Bab 32 : Banyangan Hitam

3.3K 329 14
                                    

“Apa maksud kamu Sham dalam bahaya?!” Bima jelas-jelas sangat kaget. Jems pun menyerahkan sebuah amplop cokelat kecil kepada Bima.

Bima membuka amplop cokelat tersebut, di dalam amplop itu terdapat foto Sham saat di rumah sakit. Di balik foto ada tulisan yang ditulis dengan sangat rapi yang berisi,

"SAYANG SEKALI SUPIR ITU DATANG TEPAT WAKTU JIKA TIDAK DIA PASTI SUDAH MASUK SURGA"

“Amplop itu dikirimkan seseorang saat aku sedang mencari Alena, karena amplop dan foto itu aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia lebih cepat,” jelas Jems.

“Lalu kenapa kamu tidak menghubungi Sham?” tanya Bima yang masih kurang paham dengan kondisi saat ini.

“Nomor ponselku entah bagaimana bisa tiba-tiba saja tidak dapat digunakan,” Jems memperlihatkan ponselnya yang masih terdapat nomor ponsel yang seperti biasa di dalamnya tetapi bertuliskan no service.

“Sejak kapan nomornya seperti ini?” Bima terlihat memeriksa ponsel Jems, dia juga mengeluarkan kartu nomor ponsel Jems.

“Sejak aku sampai di Paris, aku mencoba menghubungimu di Indonesia lewat telepon umum. Tetapi, selalu gagal,” cerita Jems.

“Sepertinya ada yang sedang memata-mataimu,” kata Bima. Karena penasaran, Bima mencoba memasukkan kartu miliknya ke ponsel Jems.

“Ponselnya baik-baik saja,” Bima memperlihatkan ponsel Jems yang langsung bekerja saat Bima memasukkan kartunya.

“Berarti nomor ponsel milikku yang bermasalah,” yakin Jems. “Padahal, saat Alya menghubungiku di bandara semua masih baik-baik saja,” ingat Jems yakin.

“Untuk apa Alya menghubungimu?” tanya Bima yang mulai curiga.

“Dia meminta bekerjasama untuk kasus perdagangan organ tubuh manusia,” setelah mengetakan hal itu, Jems memandang Bima dengan matanya yang terbelalak besar

“Kemarin Alya datang kemari dan menawarkan bantuan kepadaku, apa ini tidak terlalu kebetuan?” wajah Jems jelas curga kepada Alya.

“Benar, besar kemungkinan Alya turut andil dalam hal ini. Nomormu dikirimkan virus melalui panggilan dari Alya dan sepertinya ada pelacak yang disisipkan ke dalam ponselmu melalui ini,” Bima memperlihatkan email yang diterima Jems beberapa hari yang lalu saat masih di Indonesia.

“Sialan!” geram Jems marah.

“Sekarang lebih baik kita kembali ke Indonesia secepanya,” ujar Bima yang langsung disetujui oleh Jems.

____________

Hari sudah sore, tetapi Bibi Irma dan Agung belum juga kembali. Hujan lebat turun membasahi kota B sejak satu jam yang lalu, disusul dengan pemadaman listrik. Keadaan rumah terlihat gelap, hanya pencahayaan dari lampu baterai di ruang tamu.

KLAK

KLAK

KLAK

Terdengar suara saklar lampu yang dimainkan, suara saklar terdengar menyeramkan di tengah sunyinya suasana yang tengah hujan lebat.

“Siapa itu?” teriak Sham, dia berjalan menggapai lampu cas dan membawanya menuju tempat asal suara.

KLAK

KLAK

KLAK

Sekali lagi suara saklar lampu dimainkan, rasa penasaran dan takut mendominasi Sham. Pasalnya Sham adalah orang yang tidak percaya dengan hantu, baginya hantu tidak akan mudah mengganggu dengan menyentuh barang-barang.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang