Bab 17 : Masa lalu

4.2K 442 31
                                    

Bukannya langsung pulang atau kembali ke kantornya, Jems justru pergi menuju ruangan Glen untuk memintanya melakukan pemeriksaan mendetail di kamar kost Sham dulu. Tetapi sayang, saat dia membuka pintu ruangan Glen yang terlihat hanya ruangan kosong, tidak ada sosok Glen di dalam sana.

"Maaf Inspektur Glen kemana ya?" tanya Jems kepada salah seorang petugas yang lewat di dekat ruangan Glen.

"Oh, katanya pamit pulang dulu," jawab polisi itu dan langsung berlalu begitu saja meninggalkan Jems yang masih berdiri di depan pintu.

Tidak ingin membuang-buang waktu, Jems memutuskan untuk menyusul Glen. Kebetulan Jems tahu tempat tinggal Glen, karena di kasus sebelumnya mereka cukup akrab untuk saling mengundang mampir makan malam bersama. Di perjalanan menuju rumah Glen, Jems mendapat telepon dari Bima.

"Hallo," sapa Jems yang masih tetap fokus menyetir dengan earphone yang tersemat ditelinganya.

"Dimana? Ada yang ingin aku bicarakan," tanya Bima langsung.

"Aku akan bertemu Glen dulu. Nanti kita bertemu di kantor, tunggu aku di sana," kata Jems terdengar terburu-buru karena dia sudah sampai di kompleks perumahan tempat tinggal milik Glen, Jems bahkan mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Glen!" panggil Jems yang baru saja turun dari mobil, dia melihat Glen yang sedang membuka pintu mobilnya terlihat akan pergi.

"Apa yang membawa seorang pengacara datang ke rumah polisi?" tanya Glen langsung dengan nada yang tidak bersahabat.

"Ada yang ingin aku bicarakan, ini terkait penyelidikan," kata Jems langsung, dia bahkan tidak perduli dengan sambutan Glen yang tidak bersahabat.

"Apa sekarang pengacara lebih tahu segalanya dibanding polisi?" Glen memandang Jems sinis, aura permusuhan terlihat kental dari tatapan matanya.

"Tolong jangan berprasangka buruk dulu. Aku mohon Glen, dengarkan dulu perkataanku baru setelahnya terserah pihak berwajib mau mencoba cara ini atau tidak," Jems berusaha untuk tidak terprofokasi oleh Glen, dia tetap berusaha mencoba untuk mengajak Glen berbicara.

"Baiklah, kita bicarakan ini di dalam," untunglah Glen menyetujui juga ajakan Jems untuk berbicara dengannya dan mengajak Jems masuk ke rumahnya.

"Istrimu tidak ada di rumah?" tanya Jems saat melihat keadaan rumah Glen yang sepi. Glen memang sudah menikah dan sudah memiliki seorang anak yang masih balita.

Glen sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Jems, dia hanya memberikan tatapan tajam kepada Jems, seolah-olah mengatakan untuk Jems tidak banyak bertanya tentang urusan pribadi.

Jems pun hanya menaikkan bahunya santai seolah-olah tidak merasa ada yang salah dengan pertanyaannya tersebut. Glen dan Jems duduk berhadapan di ruang tamu rumah Glen, tidak ada minuman atau makanan ringan yang menemani mereka, hanya ada suasana yang kelam yang terpancar dari mata Glen.

"Ada apa?" tanyanya langsung, di sandarkannya punggungnya ke sandaran single sofa yang didudukinya, tangannya terlipat di depan dada dengan mata yang tetap lurus memandang Jems.

"Sebelumnya aku ingin bertanya, apakah pihak berwajib tidak penasaran dengan pisau dapur milik Sham?" mata Jems menatap Glen penuh selidik, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum sinis mendengar pertanyaan Jems.

"Kenapa harus penasaran? Itu senjata pembunuhan dan bukti mengarah kuat kepada Sham, jadi tidak ada waktu untuk polisi merasa penasaran," jawab Glen dengan nada yang penuh dengan penekanan.

"Bagaimana jika Sham tidak bersalah? Apa kalian tidak penasaran dengan pisau tersebut?" tanya Jems lagi, dia masih mencoba membaca untuk membaca atau lebih tepatnya mencari cela untuk dapat meyakinkan Glen.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang