Jems langsung menyusun rencana untuk menangkap Josh yang tidak lain adalah pamannya sendiri. Jems menghubungi Bima, Sedangkan Sham sedang menunggui Alena di kamar Alena.
"Sekarang apa lagi? Kemarin kamu menyuruhku ke Bogor untuk mengambil barang bukti," cibir Bima langsung saat telefon mereka tersambung.
"Kali ini kita harus mengamankan saksi kuncinya Bim," kata Jems serius.
"Apa lagi yang kalian dapat? Kalian sedang dalam pelarian atau sedang main detektif-detektifan?" Bima terlihat menyipitkan matanya dan bibirnya dedikit membuat gerakan mencibir.
"Jangan banyak tanya, lebih baik kamu dengarkan penjelasan aku dulu Bim," pinta Jems serius. Bima pun akhirnya diam dan menunggu Jems melanjutkan kalimatnya, "aku, Sham dan Agung berada di . Ah ada satu lagi tambahan personil, ada Alena yang sedang sakit di sini."
"What? Kenapa ada Alena di sana? Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Bima beruntun, rasa kesal terhadap Arthur mulai membayanginya.
"Aku berbohong soal Alena di Paris, sebenarnya selama ini Alena memang ada di Paris dan tinggal di rumah sakit jiwa di sana. Saat aku ke Paris beberapa hari yang lalu, Alena telah kabur dari rumah sakit jiwa. Hingga akhirnya aku berhasil menemukan Alena di Jogja, barang bukti yang kemarin kamu ambil di villa itu dari Alena," Jems menberikan jeda untuk Bima dapat menyerap informasi yang diberikannya.
"Alena sakit jiwa?" tanya Bima dengan raut wajah tidak percaya.
"Itu kesalahanku Bim, aku kira selama ini Alena memang mengalami gangguan kejiwaan. Tetapi ternyata semua ini kejahatan Josh, aku minta padamu untuk mengatur kepulangan Alena ke Jakarta dan tolong kirimkan bala bantuan untuk aku dan Agung. Sekitar lima belas menit lagi, aku, Sham dan Agung akan memancing pembunuh yang mengikuti kami. Untuk itu bergeraklah bawa Alena ke Jakarta, alamat akan aku kirimkan melalui pesan singkat," ujar Jems sedikit terburu-buru pasalnya dia dan Sham sudah terlalu lama di rumah Ibu Haji.
"Oke aku mengerti, aku akan menggerakkan para preman untuk membantu kalian tetapi bagaimana caranya membawa Alena?" Bima terlihat bingung pada bagian itu.
"Gunakan helli kopter keluarga saja, Sham akan memberikan perintah langsung. Minta bantuan Galih untuk mengurus kepulangan Alena dan kamu sebaiknya selamatkan Bram dan pantau pergerakan Josh," saran Jems kepada Bima.
"Baiklah, aku akan bergerak sekarang. Kita harus bisa menangkap psikopat gila itu," kata Bima paham dan setelahnya sambungan keduanya terputus.
Jems langsung mengirimkan alamat rumah Ibu Haji dan lapangan bola yang tidak jauh dari rumah Ibu Haji untuk tempat mendaratnya helli. Jems juga menyusul Sham ke kamar Alena, di sana terlihat Alena yang sedang tertidur pulas dengan ditemani Sham. Rasa bersalah Jems karena membiarkan Alena dalam kondisi seprti itu benar-benar menusuk hingga ke dasar hati."Sham bisa bantu untuk memberikan perintah kepada orang kepercayaan Kakek Rean untuk mengirim helli kopter yang akan menjemput kita dan Alena?" tanya Jems hati-hati dengan nada suaranya yang pelan takut membangunkan Alena.
"Kenapa aku? Gak kamu aja?" Sham mengerutkan keningnya bingung.
"Kamu pemegang kekayaan keluarga Arthur yang lebih besar Sham, aku tidak bisa memerintah begitu saja," jelas Jems kepada Sham.
"Baiklah, bagaimana caranya aku menghubungi orang kepercayaan Kakek?" Sham melangkah keluar kamar diikuti Jems di belakangnya.
"Hubungi dia melalui video call, kontaknya ada di sana. Aku akan menunggu," jelas Jems. Sham mengangguk paham dengan penjelasan Jems dan membiarkan Jems kembali masuk ke kamar Alena.
Sementara itu, Agung masih setia menunggu di dalam mobil di jalan yang telah diberitahukan Sham. Agung yang memang menguasai seni beladiri taekwondo tidak pernah takut dengan apa saja yang mungkin akan terjadi. Itu menjadi salah satu alasan kenapa Jems mempekerjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
Teen FictionKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...