Bab 22 : Makan malam yang kacau

4.5K 484 12
                                    

“Apa kau pikir 4 tahun yang lalu aku akan melarangmu mengejar cita-citamu jika kau jujur? Tidak Alya! Jawabannya tidak, aku justru akan mendukungmu bukan melarangmu. Aku tahu kau punya alasan lain dibalik kepergianmu itu,” ucap Jems langsung.

“Jems...” Alya tidak dapat berkata-kata karena apa yang dikatakan oleh Jems memang benar adanya.

“Sham...” saat it juga Jems mulai sadar akan keberadaan Sham yang berdiri kaku seperti patung.

“Ah maaf aku mengganggu kalian,” ujar Sham dan langsung pergi dari sana dengan terburu-buru. Jemspun tidak sempat untuk mencegahnya, sejujurnya Jems takut, Sham akan salah paham atas dirinya dan Alya.

Sham juga kaget saat mendapati ruang tengah penuh dengan anggota team A, dari semua orang yang ada di sana hanya Toni yang pernah bertemu dengannya. Sham merasa malu ketika seluruh orang yang berada di ruang tengah melihat ke arahnya.

“Maaf,” ujar Sham sambil membungkuk dan langsung pergi dari sana. Dia menyusul Bibi Irma ke dapur.

“Sini Bi, biar Sham yang bantu,” Sham membantu Bibi Irma membawa berbagai macam makanan yang sudah mereka masak menuju meja makan.

“Aden duduk saja, biar Bibi yang kerjakan,” ujar Bibi Irma tidak enak hati dengan Sham yang notabenenya adalah calon majikannya, karena Jems akan segerah menikahinya.

“Hmm, Bibi panggil Jems sama teman-temannya saja, biar Sham yang selesain ini. Tinggal sayurnya ajakan yang belum?” kata Sham yang mendorong Bibi Irma keluar dari dapur.

“Aduh! Iya iya Den” Bibi Irmapun akhirnya mau menuruti perkataan Sham untuk memanggil Jems dan teman-temannya.

Sambil menunggu Bibi Irma memanggil yang lainnya, Sham menyiapkan sayur soup di atas meja makan. Lalu dia kembali ke dapur dan berdiri di dekat kulkas dengan perasaan bingung.

“aduh kenapa tadi sampai nguping sih,” rutuk Sham begitu mengingat kejadian tadi.

“Gimana kalau Jems marah” ujar Sham lagi sambil mengintip ke arah ruang makan. Dia benar-benar terlihat bingung dan gelisah, apalagi ketika terdengar suara-suara yang mulai mendekat.

“Tenang Sham tenang, itu tadi kamu tidak sengaja. Jadi jangan panik,” Sham berusaha mensugesti dirinya sendiri untuk tidak panik dan berbuat ceroboh.

“Aden ngapain di sini? Itu sana ikut makan bareng,” tegur Bibi Irma yang melihat Sham berdiri di samping kulkas sambil berkomat-kamit tidak jelas.

“Aku makan sama Bibi aja di dapur,” jawab Sham dengan keringat dingin yang sudah mulai keluar.

“Hmm Bi, Jems kalau marah nyeremin gak?” tanya Sham takut-takut.

“Menmangnya kenapa Den?” tanya Bibi Irma balik.

“Jawab aja Bi,” Sham terlihat tidak sabaran dan di dalam hatinya dia berharap jawaban Bibi Irma adalah tidak.

“Den Jems itu jarang marah, tapi kalau sekali marah. Aduh nyeremin banget atuh Den,” ucap Bibi Irma sambil bergidik ngeri. Sham hanya dapat menelan ludahnya mendengar ucapan Bibi Irma tersebut, keringat dingin tambah banyak keluar dari pori-pori kulitnya.

“Sham!”

“Mati aku!” latah Sham ketika mendengar namanya dipanggil oleh Jems, Sham sekarang dengan posisi membelakangi Jems dan menghadap kearah Bibi Irma.

“Siapa yang mati?” tanya Jems dengan heran atas ucapan Sham barusan.

“Itu tadi kucing tetangga mati,” jawab Sham dengan asal dengan posisi masih membelakangi Jems.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang