Bab 30 : Mayat terapung

3.4K 340 12
                                    

Pagi-pagi sekali Sham sudah bangun, dia duduk di depan televisi sambil merajut syal berwarna abu-abu. Dia sengaja bangun pagi karena nanti siang akan pergi dengan Agung untuk membeli keramik. Sesekali bibir Sham akan mengeluarkan senandung merdu dan matanya akan sesekali menatap layar televisi ketika pemberitaan selebriti tanah air dibahas.

"May Thompson? Seharusnya namanya bukan pakai Thompson lagi, kan sudah cerai," komentar Sham saat nama May disebut-sebut oleh presenter gosip.

"Mengajukan tuntutan kepada Bram Thompson melalui adik sepupu tiri Bram Thompson," Sham membaca kalimat yang tertulis di layar televisi dengan dahi berkerut.

Sham mengambil remote televisi dan menaikkan volume suaranya saat berita tentang May ditayangkan, "May Thompson diduga kuat menjalin hubungan asmara dengan pengacaranya Jems Arthur..." suara televisi terdengar jelas di telinga Sham, apa lagi saat nama Jems disebut.

Di layar televisi sekarang terpampang tayangan yang menunjukkan Jems keluar bersama sang artis papan atas  May Thompson dengan kawalan security restaurant. Sham hanya dapat diam terpaku saat melihat Jems dengan santainya merangkul May melewati para awak media.

Tidak ada sepatah-kata yang keluar dari Jems maupun May, hanya kerubunan wartawan yang saling meminta kejelasan tentang hubungan mereka.

"Tenang Sham tenang," ujar Sham yang langsung menutup kedua mata dan telinganya untuk menenangkan perasaannya yang tidak karuan.

"Nonton apa sih kok suara televisinya kenceng banget?" tanya Jesica yang baru keluar dari kamarnya menghampiri Sham. Mata Jesica memandang heran Sham yang hanya diam saja dan masih memejamkan kedua mata sambil menutup kedua telinganya.

Rasa penasaran Jesica pun menjadi, dia menatap ke arah layar televisi yang masih memberitakan tentang kedekatan Jems dan May serta tayangan keduanya di depan restauran yang selalu diulang-ulang.

"Loh itu kan Jems ..." Jesica langsung berhenti berbicara dan menutup mulutnya yang sempat keceplosan membahas tayangan televisi itu, dia yang paham bahwa Sham sedang cemburu langsung mengambil remote dan mematikan benda layar datar tersebut.

Sham bangkit dari duduknya dan membereskan semua alat rajutnya, masih dengan bibir terkatup rapat. Jesica sendiri bingung harus bertanya apa, dia merasa Sham mungkin butuh waktu untuk menenangkan pikirannya. Untuk itu Jesica membiarkan saja Sham pergi masuk ke kamarnya dengan membawa semua alat rajutnya.

Lima menit kemudian Sham keluar, dia juga terlihat sudah berganti pakaian. "Mau kemana?" tanya Jesica yang sedikit cemas dengan Sham.

"Aku mau pergi beli sesuatu sama Agung," jawab Sham pelan.

"Mbak ikut ya?" pinta Jesica yang sebenarnya khawatir dengan Sham.

"Mbak di rumah saja, nanti capek lumayan jauh soalnya," tolak Sham langsung. Jesica pun mengantar Sham hingga ke pintu depan.

"Agung jaga Sham ya," pesan Jesica saat Agung akan masuk ke dalam mobil.

"Siap Non," ucap Agung.

Di dalam mobil Sham hanya duduk diam saja, dia sibuk memperhatikan jalanan yang cukup padat. Mood Sham benar-benar sedang terjun payung, Sham bahkan membiarkan saja ponselnya yang terus berbunyi. Dia tahu bahwa yang menelponnya adalah Jems dan sekarang Sham sedang tidak ingin berbicara dengan Jems.

"Agung kamu jangan laporan sama Jems ya," pesan Sham yang sebenarnya sulit untuk dituruti oleh Agung. "Aku tidak terima penolakkan Gung," kata Sham lagi saat dia melihat Agung akan membantahnya.

Mau tidak mau Agung hanya pasrah saja, untuk saat ini dia tidak akan laporan. Tetapi, untuk besok dia akan laporan kepada Jems tentang kemana Sham pergi hari ini. agung sendiri bahkan tidak berani mengajak Sham mengobrol saat melihat raut wajah Sham yang masam.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang