas ketika insiden baku tembak. Parfum yang masih sama.
Aurine hanya dapat meliht ke depan dan membiarkan hening merengkuh di dalam mobil yang hanya terdapat dua manusia berbeda jenis kelamin.
Semakin menjauh dari pusat kota, mobil masuk ke jalan sunyi. Aurine menelan ludah, jantungnya berdentum oleh rasa takut. Aurine dengan patuhnya mengikuti ajakan pria di samping yang sedang mengemudi. Aurine sungguh tak berdusta bahwa dirinya kini gelisah ingin menerka ke arah mana tujuan ini akan berhenti—beberapa menit lalu padahal ia menangisi pria yang memberikan harapan palsu yang sudah berjanji akan menikah bersamanya, tapi ucapan pria itu hanya omong kosong.
"Alex, sebenarnya kita akan ke mana?" Aurine memberanikan diri bertanya sebab mereka sekarang memasuki lajur yang kosong melompong dengan banyak pohon di pinggir jalan.
"Kau akan tahu segera." Alex menjawabnya dengan tenang.
Pasrah pada apa pun, penyesalan tepat sekali datang belakangan dan sekarang hal itu terjadi kepada Aurine. Ia menunduk dalam-dalam, entah kemana Alex akan membawanya.
"Turun." Alex memerintahinya seraya melepaskan sabuk pengaman. Aurine tak tahu sejak berapa menit mobil Alex berhenti. Napas terhela pelan, Aurine sedikit legah karena mobil Alex berhenti.
Aurine melepaskan sabuk pengaman kemudian ia menelengkan kepala dan kerut di keningnya sedikit menyatuh. Ia turun dari mobil dengan wajah terkejut luar biasa.
"Tempat yang kau maksud adalah danau?" tanya Aurine kepada Alex.
Alex di depan mengedik. "Ayo, kita duduk di tepian itu. Pikiranmu akan cepat jernih."
Aurine tersenyum. Alex penuh kejutan. Aurine menyusul Alex. Mereka kini telah duduk di tepi danau tersebut. Memandangi air danau yang tenang dan ada beberapa burung khusus di danau beterbang.
"Apa kau selalu ke tempat ini?"
Alex yang menghadap ke depan mengedik bahu. "Jarang aku kemari. Tapi kali ini aku ke sini lagi dan itu bersamamu," katanya. "Coba nikmati pemandangannya. Lupakan masalah yang terjadi."
"Aku tidak bisa melupakannya. Bisa beri tahu padaku cara melupakan berbagai masalah pelik?"
Alex menoleh dan kemudian menggeleng. "Kau tidak akan suka mendengarnya," katanya dengan senyum miring. "Aku bermain biliar sebagai satu cara menjernikan pikiran yang kacau dan jika terlalu berat masalah itu, um, seperti patah hati maka aku akan meminum alkohol sebagai cara melupakan kepelikan tersebut."
Aurine di samping tergugu, tak bisa ia mengomentari cara Alex. Semua orang punya cara sendiri menyelesaikan kehidupan bermasalahnya.
"Omong-omong di seberang danau terdapat vilaku."
"Yang mana? Apa itu? Bangunan berwarna putih dan cokelat yang bertingkat dua kira-kira?"
"Tepat."
"Wow! Vila itu dari sini terlihat besar. Apa propertimu memang banyak dan besar?"
"Kau akan tahu jika sudah menjadi Nyonya Helander."
Aurine menegang. "Kau sudah tahu?!"
Alex menoleh dan memandangnya santai. "Apa perjodohan kita? Ya, aku sudah tahu."
"Berengsek! Kau sudah merencanakan semua ini, kan? Mendekati aku untuk menghancurkan, benarkan?!" Aurine bercecar kasar, tangannya berada di udara hendak menampar Alex namun Alex cepat menangkap tangannya. Tubuh mereka mendekat sangat intim. Cengkeraman tangan Alex pada tangan Aurine cukup kuat. Dengan posisi seperti ini wajah mereka sungguh sangat dekat hingga napas panas Alex menjalar ke wajah Aurine.
"Aku tidak berniat sedikit pun menghancurkanmu. Apa yang kudapatkan dengan menghancurkanmu? Kekayaanmu?" lalu Alex tersenyum miring. "Milikku—kekayaanku lebih banyak, Aurine."
"Kalau begitu tolak perjodohan kita!"
Mata Alex menjadi dingin. "Aku tidak bisa. Janji Kakekku mesti kulakukan. Lagi pula aku mana mungkin menolak setelah tahu bahwa calon pengantin yang dijodohkan denganku adalah kau."
Aurine berupayah memundurkan punggung namun Alex tidak mengijinkannya melakukannya. "Tidak, tidak, tidak. Kita justru akan saling menghancurkan. Kumohon aku tidak bisa—"
Aurine mendelik ketika merasakan sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirnya. Alex memejamkan mata dan bergerak agresif, penuh hasrat pria itu mencium Aurine. Detak jantung Alex bertalu indah, sangat teratur dan itu membuat Aurine tiba-tiba ingin mendengarnya seterusnya. Sesungguhnya keadaan sekarang sangat magis dan manis. Namun Aurine takut berharap untuk memberikan hatinya kepada Alex.
Bisakah Alex menjadi pilihan tepat sebagai pria teman hidup bersama Aurine? Namun tetap bayangan yang pernah terjadi di belakang adalah hal tidak ingin Aurine ulangi.
Persetan. Dentuman jantung Alex terdengar sangat indah. Aurine menempelkan telapak tangan kiri ke pipi Alex. Aurine akan mencoba. Ciuman Alex bersihir dan ia membalasnya. Memperdalam ciuman yang penuh dahaga dan berhasrat.
Dan hujan kemudian turun menderas.
Ciuman Aurine dan Alex berhenti. Keduanya terengah-enggah. "Lebih baik kita ke vilaku." Alex berkata dengan napas masih tidak normal.
Aurine tersenyum segaris kepada Alex. Mengangguk begitu saja.
_______________________
Support me with vote or comments.
Thank you ...Salam dan peluk hangat,
Ennve.
KAMU SEDANG MEMBACA
TD5BS [1]: Chasing Back of Mine
RomanceNSFW - [D23+] [√ SELESAI] [THE DARK 5 BOY SERIES #1] Chasing Back of Mine © 2017, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo and Symbol Illustration & Designer: MPH/MDee ...