Bab 31 : Guru dan Murid

3K 299 9
                                    

Malam terasa sangat sepi untuk Agung, di tanba rasa cenas yang tiba-tiba muncul. "Tuan Sham!" Agung membuka pintu rawat inap Sham. Di sana terlihat seorang suster laki-laki sedang menyiapkan suntikan untuk Sham.

Rasa curiga Agung timbul karena dia ingat dengan jelas kapan suster akan kembali masuk untuk memberikan kepada Sham obat.

"Maaf setahu saya suster yang berjaga di kamar malam ini perempuan," tegur Agung saat suster laki-laki itu akan menyuntikkan obat kepada Sham.

"Ah bukankah ini kamar 303?" tanya si suster laki-laki yang terlihat sedikit gugup.

"Maaf Anda salah kamar, ini kamar 304," ucap Agung yang terlihat menyipitkan matanya curiga pada si suster.

"Maaf untuk kesalahan saya," suster laki-laki itu langsung buru-buru membereskan obat yang dibawanya,

"kalau begitu saya pamit dulu," katanya lagi dan langsung keluar begitu saja dari kamar rawat Sham.

Sham dan Agung pun saling berpandangan melihat keanehan sifat suster laki-laki itu, "sudah Tuan jangan dipikirkan, lebih baik Tuan istirahat saja," kata Agung menenangkan Sham.

"Kamu gak jadi beli kopi Gung?" tanya Sham saat sadar Agung kembali tanpa membawa kopi.

"Uang saya ketinggalan Tuan makanya saya balik lagi," Agung mengacungkan dompet lusuhnya yang diambilnya dari atas sofa. Sham yang paham hanya mengangguk saja dan kembali berusaha mencari posisi nyaman untuk kembali tertidur.

"Untung kamu balik lagi Gung, aku nggak tahu gimana nanti reaksi obat yang salah suntik itu," ujar Sham dengan muka horror ketik membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.

"Iya Tuan untung banget ini dompet saya ketinggalan," kata Agung menyetujui perkataan Sham tersebut.

Di lain tempat, laki-laki yang tadi menyamar sebagai suster sedang terlihat memutar otaknya mencari jalan lain. "Sial pake acara ketahuan segala," rutuknya dengan raut wajah yang terlihat kesal.

"Pokoknya rencana berikutnya, harus matang dan aku harus berhasil," ujarnya dengan penuh berapi-api.

Dari kejauhan ada seseorang yang terus memantaunya, orang yang sudah dianggap laki-laki itu sebagai gurunya. Rasa ingin menjadi yang terbaik di mata gurunya itu membuat hasrat untuk melakukan apa saja perintah sang guru menjadi sangat besar berkobar di dalam dirinya. Ini menang bukan tugasnya yang pertama untuk meleyapkan orang yang diperintahkan sang guru kepadanya.

Hari ke dua Sham di rumah sakit kondisinya sudah lebih membaik, Sham sendiri kemungkinan besar akan diperbolehkan pulang pada besok harinya, dan Setelah kejadian tadi malam, Agung tidak lagi meninggalkan Sham terlalu lama dan saat ini tugas Agung digantikan oleh Jesica karena Agung sedang pulang istirahat.

"Jems kemana memangnya?" tanya Jesica saat Sham selesai menceritakan tentang kejadian semalam kepada Jesica.

"Dia sedang menemui sepupunya di Paris," jawab Sham sedikit lesu.

"Ya sudah kamu yang penting cepat sembuh, itu orderannya lumayan banyakkan yang mesti diselesaiin," Jesica mencoba mengalihkan pembicaraan ke arah yang lainnya. Dia sangat paham bahwa Sham merasa sedikit kecewa dengan Jems yang lebih memilih berangkat ke Paris dibanding menungguinya di rumah sakit.

Sementara itu di luar sana, orang yang sama dengan yang menyamar menjadi suster itu sedang sibuk memikirkan strategi selanjutnya.

Kali ini dia akan melakukan hal yang sedikit lebih ekstream sepertinya dibanding dengan suntikan. "Sekali tusuk langsung mati," ujarnya sambil memain-mainkan pisau yang terlihat mengkilat tajam dan runcing di ujung mata pisaunya.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang