Bab 3 : Diikuti seseorang

8.8K 659 11
                                    

Sham terbangun di tempat yang menurutnya sangat begitu asing, ketika Sham ingin berteriak akhirnya dia mengingat, Bahwa sekarang dia berada di rumah Jems.

"mungkin aku sudah seperti orang habis mabuk berat sekarang" ujarnya sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit pusing.

Sham turun dari tempat tidur dan berjalan menuju cermin besar yang ada di dalam kamar tersebut. Sham menghembuskan nafasnya berat, begitu melihat kantung matanya yang mulai menghitam dan wajah sembabnya.

"Aku kira ini sudah pagi hari" gumamnya, begitu melihat jam dinding didalam kamar yang masih menunjukkan pukul dua dini hari. Karena Merasa haus, Sham keluar dari kamar. Dia berjalan pelan menuju dapur untuk meminum segelas air, suasana di dalam rumah yang temaram karena hanya disinari oleh sinar rembulan yang masuk melalui celah-celah gorden. Sham membuka kulkas dengan pelan, ia tidak ingin menimbulkan suara yang berisik.

Setelah menghabiskan segelas air dingin penuh, Sham kembali berjalan menuju kedalam kamarnya. begitu matanya tidak sengaja melirik ke arah sebuah foto yang berada di atas meja. Sham mendekati foto tersebut dan mengangkatnya mendekatkan ke wajahnya, memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Lalu tiba-tiba Sham teringat oleh kakek Rean.

Flashback On

Pada jam makan siang, Kafe ini memang selalu terlihat ramai penuh dengan orang-orang yang sibuk bercengkrama sambil menikmati makan siangnya.

Orang-orang yang istirahat sejenak dari pekerjaan rutinitasnya, ada pegawai negeri sipil, pegawai kantoran, polisi dan masih banyak lagi. Sham senang melihat tempat yang ramai dengan banyak orang-orang yang sibuk bercerita dengan teman-temannya, dia seolah-olah merasakan bahwa kesepiannya selama ini dapat ia hilangkan dengan sekejab.

Ketika mata Sham memandang ke pojok Kafe, Sham melihat seorang kakek-kakek yang dia ketahui bernama Rean, duduk termenung sendirian di pojok Kafe. Sham tahu bahwa kakek itu adalah pelanggan tetap di Kafe tempatnya bekerja ini, dia selalu datang sendirian tanpa di temani oleh siapapun dan selalu duduk sendirian di pojok Kafe selama berjam-jam lamanya.

Kemarin, Sham memberanikan dirinya untuk menghampiri kakek tersebut ketika jam kerjanya selesai dan sudah ada temannya yang menggantikan siftnya. Mereka hanya berkenalan saja saat itu, karena kakek Rean yang sudah di jemput oleh supirnya setiap pukul jam 4 sore.

"Sham, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor 17 itu ya" seorang teman Sham memberikannya nampan yang berisi sebuah teh hangat.

"Kebetulan sekali, aku juga pengen ngobrol bareng kakek Rean nanti" gumam Sham, begitu tahu bahwa pesanan yang akan diantarnya adalah milik pesanan kakek Rean.

Sham meletakkan secangkir teh hangat tersebut di meja yang ditempati kakek Rean. Ketika Sham ingin beranjak pergi kedapur, suara kakek Rean menghentikan langkahnya.

"bisakah, setelah jam kerjamu habis temani saya di sini?" Ucap kakek Rean sambil menatap Sham dengan penuh permohonan. Sham yang mendengar kalimat itu tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya dengan mantap tanda setuju.

Setelah jam kerja Sham telah selesai dia menggangti pakaian kerjannya dengan pakaian biasa dan menghampiri kakek Rean, yang masih setia duduk menunggu di pojok Kafe

"Duduklah" Ucap kakek Rean sambil menepuk-nepuk kursi kosong yang berada di sampingnya, mempersilahkan Sham duduk.

"Terima kasih" Jawab Sham dengan Ramah, lalu duduk di samping kakek Rean. Sham memperhatikan wajah kakek Rean yang sudah berkeriput, namun bagi Sham kakek Rean tetap terlihat tampan meskipun umurnya tidak mudah lagi.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang