Pagi pertama Sham bebas dari penjara disambut oleh mendungnya awan kota B, Sham sendiri sudah rapi dengan kaos lengan panjang bewarna putih dan celana cream selutut yang siap menemaninya untuk menjemput Jesica. Yah, hari ini adalah hari Jesica bebas dari penjara atas tuduhan yang tidak dilakukannya. Nasib keduanya yang hampir sama membuat Sham dan Jesica sangat dekat tetapi berberda khasus.
“Aden perginya sama siapa?” tanya Bibi Irma saat melihat Sham sudah rapi.
“Aku mau Naik taxi saja Bi sendirian, lagi pula aku mau ke kantor Jems dulu ada yang mau Jems omongin katanya,” jawab Sham yang sedang mengikat tali sepatunya.
“Ya sudah kalau gitu Aden hati-hati ya,” pesan Bibi Irma yang mengantar Sham sampai ke pintu depan, di luar pagar taxi sudah menunggunya.
Selama perjalanan menuju kantor milik Jems, benak Sham bertanya-tanya tentang apa yang akan Jems bicarakan. Walaupun di dalam hatinya paham pasti Jems akan membahas tentang perempuan tadi malam yang namanya saja tidak dia ketahui.
“Tuan sampai disini saja ya? Soalnya di depan sana macet,” sopir taxi membuyarkan lamunan Sham.
Sham melihat taxi berhenti di persimpangan yang tidak terlalu jauh dari kantor milik Jems dan memang jalanan saat itu terlihat sangat macet
“Ya sudah tidak apa-apa Pak, saya turun di sini saja,” kata Sham dan mengeluarkan uang untuk membayar taxi.
Perjalanan dari persimpangan menuju kantor milik Jems memang tidak lah jauh hanya memakan waktu beberapa menit saja, tetapi saat Sham sampai di depan gedung kantor milik Jems, matanya tidak sengaja menangkap sosok Jems dan perempuan yang tadi malam duduk bersama di cafe seberang.
Keduanya duduk di bawah kursi berpayung di luar cafe sambil terlihat sedang berbicara serius.
“tenang Sham jangan bertindak gegabah,” ujarnya lebih kepada dirinya sendiri.
Sham pun memilih untuk menunggu Jems di kantornya, logika Sham ternyata masih menang banyak dibanding hatinya.
“Aku bukan siapa-siapa Jems yang berhak melarangnya bertemu dengan orang lain,” begitulah ucap Sham untuk meyakinkan hatinya yang terasa sangat perih
“Sham apa kabar?” bukannya Jems yang datang, akan tetapi Bima yang muncul, dia menemui Sham di dalam ruangan kerja milik Jems.
“Aku, kabar baik,” jawab Sham dengan ekspresinya yang bingung.
“Kamu pasti bingung ya melihat aku menemuimu. Jadi begini, Jems menugaskanku untuk mendampingi kamu dalam proses pengadilan kasus pencemaran nama baik kamu, maka dari itu aku yang bertemu denganmu,” jelas Bima langsung.
“Tetapi aku tidak ingin melayangkan tuntutan atas pencemaran nama baikku,” kata Sham tegas, dia jelas tidak ingin lebih pusing lagi akan hal tersebut. Baginya keluar dari penjara seperti sekarang sudah lebih dari cukup.
“Sham ini cara terbaik untuk mengembalikan namamu baikmu yang telah rusak di masyarakat” Bima mencoba meyakinkan Sham.
“Keputusanku sudah bulat, aku tidak akan melayangkan tuntutan tersebut. Lagi pula masyarakat sudah tahu kebenaran semuanya dari berita!” nada suara Sham meninggi dan keputusannya benar-benar sudah sangat bulat.
“Saya permisi,” Sham langsung berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruangan kerja milik Jems.
“Tunggu Sham!” panggil Bima yang berusaha mengejar Sham, tetapi akhirnya Bima pun membiarkannya pergi dengan keputusannya yang sudah paten tersebut.
Saat Sham sampai, Jesica sudah berada di ruang tunggu bersama pengacaranya. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu hal yang serius, untuk itu Sham menunggunya di luar ruangan. Sham menyendarkan badannya pada dinding, perlahan-lahan dia mencoba menenangkan detak jantungnya yang berirama dengan cepat, terlalu banyak kenangan untuknya di sini. Kenangan pahit dan indah yang muncul secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
JugendliteraturKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...