Bab 29 : May Thompson

3.2K 344 8
                                    

Pagi-pagi sekali Jems sudah rapi setelah sebelumnya semalaman mengurus kasus pembegalan yang turut menyeretnya sebagai saksi. Jems akan bertemu dengan May Thompson untuk kelanjutan kasus pengancaman. Kasus pembegalan akan diurus oleh Bima dan Galih, maka hari ini dia akan sendirian bertemu dengan May di salah satu restaurant.

"Jems! Kamu yakin akan pergi sendirian?" tanya Bima yang baru saja sampai di ruangan Jems, Bima masih terlihat mengenakan baju semalam saat di rumah sakit.

"Iya," jawab Jems yakin.

"Tapi May Thompson itu artis papan atas," Bima memperhatikan gaya pakaian Jems yang terlihat resmi.

"Lalu, memangnya kenapa?" tanya Jems yang tidak paham dari maksud perkataan Bima.

"Kamu sudah beritahu Sham soal pekerjaan yang ini? Sham bisa salah pama tentangmu dan May," ucap Bima lagi, dia juga sedikit geram dengan tingkah Jems yang terlalu cuek dengan Sham.

"Sham pasti paham dan mengerti dengan pekerjaanku, lagi pula aku dan May memang hanya pengacara dan klien," ujar Jems yang sangat yakin bahwa akan baik-baik saja.

"Yakin sekali," cibir Bima sambil menyerahkan sebuah majalah yang baru terbit hari ini. Cover depan majalah itu adalah foto Jems dan May yang telah diedit.

"Terlihat serasi, pasangan pengacara dan klien ini menuai simpati publik," Bima menyebutkan judul artikel di majalah itu, yang menjadikannya berita utama pada majalah itu.

"Ini hanya gosip dan para wartawan pegosip itu hanya ingin mendapat simpati dari publik melalui majalah itu" jelas Jems kepada Bima.

"Jelaskan itu kepada Sham jangan kepadaku," ucap Bima dengan raut wajah yang sedikit sebal.

"Kenapa belakangan ini kamu perhatian sekali dengan Sham Bim?" Jems bertanya tanpa melihat ke arah Bima, dia lebih memilih mencari-cari sesuatu di dalam lacinya.

"Coba lihat siapa sekarang yang cemburu," sindir Bima terang-terangan.

"Aku tidak cemburu," Jems mengalihkan pandangannya dari laci ke arah Bima yang berdiri di depan mejanya.

"Aku hanya tidak ingin terjadi kesalah pahaman di antara kita, sudah cukup dengan masalah Alya" kata Jems lagi.

Mendengar perkataan Jems tersebut, jelas Bima merasa dicurigai oleh Jems. Dia jelas tidak suka dengan kata-kata Jems kepadanya itu.

"kamu mencurigai sahabatmu sendiri?" tanya Bima tidak percaya.

"Aku tidak mencurigaimu Bim," bantah Jems.

"Kalau bukan curiga apa namanya? Ingat Jems, jangan buat kesalahan dua kali. Dulu Alya pergi juga ada andil atas sikap dirimu yang kaku itu, jadi jangan buat Sham melakukan hal yang sama," peringat Bima yang langsung keluar dari ruangan Jems dengan perasaan kesal.

Sepeninggal Bima, Jems hanya diam saja, dia sadar bahwa perkataannya itu benar-benar sudah keterlaluan. Selama mereka bersahabat memang kejadian berbeda pendapat beberapa kali terjadi di antara mereka.

Sebelumnya, untuk masalah Alya pun Jems tidak berkata seperti sekarang dan dapat memakluminya.

"Pak Jems," suara sekertaris Jems membuyarkan lamunan Jems.

"Ya ada apa?" tanya Jems kepada sekertarisnya itu.

"Saya ingin mengingatkan bahwa Bapak harus bertemu dengan saudari May Thompson jam 9 pagi," ujar si sekertaris yang terlihat takut-takut sambil melirik jam dinding di ruangan Jems.

Mau tidak mau Jems juga ikut melihat ke jam dinding yang sudah menunjukkan jam 9 kurang lima belas menit.

"Iya saya akan berangkat sekarang," Jems langsung berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangannya diikuti oleh sekertarisnya.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang