Setelah menelpon Jems, Sham dan Jems memutuskan untuk bertemu di Kafe dekat kosan Sham. Kondisi Sham saat ini masih terlihat sangat kacau, tangannya masih gemetaran serta keringat dingin terus-terusan bercucuran dari pori-pori kulitnya dahinya. Sham langsung berdiri dari duduknya begitu melihat Jems masuk ke dalam Kafe dengan tergesah-gesah.
"Duduk dulu Shan, tenangkan dirimu!" ujar Jems sambil membawa Sham ke tempat duduknya kembali dan dia duduk di kursi sebelah Sham."Aku harus bagaimana Jems?" tanya Sham dengan suaranya yang terdengar pelan, dengan pandangan mata yang menyiratkan ketakutan. Bagaimana pun rasa takut tetap ada di dalam diri Sham, walaupun itu bukan perbuatannya. Dia takut kalau dia tidak akan bertemu dengan Jems lagi untuk waktu yang lama tentunya.
"Sekarang kamu harus tenang dulu, masalah ini kita bisa bicarakan besok" ucap Jems sambil memeluk Sham dan menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan, seolah-olah Jems menyalurkan kekuatannya kepada Sham, hati Sham mulai menghangat karena setidaknya dia tidak sendirian menghadapi cobaan ini.
"Terima kasih sudah repot-repot mau mengurusiku, Jems" bisik Sham, dalam pelukan Jems
"Tidak ada yang namanya berterima kasih untuk kita, Sham" ucap Jems sambil tersenyum manis, sedangkan Sham menatap Jems dengan bingung. Sampai beberapa saat Sham tersenyum kecut begitu tahu arti bahwa mereka sama-sama diuntungkan jadi tidak ada kata terima kasih.
"Kalau begitu aku mau pulang istirahat sekarang, sampai jumpa lagi," ujar Sham sambil melepaskan Pelukan Jems. Saat Sham ingin berdiri dari duduknya, Jems memegang tangan Sham.
"Aku antar, ya.. " ujar Jems, bukannya mengangguk tanda setuju, Sham justru menggeleng dan melepaskan tangan Jems yang menahan tangannya dengan lembut. Sham langsung berlalu dari hadapan Jems tanpa sedikitpun menoleh lagi ke arah Jems.
Jems masih duduk di dalam kafe, dia sedang memijit pelan pucuk hidungnya. Pikirannya melayang memikirkan Sham, terlalu banyak yang tidak dia mengerti tentang apa yang menimpa Sham. Sama seperti Sham, Jems juga yakin bahwa pisau dapur milik Sham lah yang akan memberatkan posisi Sham.
Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri Jems "Tuan, ini ada titipan" pelayan itu meletakkan selembar kertas yang dilipat.
"Dari siapa?" tanya Jems.
"Saya juga tidak tahu Tuan, orangnya tadi duduk di meja nomor 20, tetapi.... sekarang orang itu sudah pergi" jelas Pelayan itu. Jems melihat ke arah meja 20 yang hanya beberapa meja dibelakangnya, meja itu sudah kosong.
"Saya permisi Pak," pamit si pelayan yang diangguki oleh Jems.
Pada saat Jems membuka lipatan kertas tersebut dan membaca isinya, yang tertulis "jangan bertindak terlalu jauh, lepaskan kasus itu. Kau bukan siapa-siapanya" Jems lamgsung menggeram marah begitu tahu maksud radi kertas tersebut. Ketika tersadar bahwa orang yang mengirim kertas tersebut pergi berasamaan dengan Sham, Jems langsung keluar dari cafe.
Berlari secepat yang dia bisa untuk menuju ke kosan Sham yang memang tidak terlalu jauh dari Kafe. Nafas Jems terdengar jelas memburu, tangannya mengepal kuat menahan emosi yang akan meledak. Jems bersumpah di dalam hatinya, bahwa dia akan menghajar orang yang sudah bermain-main dengannya dan Sham.
Sham berjalan cepat begitu memasuki gang menuju kosannya, dia sadar bahwa dirinya sekarang sudah diikuti oleh seseorang. Bahkan Sham sebelumnya dengan sengaja masuk ke supermarket hanya untuk membeli barang yang tidak dibutuhkannya, hal itu dilakukannya agar dia bisa kabur dari orang yang membututinya sedaritadi, pada saat Sham keluar dari supermarket, dengan hanya beberapa langkah Sham kembali merasakan bahwa dirinya telah diawasi oleh seseorang.
Di dalam hatinya, Sham merutuki dirinya yang menolak tawaran dari Jems untuk mengantarnya pulang. Sekarang dia harus merasakan ketakutan karena kejadian dibuntuti seperti ini bukan pertama kali dialami olehnya, walaupun sebelumnya orang yang membututi Sham tidak melakukan apa-apa terhadapnya, tetap tidak ada jaminan bahwa kali ini Sham tidak akan celaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
Fiksi RemajaKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...