Kyuhyun menatap wajah pucat Jungkook yang masih tertutupi masker oksigen, meskipun anak itu tak menghembuskan nafas lagi, namun pria berusia 30 tahunan itu masih tetap bersikeras untuk tidak mencabut alat-alat rumah sakit tersebut, dengan keyakinan jika anak itu pasti masih bisa ia selamatkan lagi.
"Dokter Kyu, apa yang sudah kau lakukan saat ini akan membuat anak itu tidak tenang" ujar seorang lelaki tua yang tak lain adalah profesor Kim yang kini tengah berdiri di ambang pintu berhasil mengalihkan atensi Kyuhyun terhadapnya.
Kyuhyun tersenyum tipis dan menatap lelaki tua itu tajam.
"Dia masih hidup, aku bisa merasakannya, pendapat anda tidak di butuhkan di sini, Jungkook adalah tanggung jawabku, jadi bisakah anda keluar sekarang?" Ucap Kyuhyun membuat lelaki tua itu menghela nafasnya panjang dan melangkah keluar.
Kyuhyun mengusap wajahnya frustasi dan mendudukkan pantatnya dengan kasar setelah profesor Kim melangkah keluar, kedua tangannya tampak bergetar dan menggenggam tangan putih Jungkook yang terasa semakin dingin dan memucat.
"Jungkook, kau tidak ingin bangun? Bukankah kau tidak ingin jika Yoongi tahu bahwa kau adalah pendonor itu? Kau bahkan sudah berjanji padaku untuk bangun setelah itu, tapi kenapa kau tak menepatinya? Jangan membuatku terus menerus di kejar rasa bersalah atas kematianmu" Ucap Kyuhyun lirih, kedua matanya tampak menatap sendu mata bulat Jungkook yang masih terpejam rapat.
"Bangunlah,,,, aku tahu kau masih bisa mendengarku, jangan hanya diam, aku tahu kau anak yang kuat, kau tidak boleh menyerah secepat ini, banyak hal yang belum kau ketahui" ujarnya kembali dengan suara bergetar, 2 jam sudah Kyuhyun mengatakan hal yang sama, berharap anak itu segera membuka matanya dan menunjukkan senyum kelincinya, namun sepertinya harapan Kyuhyun hanya sia-sia, anak itu masih tetap diam pada posisinya.
****
Sementara di tempat lain, Yoongi terlihat menatap kosong jendela kamar rumah sakit di ruangannya saat ini, sejak Kyuhyun keluar dari ruang rawatnya, namja tampan pemilik kulit pucat tersebut enggan untuk bersuara, ia hanya melemparkan tatapan kosong pada setiap orang yang mengajaknya bicara.
"Yoongi hyung" panggil Taehyung pelan seraya menatap Yoongi yang lebih memilih menatap jendela.
Tak ada jawaban.
"Hyung" panggil Taehyung kembali, namun Yoongi masih enggan untuk menoleh.
Taehyung menghela nafasnya panjang, pasalnya ia benci keheningan dan di abaikan seperti ini.
"Apa kau sedang memikirkan Jungkook?" Ucap Taehyung kali ini berhasil membuat Yoongi mengalihkan tatapannya.
"Kenapa kau sangat menyukai anak itu? Apa yang istimewa darinya hingga kau sangat-sangat menyayanginya? Bukankah dulu kau membencinya? Kau selalu berada di pihakku, tapi kenapa kau tiba-tiba berubah?" Ucap Taehyung panjang lebar ketika Yoongi lebih memilih untuk kembali mendiamkannya.
Sudut bibir tipis Yoongi tampak tertarik ke atas membentuk seulas senyuman tipis dan menatap Taehyung yang masih berdiri di sampingnya.
"Seperti katamu, dia terlalu istimewa untuk di benci, dia adikku dan aku sangat menyayanginya, orang yang membencinya adalah orang yang paling BODOH sedunia" ucap Yoongi sakartis di sertai penekanan di setiap kalimatnya, membuat Taehyung mengepalkan kedua tangannya dan berdecih tak suka.
"Istimewa? Apa yang istimewa darinya? Ia hanyalah anak kecil yang selalu bersikap sok dewasa, aku tidak mengerti, kenapa Bang PD-nim dan semua orang begitu menyukainya, dimataku, anak itu tak lebih dari seorang kelinci pungut yang beruntung bergabung dalam group kita--"
Plaaakk!!
Belum selesai Taehyung mengungkapkan makiannya, sebuah tamparan keras kini mendarat pada pipi tirusnya, siapa lagi jika bukan Yoongi pelakunya.