Di dalam ruangan yang cuksup luas situ duduk Jems bersama Bima dan Alya, keadaan yang canggung jelas terasa kental. Mata Jems terlihat menatap tajam ke arah Alya yang duduk dengan santai, Alya sendiri sudah dapat menguasai dirinya.
"Apa ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Jems kepada Alya.Sebelum menjawab pertanyaan Jems, Alya menatap Jems dengan pandangan matanya yang sayu,
"aku mau minta maaf atas perbuatanku empat tahun yang lalu," ujarnya lugas dengan diakhiri senyum manis.
"Aku sudah memaafkanmu," kata Jems singkat. Mendengar perkataan Jems itu, sontak Bima melihat ke arahnya dengan pandangan bingung. Sedangkan Alya, dia terlihat senang dengan senyum yang mengembang sempurna.
"Aku juga ingin kembali memperbaiki hubungan kita," ujar Alya dengan lebih berani.
Jems terdiam, dia mengerutkan dahinya dalam. "Hubungan kita sudah lama berakhir," ucap Jems dengan tenang. Bima tidak ingin ikut campur, dia hanya diam saja mendengarkan Alya dan Jems menyelesaikan permasalahan mereka.
"Aku tahu itu, apa kamu gak bisa kasih aku kesempatan satu kali lagi? untuk kali ini saja?" pinta Alya dengan ekspresi wajah dibuat selembut mungkin.
"Maaf aku tidak bisa," tolak Jems dengan tegas.
"Kenapa?!" tanya Alya dengan nada suara yang sedikit dinaikkan.
"Karena aku sudah punya calonku sendiri," jawab Jems dengan penuh keyakinan. Mendengar perkataan itu Alya terdiam, tidak tahu harus berkata apa.
"Apa kamu gak bisa pertimbangin aku? Kita sudah kenal lama," kata Alya mencoba bernegosiasi.
"Banyak hal yang berubah selama empat tahun ini, termasuk perasaanku ke kamu dan itu menjadi salah satu alasan aku untuk tidak menerimahmu kembali kedalam kehidupanku" Jems menatap mata Alya penuh dengan ketegasan.
Baru saja Alya akan kembali membuka suaranya, tiba-tiba pintu ruangan milik Jems terbuka dengan suara yang kasar.
"Maaf Pak, Bapak ini memaksa masuk," sekertaris Jems membukukkan badannya dalam.
"Kamu boleh keluar," ujar Jems kepada sekertarisnya dan ditatapnya Glen yang menjadi dalang keributan ini.
"Ada apa?" tanya Jems kepada Glen.
"Ada apa dengan tanah warisan Angela? Apa yang kalian ketahui lebih lanjut?" tanya Glen tidak sabaran. Raut wajahnya frustasi tercetak jelas karena fakta yang diketahuinya tentang keterlibatan Reza Martin.
"Alya tolong kamu keluar, aku dan Bima ingin membahas tentang pekerjaan," usir Jems kepada Alya yang masih ada di ruangan. Dengan terpaksa Alya keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan yang sedikit kesal.
Sepeninggal Alya, Jems mempersilahkan Glen untuk duduk di sofa. Bima juga ikut bergabung bersama mereka di satu sofa.
"Baik aku akan jelaskan semua informasi yang kita dapat, tetapi dengan satu syarat," kata Jems memulai pembicaraan.
"Kalian jangan main-main dengan pihak berwajib," kata Glen tegas.
"Terserah kita hanya menawarkan perjanjian kecil untuk bertukar informasi, syaratnya cukup berikan kami spesifikasi dan ciri-ciri ponsel Angela" ujar Jems dengan gaya santainya yang selalu dapat dengan mudah memancing emosi Glen.
"Tidak bisa! Kalian kira saya tidak tahu bahwa kalian akan melakukan segala macam cara untuk mengeluarkan Sham, bisa saja ponsel itu disembunyikan oleh Sham dan untuk itu kalian butuh informasi ini untuk meleyapkan barang bukti itu," tuding Glen.
"Jangan asal bicara Anda Bapak Glen yang terhormat!" sela Bima dengan ekspresinya yang mengeras, tidak terima dengan tudingan Glen.
"Pintu ruangan saya terbuka lebar untuk Anda," sindir Sham kepada Glen. "Dan jika Anda keluar dari sini, maka pernawaran ini tidak akan terulang lagi," lanjut Jems lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
Teen FictionKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...