Jems menyetir mobilnya dengan kecepatan yang sangat luar biasa setelah tadi mendapat kabar dari rumahnya dan kantor polisi. Wajahnya terlihat sangat tegang, seperti sedang khawatir akan sesuatu. Lebih tepatnya dia sedang khawatir dengan Sham.
"Glen! Aku yakin di sini ada kesalahan!" tegas Jems kepada Glen begitu bertemu dengannya di kantor polisi.
"Bukti sudah mengarah ke Sham, Jems, bukti Sham tidak tersangka juga tidak kuat. Kalau kamu masih bersikeras untuk menongnya silahkan bawa bukti lain kepadaku!" ujar Glen tidak ingin dibantah. Glen juga meninggalkan Jems begitu saja, membuatnya hampir meledakkan seluruh emosinya di kantor polisi.
Tadi saat Jems sedang makan siang dia mendapat telepon dari rumah, Bibi Irma memberitahukannya bahwa Sham dibawa pihak berwajib. Sudah pasti Jems meninggalkan makan siangnya dan langsung meluncur menuju kantor polisi.
Jems hanya dapat terduduk di kursi panjang kantor polisi setelah Glen berlalu dari hadapannya, dia sedang berusaha mencari cara agar Sham dapat terbebas dari tuduhan yang tidak dilakukannya. Setelah menimbang-nimbang akhirnya Jems memutuskan untuk menemui Sham, dia ingin melihat keadaan Sham sekarang.
Jems dan Sham duduk berhadapan, keduanya diam tidak tahu harus memulai percakapannya darimana. Jems juga takut menyinggung perasaan Sham saat ini, sedangkan Sham terlalu kalut untuk memulai pembicaraan.
"Aku percaya kok dengan seorang yang bernama Jems Arthur" ucap Sham setelah keheningan yang melingkupi mereka begitu menyesakkan baginya. Dia memilih untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu karena Sham tahu Jems sedang bingung saat ini.
"Aku berjanji akan segera menemukan bukti bahwa kamu tidak bersalah Sham" janji Jems kepada Sham.
"Kamu harus tepati janjimu itu Jems, kalau tidak kamu tidak akan mendapatkan harta warisanmu" ujar Sham dengan nada yang dibuat bercanda dan terdengar santai. Walaupun Jems tahu itu hanya upaya Sham untuk menutupi kegelisahan dan ketakutannya.
Setelah bertemu dengan Sham, Jems memilih untuk bertemu dengan Bima yang merupakan orang kepercayaannya. Begitu Jems masuk ke ruangannya ternyata Bima sudah menunggunya di dalam sana.
"Bagaimana sudah ada informasi soal plat mobil yang aku berikan?" tanya Jems langsung.
"Aku sudah mendapatkan informasinya ternyata pemilik plat mobil itu milik seorang perempuan bernama Bella seorang mahasiswi" lapor Bima sambil menyerahkan berkas yang berisikan informasi plat mobil tersebut.
"Sudah kamu selidiki apakah dia kenal dengan Angela?" Jems menatap Bima yang sedang menatapya dengan sorot mata penuh penyesalan.
"Aku sudah selidiki, tetapi sayangnya mobil itu dibeli oleh orang tua Bella dari sebuah showroom mobil bekas" kata Bima dengan penuh penyesalan.
"Telusuri jejaknya Bim! Cari tahu siapa pemilik sebelumnya!" kata Jems dengan nada suaranya yang sedikit ditekan. "Ini adalah jalan awal kita untuk memulai mencari buktinya Bim" tambah Jems lagi.
Bima pun pamit untuk mencari informasi yang lebih jauh tentang pemilik mobil sebelumnya, sedangkan Jems dia tetap di kantornya. Menekuni berkas-berkas yang berkaitan dengan kasus meninggalnya Angela. Setelah dua jam akhirnya Jems keluar dari kantornya, dia menuju lingkungan tempat tinggal Sham dan Angela.
Jems mendatangi warung Pak Doni yang saat itu sedang ramai oleh bapak-bapak yang sedang asik minum kopi sambil mengobrol dan beberapa ibu-ibu yang membeli keperluan dapur di warung Pak Doni.
"Eh Nak Jems, mari duduk Nak. Mau minum apa?" tanya Pak Doni ramah. Beberapa ibu-ibu yang ada di sana langsung berbisik-bisik begitu melihat Jems datang. Mereka mengenali Jems karena sering melihatnya bersama Sham, para bapak-bapak juga mulai mengalihkan pandangannya ke arah Jems saat mendengar sapaan pak Doni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
Teen FictionKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...