A/n:
Berpacaran setelah menikah tak ada salahnya. Begitu pun sebaliknya; berpacaran sebelum menikah. Sama-sama manis, yang penting ingat diri :DSemakin cinta sama cerita ini.
_______________________
Keheningan menyulut sangat sepi mencengkeram. Namun dentuman jantung Aurine berdetak, dan terdengar. Tapi seorang pria yang duduk di sebelahnya tidak dapat mendengarnya.
"Alex ...." Aurine memanggil pria itu pelan. Dapat dipastikan bahwa Alex tidak mendengar panggilan itu. Alex berantakan segi pikiran, pria itu menutup wajah dengan dua telapak tangan dan entah berapa lama dia memenjarai segala emosi karena pembalasan dendam—keluarga terpenting Helandar meninggal dalam kecelakaan dan dalang semuanya adalah sang Kakak yang tidak terkuak di permukaan keluarga Helander. Betapa jahatnya perbuatan sang Ayah yang lari dari tanggung jawab.
Tidak lama, hanya semenit, Alex menurunkan tangan, wajah Alex terlihat, namun sangat suram. Aurine mengamati; pria itu menggerakkan tangan, hendak meraih cangkir di meja depan.
Aurine mendelik. Gelas cangkir yang sempat diraih Alex terjatuh seketika hingga membunyikan detingan keras. Pecahan gelas berceceran, lebih mengkhawatirkan sekarang bukanlah gelas pecah tapi Alex.
Tidak setiga detik Alex langsung bangkit dari duduk. Mata dingin Alex sangat menusuk, terkilat kekosongan di dalam iris mata cokelat Alex.
Aurine menghela napas. Alex melangkah berlalu dari hadapannya, tidak ada penolehan sama sekali. Memutar kepala ke belakang, Alex sedang menuju tangga ke lantai dua.
Aurine tersenyum segaris, membiarkan Alex sendirian merupakan pilihan tepat. Kemudian Aurine membersihkan pecahan gelas yang berhambur di lantai dan menyeka teh yang terbuang, Alex tidak sempat meminum teh itu, tangan Alex bergemetar ketika memegang gagang cangkir.
Memeriksa lemari pendingin, mungkin saja ada beberapa bahan makanan yang dapat Aurine gunakan untuk diberikan kepada Alex sebagai asupan menambah energi pria itu.
Hanya ada roti dan telur. Aurine menghela napas. Tak ada pilihan, yang dapat ia buat hanyalah semacam sandwich sederhana. Setengah jam kemudian ia selesai membuat sandwich dan teh. Kini ia sedang berjalan menuju kamar tempat Alex berada di dalam tersebut.
Pintu kamar tidak terkunci, segaris senyum melekung di bibir Aurine dan Alex sudah berganti pakaian kasual rumahan sekarang pria tidur di ranjang dengan tangan berlipat di atas dahi, tak terlihat seluruh wajahnya. Aurine melangkah masuk lalu menutup pelan pintu.
Setelah menaruh nampan di nakas seberang ranjang dari Alex, senyum sedih Aurine terlukis. Pertama kalinya ia melihat Alex sangat buruk seperti sekarang. Pikiran dan raga pria itu sedang diuji oleh semesta.
"Aku membawakanmu makanan dan minuman." Aurine berkata pelan. "Aku di luar jika kau butuh sesuatu."
Kemudian suara Alex terdengar, "Apa aku harus membunuhnya?"
Seketika punggung Aurine menegang mendengar pertanyaan yang Alex lontarkan. Mata Alex masih ditutup oleh tangan.
Aurine memberanikan diri duduk di tepi ranjang tidur, memandang dengan hangat dan memegang lembut tangan Alex.
"Aku, hanya bisa mengatakan berhenti. Jangan membalaskan dendamu kepada Kakakmu. Jika kau melakukannya, kau sama seperti dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
TD5BS [1]: Chasing Back of Mine
RomanceNSFW - [D23+] [√ SELESAI] [THE DARK 5 BOY SERIES #1] Chasing Back of Mine © 2017, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo and Symbol Illustration & Designer: MPH/MDee ...