Bab 25 : Ngambek

5.1K 483 20
                                    

Sham sedang menunggu taxi di dekat halte bus, dia terlihat menjinjing tas-tas belanjaan yang terlihat berat. Keringat bercucuran di dahinya karena panas matahari sore.

Beberapa taxi sudah lewat, namun semuanya telah terisi oleh penumpang. Sham meletakkan belanjaannya di dekat kakinya, lalu tangannya melambai saat dilihatnya sebuah taxi mendekat.

"Syukurlah kosong," gumam Sham saat melihat taxi itu berhenti, dengan sisa tenaga yang tersisa Sham mengangkat barang belanjaannya.

"Mau kemana dek?" tanya supir taxi ramah. Sham menyebutkan alamat rumah Jems.

Suara napasnya yang terdengar ngos-ngosan peranda bahwa dia sangat capek "udah lama gak belanja sebanyak ini jadinya gini capek banget, maaf ya Pak," ujar Sham sedikit malu karena si supir taxi yang terus memperhatikannya dari kaca spion.

"Gak papa kok dek" ucap sopir taxi memaklumi. "Adek ini bukannya yang di televisi itu ya?" tanya sopir taxi ragu-ragu dan sedikit takut.

"Oh iya Pak," jawab Sham serba salah saat melihat si sopir taxi yang terlihat ketakutan.

"Hmmm anu ... Begini Dek, saya kayaknya gak bisa nganterin Adek deh. Adek bisa cari taxi lain di depan sana," ujar sopir taxi tiba-tiba. Sham yang paham atas ketakutan supir taxi itu hanya pasrah saja dan mengangguk mengiyakan.

Sham turun dari taxi dan berdiri di trotoar jalan, sambil celingukkan melihat taxi kosong yang mungkin saja lewat. Hampir setengah jam Sham mencari taxi kosong, tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepadanya.

"Udah sore banget lagi" gerutu Sham saat melihat jam di pergelangan tangannya.

Tidak jauh dari Sham berdiri, terparkir sebuah mobil sedan yang sebenarnya sedari tadi terus membututinya. Masih orang yang sama dengan tadi pagi, orang itu kembali mengambil gambar Sham dengan kamera yang dibawanya.

Senyum misterius kembali tercetak di bibirnya, "terlalu cantik untuk menjadi target pembunuhan," ucapnya pelan sambil jarinya membelai layar kameranya yang melihatkan hasil foto Sham.

Jems mengendarai mobilnya dengan kecepatan gila, dia baru saja menelpon ke rumah dan mendapati bahwa Sham belum sampai di rumah. Otaknya seperti lumpuh membayangkan hal buruk apa yang mungkin akan terjadi pada Sham.

Hatinya berulangkali menyumpah serapahi kelakuan egois Jems yang mengabaikan Sham begitu saja.

"Sham!" serunya saat melihat penampakkan Sham yang ber diri di atas trotoar jalanan, dengan cepat Jems membawa mobilnya menepi tepat di depan Sham. Diturunkannya kaca mobil

"Sham, ayo cepat masuk" serunya kepada Sham.

"Syukurlah!" ujar Sham saat dia melihat Jems di dalam mobil. Tidak menunggu lama Sham langsung membuka pintu belakang mobil Jems dan memasukkan barang belanjaannya, lalu setelahnya dia duduk di depan tepat di sebelah Jems.

"Beli apa?" tanya Jems saat melihat belanjaan Sham yang banyak di jok belakang mobilnya.

"Bisa tanya-tanyanya nanti saja? aku capek banget pengen pulang" Sham menekuk mukanya, dia sejujurnya kesal sekali dengan sopir taxi tadi yang menurunkannya seenak jidatnya di pinggir jalan.

Jems memilih diam dan menjalankan mobilnya, sesekali dia akan melirik kearah Sham yang masih menekuk wajahnya. Lalu beberapa saat Jems melihat ke kaca spion, memastikan mobil sedan di belakangnya.

Seolah paham bahwa mobil sedan tersebut tengah mengikutinya, Jems memilih jalan memutar untuk pulang ke rumah.

"Kok lewat sini?" tanya Sham bingung karena jalan yang ditempuh Jems adalah jalan yang memutar dan pastinya akan jauh.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang