Jennie sedang merapikan kebun belakang. Beberapa kali ia menengok keluar pagar, entah apa maksudnya. Yang jelas, sekarang ia mengerjakan pekerjaannya dengan buru-buru, seperti dikejar sesuatu. Bahkan ia salah menyiram air. Ia malah menuangkannya ke sepatunya. Jadilah ia kesal sendiri sekarang.
"Dasar air sialan!" Umpatnya pada hal yang sebenarnya merupakan salahnya. Ia semakin kesal karena tanaman yang ia tanam malah dirubuhkan seekor kucing yang berlari. Dengan sigap ia menangkap kucing tersebut.
"Jangan nakal bodoh. Aku sedang kesal!" Amuknya pada kucing. Bukannya kabur, kucing itu malah mencakar wajahnya. Jennie pun menghempaskan badan kucing itu lalu lari kedalam.
"Ada apa Jennie? Aku yang bahkan sedang menonton tv bisa mendengar omelanmu pada seekor kucing," Rosé bertanya. Jennie hanya menggeleng dan memberi isyarat dia baik-baik saja.
"Kenapa? Aku melihat matamu sibuk mencari sesuatu dilangit. Ada burung yang ingin kau pelihara?" Tanya Irene.
"Tidak. Aku hanya berpikir ada sebuah drone atau benda berbentuk seperti itu yang terbang diatasku. Kalian tau, aku orang yang selalu berpikiran negatif," Katanya. "Dan kita harus hati-hati sekarang. Berkumpulah setelah makan siang, kita akan membicarakan hal ini," Lanjutnya lagi.
"Baiklah. Bersihkan wajahmu. Aku sering membaca komik dan melihat luka seperti itu. Tapi kau tahu? Mereka mendapatkan luka itu dengan bertarung, entah dengan pisau atau apapun. Namun kau hanya dicakar seekor kucing? Memalukan Jennie," Ejek Irene.
"Jennie hanya bertengkar dengan saudaranya," Tambah Rosè. Memang benar, Wajah Jennie terlihat seperti kucing. Tepatnya bagian matanya.
"Kalian berdua diamlah atau makan siang nanti akan kusuapi kalian dengan pupuk," Kata Jennie sambil meringis.
"Jadi maksudmu, seseorang bisa saja sedang mengawasi kita?" Tanya Wendy.
"Benar, dan Seulgi juga mengalami hal serupa. Bukankah begitu?" Jennie bertanya pada Seulgi. Yang ditanya mengangguk, lalu menambahkan.
"Kemarin aku sedang membersihkan sepatuku. Lalu tiba-tiba ada bayangan seperti sebuah benda yang terbang dilangit. Aku langsung melihat tapi aku tidak melihat apa-apa," Ungkapnya. "Aku yakin itu drone." Seulgi menambahkan.
"Lalu kita bagaimana?" Joy menggaruk kepalanya. Diikuti Yeri dan Rosé yang melakukan hal serupa.
"Coba kalian ingat, adakah hal yang kalian lakukan dengan tidak sembunyi—maksudku ketahuan orang lain? Aku rasa aku tidak melakukan kesalahan," Kata Lisa.
"Aku juga," Yeri menyahut.
"Kau tak mengerjakan apapun, Yeri. Ayolah, ini sedang serius," Kata Jisoo. Yeri hanya memasang wajah tanpa dosa.
Yang lain menjawab hal yang sama, tapi berbeda dengan Irene.
"Aku rasa, aku melakukan sedikit kesalahan," Katanya.
"Bagaimana?" Tanya Wendy.
"Jangan bilang kau ketahuan saat menembak seseorang? kau harus lebih hati-hati, Ceramah Rosé.
"Diamlah Rosé, kau bahkan tak lebih dari Yeri," Kata Lisa.
"Lisa, yang harus kau tau aku masih dibawah umur. Kalian bahkan memaksaku kesekolah, Irene yang menyetrika seragamku, kau dan Wendy membantuku mengerjakan tugas. Rosé membuatkanku bekal, Seulgi selalu mengantarku kesekolah. Kalian menyuruhku belajar dengan giat. Tapi kalian selalu menganggapku bukan bagian dari kalian—dengan kata lain aku anak bawang. Kalian jahat!" Curhat Yeri. Hanya Yeri yang masih sekolah diantara mereka. Memang, umur Yeri hanya terpaut dua tahun dari Lisa dan Rosé. Namun, entah kenapa Yeri seperti dianggap sangat kecil oleh mereka. Itulah yang membuatnya terkadang kesal. Para kakaknya hanya menganggapnya adik, bukan rekan. Dia juga ingin seperti mereka.
"Biar kuberitahu Yeri. Kami begini agar hidupmu aman. Kau tau pekerjaan kami berbahaya," Irene menengahi.
"Sudahlah, lupakan. Kalian berdiskusilah, aku ingin kekamar. Tugasku masih banyak," Katanya lalu beranjak. "Oh ya, dan Wendy, setelah ini kekamarku ya. Ada tugas yang tidak kupahami," Pinta Yeri disambut anggukan Wendy.
"Jika ada hal mencurigakan lagi, bersikaplah biasa saja. Biarkan mereka tak tahu kita sadar mereka mengintai kita," Saran Lisa. Yang lain mengangguk paham.
"Lisa?" Panggil Wendy. "Aku minta kau harus bisa menahan nafsumu. Jangan berpikir dunia ini milikmu. Posisi kita akan terancam,"
"Baiklah baiklah, aku akan mencoba."
"Yasudah, lanjutkan pekerjaan kalian. Ah, Wendy, kau harus kekamar Yeri sekarang. Sampaikan permintaan maafku—kami kepadanya," Jennie memberi perintah. Mereka pun membubarkan diri.
Jennie melanjutkan dengan membersihkan piring kotor dan sisa makanan mereka. Ia juga langsung mencucinya. Sedangkan Seulgi dan Joy sedang memindahkan beberapa barang yang dianggap mengganggu. Mereka sangat sibuk, tak ada yang bersuara. Kalaupun ada, hanya suara lemari yang digeser kesana kemari oleh Seulgi dan beberapa keluhan Joy.
Ditengah kebisuan mereka, tiba-tiba jeritan seorang gadis memecah sunyi. Jeritan itu sangat nyaring, tapi hanya sebentar. Mereka bertatapan satu sama lain.
Jennie melotot, lalu berteriak "YERI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAN A [BLACKVELVET]✔️
Mystery / ThrillerHighest rank; #2 in mystery; #1 in yeri, #1 in Blackvelvet, #1 in psikopat, #1 in jisoo; #1 in chaelisa; #1 hunlis Sekelompok pengacau mengganggu kedamaian kota. Para pengacau diketahui mampu menembaki banyak orang yang menghalangi mereka. Siapa san...