(27)

1.4K 54 1
                                    

Setelah seminggu pemulihan kondisi tubuh hingga terasa membaik, Alex segera kembali Indonesia. Dan tiba di rumah kota Bandung, Sore ini Alex melanjutkan pekerjaan menganalisa kurva perusahaan dan setiap angka perkembangan lanjutan hasil penjualan mobil baru yang dikenalkannya kira-kira sebelum ia satu bulan koma.

Alex memijat dahi dan di arah jendela pada ruang kerjanya pohon Elm di luar tepat masih di dalam halaman rumahnya masih terlihat terawat, dedaunan hijau segar sangat mempesona di pandang mata. Ia tersenyum lalu meraih ponsel, mencari kontak ponsel sang Kekasih, karena sudah tiga hari dan selama itu nomor ponsel Kekasihnya entah mengapa selalu tak aktif; tak ada sambungan dering, sebab itu ia mencoba lagi karena ia ingin membuat momen manis; mungkin malam sangat bagus, rencana makan malam romantis.

"Sialan!" Alax mengumpat kesal. "Kenapa Adriene tidak mengangkat ponsel?" Ia bertanya heran dan detik itu juga ia mengusap dagu, sangat gelisah sebab tak ada sama sekali jawaban dari ponsel Adriene.

Alex menyerah. Ia mematikan panggilan itu dengan perasaan sangat dongkol. Menekuri lantai berbahan keramik beberapa detik dan setelah itu keputusan terbulatkan, ia bangkit dari duduk. Ia tidak bisa terus diam ia butuh sesuatu yang mengusir kepasaian ini, tujuannya adalah pergi ke Klub Tosca.

Alex mengambil jaket hitam di almari pakaian dalam kamarnya. Keputusan gaya kasual lebih menyaman. Alex menyenadakan baju abu-abu berlengan pendek bergambar patung Liberty di dalam yang dikenakannya bersama jaket dengan celana jin biru.

Ketika kunci kontak mobil terputar, Alex mulai memasang gigi mobil dan menginjak pegas gas. Mobil yang di kemudikan Alex seorang telah meninggalkan halaman rumah kemudian.

Jalanan kota Bandung mulai meramai, dan mungkin Alex kira-kira akan sampai lebih dari 2 jam menuju Bogor ke arah Klub Tosca, tepatnya mungkin Malam ia sampai di tempat tujuan.

Sampailah Alex di Klub Tosca, desain Klub tersebut masih tetap seperti terakhir ia lihat. Alex mengedarkan pandangan di beberapa titik meja, teman-temannya mungkin ada di antara meja itu; menikmati sampanye bersama wanita kencan. Namun Alex tidak menemukan teman-temannya barangkali satu pun tak terlihat batang hitung keempat temannya. Alex menghela pendek. Ia Memutuskan menuju ke lantai 2.

Ada meja biliar khusus pengunjung atau yang telah menjadi pelanggan tetap di Klub Tosca dapat menikmati fasilitas biliar.

Alex telah bermain di meja biliar di lantai 2. Ia sangat menyukai atmosfer maskulin nyaman di tempat bermain biliar ini, dominasi warna bau alkohol mahal tercium, asap rokok tembakau, kulit sofa Arab Maroko, dan bau tajam kain penutup meja biliar. Aroma itu tak pernah gagal mengingatkan Alex pada berbagai kesempatan ketika ia pernah menikmati bermain biliar bersama orang-orang berbahaya di masa kelamnya: Spanyol.

Alex mengukur bidikan lima bola di kepala meja, lalu menembak ke bola kuning yang menjadi sasarannya. Ia berhasil dan tak diduganya bahwa ia mengirim 5 bola bersamaan bidikan bola kuning dengan ke kantong berjaring. Permainan fantastis. Sejak dulu ia menyukai biliar, berbagai sudut dan pola dalam permainan itu terkesan sederhana, sebagaimana kegiatan itu membantu menenangkan kepalanya ketika ia perlu berpikir jernih. Sebelum membuat sodokan terakhir, ia menopang dagu melihat lawannya lakukan pada berikutnya. Setelah 5 bola masuk berikutnya ia gagal kini lawan yang di ajak asal olehnya telah memimpin permainan di seberang darinya. Detik kelima ia merasakan tepukan pada bahu. Ia menolehkan kepala. "Kenan," ucap Alex, menegakkan punggung dan memegang tongkat biliar.

"Kapan kau sampai?" tanya Kenan.

"Dua hari lalu." Alex menjawabnya santai. Ia kembali menatap pada permainan lawannya, dan kini ia yang bermain. Alex mencondongkan tubuh di atas meja biliar; bersiap-siap lagi membuat bidikan ke arah bola hitam.

TD5BS [1]: Chasing Back of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang