Pagi hari begitu sejuk, Sham sendiri sedang duduk-duduk di pelataran villa bersama istri penjaga villa. Sham memperhatikan burung-burung yang bertengger di ranting-ranting pohon. Udara yang begitu sejuk, sangat menyegarkan pikiran Sham yang sekarang penuh dengan berbagai macam masalah.
Sham sengaja tidak membangunkan Jems karena waktu yang masih sangat pagi. Ibu Arni -istri penjaga villa- baru saja selesai menghidangkan sarapan di atas meja makan. Awalnya Ibu Arni menghampiri Sham untuk memberitahu sarapan sudah siap, tetapi Sham justru meminta ditemani duduk di depan bersama.
"Tenang sekali ya Bu di sini," ujar Sham sambil matanya terpejam menikmati ketenangan dan kesejukkan yang tersedia di sana.
"Iya Tuan dari dulu di sini memang tenang seperti ini, makanya banyak orang kota yang membuat villa di sekita sini," jelas Ibu Arni.
"Ibu orang asli sini?" Sham memperhatikan Ibu Arni yang berpakaian seadanya, hanya mengenakan rok lusuh panjang dan baju kemeja yang sama lusuhnya dengan rok serta rambutnya yang terlihat panjang dicepol rapih.
"Iya Tuan saya asli sini," Ibu Arni memberikan senyum terbaiknya kepada Sham.
"Kalau kerja sama keluarga Arthur sudah lama juga?" Sham bangun dari duduknya dan berjalan menuju ke tanaman bunga mawar yang rapi terurus.
"Iya Tuan sudah lama, sekitar 10 tahun semenjak villa dibangun," ujar Ibu Arni yang mengikuti Sham melihat-lihat bunga mawar yang sedang mekar merona di pelataran villa itu.
Obrolan keduanya terus berlanjut, Sham yang memang mudah akrab dengan orang seketika menjadi dekat dengan Ibu Arni. Mereka juga sempat berjalan-jalan ke sekitar villa melihat-lihat rumah penduduk juga kebun-kebun sayur yang masih di sekitar villa. Bertegur sapa dengan penduduk yang sangat jarang dapat dilakukan di Jakarta dengan penduduk yang super sibuk.
Ketika Jems bangun, dia mendapati kondisi villa yang sepi. Semakin panik ketika tidak menemukan sosok Sham di seluruh penjuru villa. Sampai Agung pun terbangun karena mendengar suara Jems yang panik memanggil-manggil Sham, penjaga villa juga lari pontang-panting dari kebun belakang saat mendengar suara Jems.
"Sham kemana?" tanya Jems langsung, keringat dingin membanjiri wajah Jems. Rasa takut menjalar hingga ke dalam darah Jems.
"Masih tidur mungkin Tuan" jawab Agung berusaha menenangkan Jems yang mulai panik.
"Sham tidak ada dikamar setelah saya bagun, saya juga sudah cari ke seluruh penjuru villa tapi tidak ada. Apa kalian lihat Sham kemana?" Jems beralih bertanya ke penjaga villa karena Agung sudah pasti tidak tahu kemana Sham.
"Saya terakhir lihat Tuan Sham duduk di pelataran depan sama istri saya Den," jawab Pak Cecep.
Belum lagi Jems akan membuka suaranya kembali tiba-tiba Agung berseru, "nah itu Tuan Sham!"
Terlihat Sham muncul dari depan bersama Ibu Arni, melihat itu Jems menghembuskan napas lega. Rasa panik dan takut seketika menguap entah kemana, bukannya menghampiri Sham, Jems justru masuk kembali ke kamarnya. Agung dan Pak Cecep yang melihat tingkah Jems hanya geleng-geleng kepala.
Setelah sarapan, Jems bersama Sham dan Agung pergi ke suatu tempat di daerah kota. Mereka menyambangi rumah kontrakkan yang menurut info dari teman Alena, terakhir mereka berkirim surat lewat alamat rumah tersebut. Rumah kontrakkan yang mungkin hanya berisi sebuah kamar dan kamar mandi itu terlihat sepi tak berpenghuni.
"Permisi!" seru Jems dari luar pagar kayu rumah kontrakkan itu.
"Permisi!" sekali lagi Jems berseru dengan nada suara yang sedikit dinaikkan.
Dari rumah sebelah keluar seorang ibu-ibu dengan daster bunga-bunga dan rambut yang penuh roll menghampiri Jems.
"Cari siapa ya Mas?" tanya si Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warning Love [M-PREG]
Teen FictionKarena sebuah perjanjian dalam surat wasiat dan harta warisan, Jems harus menikahi seorang pria yang bernama Sham, yang telah menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Angela-Teman Sebelah kamar kosannya. "Sebagai imbalannya, Anda harus bersedia men...