2

18.3K 1.8K 88
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YERI!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YERI!"

Mereka semua berlari ke lantai dua, kamar Yeri. Jennie melangkah dengan hati-hati, diikuti Rose dan Joy. Namun karena panik, Joy dan Rose malah bertengkar kecil. Jennie mendecak sebal melihat tingkah mereka.

Dengan berbisik,"Kalian, tolonglah diam!" Kata Jennie dengan mata sinisnya. Rose dan Joy hanya mengangguk paham.

Berbeda dengan mereka bertiga, Lisa tidak langsung naik keatas, melainkan segera berlari ke kamarnya di lantai satu untuk mengambil pistol kesayangannya. Di kamar sebelah ada Seulgi yang sudah siap dengan sniper kebanggaannya.

"Seulgi, aku rasa itu tidak cocok untuk dipakai di situasi saat ini," Kata Lisa setengah berbisik.

"Sudahlah, ayo cepat!" Titah Seulgi. Lisa menggangguk dan mengekor Seulgi ke lantai atas. Disana telah tampak Jennie, Joy dan Rosé yang telah siaga didepan pintu kamar Yeri.

"Rosé, buka pintu. Sekarang!" Perintah Jennie. Mereka langsung menyerbu masuk, telah siap dengan yang ada di dalam. Keadaan di dalam kamar tidak begitu parah. Yeri tergeletak di samping ranjangnya. Tak jauh darinya terdapat sebuah stun gun. Yang akhirnya membuat mereka paham apa yang sedang terjadi.

Yeri dibawa ke ruang bawah tanah, karna di situlah tempat yang aman. Lisa tetap tinggal di ruangan, dengan pistol siaga di kantongnya. Ia menyelidiki apapun yang ada di kamar Yeri, mungkin ada bukti yang tersisa. Dan benar, dia menemukan sebuah kertas-kartu nama- seseorang.

Di kartu nama itu tertulis:

Laundry KIM.
Menerima sprai, cuci kering, boneka, bed cover, dll.
Hubungi +8264xxxxx

Lisa menyelidiki lagi, namun dia tidak mendapat apapun. Alhasil dia hanya menghela nafas berat dan menyusul rekan-rekannya ke bawah.

"Hai semuanya, coba tebak apa yang kudapatkan?" Tanya Lisa setiba dibawah.

"Bola mata?" Ucap Joy polos.

"Bodoh, aku juga geli kalau itu," Ucap Lisa. "Ini mungkin bisa jadi petunjuk," Katanya lalu meletakkan kartu nama temuannya tadi diatas meja. Teman-temannya mengelilingi meja untuk melihat bukti itu. Lisa berjalan ke ranjang di tengah ruangan.

"Bagaimana kondisi Yeri, Wendy?" Tanyanya sambil menggenggam tangan kanan Yeri.

"Dia hanya pingsan. Sebentar lagi akan sadar," Jawab Wendy.

Sementara itu, mereka melupakan seorang rekan mereka yang tak kelihatan. Jisoo sedari tadi tak ada di samping mereka. Karena terlalu cemas, mereka malah melupakan anak itu.

"Hei! Dimana Jisoo?" Irene berseru. Yang lain menjadi teringat. Joy bahkan menepuk dahi. Bodohnya mereka tak mencarinya dulu. Ia bahkan lebih mengkhawatirkan daripada Yeri.

"Lisa, Seulgi, Rosé, kalian cari Jisoo sekarang," Perintah Jennie. Mereka mengangguk.

"Irene dan Wendy, aku titip Yeri. Ada yang ingin kupastikan," Pintanya pada mereka. Irene mengangguk.

Jennie langsung menuju lantai tiga, mencari sesuatu. Dia mengobrak-abrik lemarinya. Bahkan laci meja dibongkar. Kemudian, setelah apa yang ia cari tak didapat, ia menghela nafas panjang.

"Sudah kutebak. Itu yang hilang," Gumamnya. Anak-anak bisa gelisah kalau begini. Ia bingung sekarang. Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk membantu mencari Jisoo. Namun saat baru saja melangkahkan kaki ke lantai dua, pekikan Rosé sudah terdengar.

"HEI JISOO! KAU ENAK SEKALI TIDUR. KAU TAK TAU KITA DALAM BAHAYA TADI? DASAR BODOH!" Marahnya pada Jisoo. Seperti biasa, Jisoo hanya diam. Masih mengumpulkan nyawa dan jiwa sepertinya.

"Ada apa?" Jennie langsung masuk.

Rosé mendecak sebal, "Jennie, tolong perintahkan Wendy untuk membuatkan chip agar Jisoo pintar, aku tersiksa jika seperti ini," Rengeknya.

"Ada apa sih?" Tanya Jisoo polos. Dia juga tak tau kenapa Rosé marah padanya.

"Yeri dibuat pingsan dengan stun gun. Kami tak tau siapa yang melakukannya. Lebih berhati-hatilah mulai sekarang. Kau dengar sesuatu? Kamar kalian kan bersebelahan," Tanya Jennie lagi.

"Tidak."

"Jisoo selalu tidur seperti orang mati, kalian tau," Ucap Lisa lalu pergi.

"Akan kucarikan kalian informasi," Katanya. Mungkin sebagai permintaan maaf. "Namun, aku harus tidur sekarang. Kita takkan tau jika ternyata petunjuk itu ada dalam mimpiku kan?" Katanya. Jisoo menarik selimut untuk kembali tidur. Rosé langsung menjitaknya.

"Tidurlah, jangan bangun lagi. Atau siap-siap kau kujadikan makanan kelinciku," Ucapnya kesal. Jennie hanya tertawa.

Bagaimanapun, ia sudah tau apa yang terjadi. Walaupun ia sendiri tak tau siapa tokohnya.

                             

                             

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PLAN A [BLACKVELVET]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang