Hari itu langit kota B begitu cerah dengan kondisi jalanan yang macet, Jems sendiri sudah keluar dari rumahnya sejak jam 6 pagi tadi menuju sebuah cafe. Jems sudah menghubungi Glen dan memintanya untuk bertemu. Untuk itu Jems menuju sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari kantornya.
Saat Jems masuk ke dalam cafe, terlihat Glen sudah duduk di pojok ruangan dengan seragam polisinya yang dilapisi dengan jaket denim.
"Langsung saja ke inti permasalahannya, saya tidak punya banyak waktu untuk berbicara kepadamu" Ujar Glen langsung saat Jems duduk di hadapannya. Bukannya menjawab, Jems mengeluarkan sebuah map yang disembunyikannya dibalik jaket kulit yang dikenakannya. Map tersebut diangsurkan ke arah Glen,
"buka dan bacalah" suruh Jems.
Raut heran tercetak jelas di wajah Glen, dibukanya map yang diberikan oleh Jems tersebut. Dengan teliti dibacanya berkas didalamnya yang menyatakan tentang status Angela yang merupakan yatim piatu dan memiliki warisan tanah yang luar biasanya luasnya. Di sana juga tercantum alamat kampung halaman Angela."Aku harap itu dapat membantu" kata Jems ketika Glen menatapnya meminta penjelasan. Jems berdiri dari duduknya, dia sudah berbalik akan pergi tetapi Glen langsung mencegahnya.
"Tunggu! Jelaskan lebih rinci darimana data ini kau dapatkan" ujar Glen dengan suara yang penuh selidik, seolah tidak percaya dengan informasi yang Jems berikan kepadanya barusan.
"Periksa juga lebih rinci tentang transaksi tanah tersebut dan lalu periksa rekening Bank milik korban" kata Jems lalu berlalu dari hadapan Glen. Jems sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Glen yang membuang-buang waktu tersebut.
Bukannya langsung menuju kantornya, Jems justru menjenguk Sham. Sehari kemarin dia sudah tidak bertemu dengan Pria Manis nan imut tersebut, hanya kabar yang dia dapat dari Toni.
Jems dengan setia menunggu Sham di ruang tunggu sambil memikirkan kata-kata apa yang pantas diucapkannya kepada Sham.
Pertama kali ketika Sham masuk, yang tertangkap oleh indra penglihatannya adalah penampilan Jems yang berbeda. Biasanya Jems selalu berbalut jas dan kemeja mahal serta celana bahan yang licin rapi, tapi kini Jems mengenakan kaos biasa berwarna abu-abu dan celana levis, tidak lupa jaket kulitnya yang tersampir di kursi kayu yang tersedia di ruang tunggu.
"Sudah pulang dari kota S?" tanya Sham berusaha santai, walaupun sebenarnya dia sangat penasaran dengan penampilan Jems tersebut. Dia terlihat seperti pria yang akan pergi kencan dengan pacarnya di mall.
"Seperti yang kamu lihat" jawab Jems sambil matanya memperhatikan Sham yang terlihat sedikit lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu yaitu dua hari yang lalu.
"Penampilanmu sedikit berbeda dari biasanya" komentar Sham sambil tersenyum kecil.
"Hmm, hari ini lebih banyak berada di luar ruangan" kata Jems seadanya. Lama dia memandang Sham dengan tatapan yang dalam, matanya melepaskan semua rasa rindunya kepada Sham.
"Ada apa?" tanya Sham dengan wajahnya yang sedikit malu dan rona pipi yang mulai timbul.
"Aku benar-benar tidak bisa harus melihatmu seperti ini Sham, apapun caranya akan aku lakukan untuk membebaskanmu," kata Jems dalam.
"Aku percaya sepenuhnya kepadamu Jems" balas Sham sambil memberikan senyum manisnya kepada Jems.
"Jika kamu tersenyum seperti sekarang rasanya aku ingin segera membawamu untuk segera aku nikahi" kata Jems dengan rayuan recehnya yang jelas saja membuat Sham bersemu malu di tempat duduknya.
"Tolong jangan menggombal disaat seperti ini, situasi seperti ini kurang tepat untuk gombalanmu" ujar Sham dengan mimik wajahnya yang dibuat cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
Teen FictionKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...