Jam telah menunjukkan pukul 2.15 siang. Mereka semua telah berada di rumah sekarang. Jennie mengumpulkan mereka untuk membicarakan sesuatu. Yeri juga ikut disini, walaupun ia tak ada di meja mereka. Dia hanya bermain game di laptop Jisoo."Langsung saja ya. Aku sepertinya tau siapa yang berbuat hal ini," Lisa membuka percakapan. Yang lain menunggu kalimat selanjutnya.
"Kalian ingat sekelompok ilmuwan abal-abal yang kubunuh beberapa bulan lalu? Kurasa salah satunya masih hidup, atau mungkin keluarganya dendam padaku. Entahlah. Bagaimanapun wajahku terlihat waktu itu," Jelasnya. Jisoo, Rose dan Joy merespon dengan mulut ternganga.
"Jadi, mereka sudah tau tempat tinggal kita, begitu?" Tanya Jennie. Lisa mengangguk, lalu menambahkan.
"Kurasa sebentar lagi akan ada kejadian, entah itu membahayakan kita atau tidak. Berhati-hatilah semua. Ah, Yeri, mulai besok kau akan diantar jemput oleh Jisoo. Bagaimana?" Lisa melirik Jisoo. Demi keselamatan Yeri, walaupun Jisoo merasa sangat malas, ia akhirnya mengangguk.
Sementara itu Wendy dan Irene hanya diam. Mereka tampak serius memikirkan sesuatu.
Yah, dia dan Wendy merupakan orang tercerdas dalam kelompok mereka. Cerdas disini memiliki definisi sebagai orang yang dapat memikirkan rencana, menebak atau mencari orang, membuat racun, membuat virus, bahkan membuat program komputer. Sementara Lisa adalah orang yang berbahaya—otak dari segala kesadisan mereka. Sang Executor. Walaupun Jennie ketua kelompok, tapi dia tak bisa melawan keganasan Lisa. Lisa adalah singa lapar, yang sangat ambisius mengejar mangsanya.
Sekalinya ia mendapat mangsa, ia bersumpah akan terus mengejar orang itu sampai mati.
"Paketmu sudah datang, Lisa," Kata Seulgi di mulut pintu. Lisa mengangguk lalu membuka kotak berukuran besar itu.
"Betapa kerennya ini, lihatlah!" Katanya sambil mengangkat tinggi-tinggi barang yang terlihat seperti vacum cleaner berukuran kecil.
"Tapi kita sudah punya itu," Kata Yeri. Lisa menggeleng.
"Ini robot, bodoh!"
"Kau bisa memintaku dan Irene untuk membuatnya kan?" Tanya Wendy.
"Aku butuh cepat," Katanya. "Ah jangan salah sangka, ini hanya sebagai mainan. Aku bosan,"
"Baiklah, sepertinya rapat ini telah selesai. Bisakah kalian keluar? Kami ingin melanjutkan penelitian kami," Pinta Wendy. Mereka pun bubar.
Pukul 22.00
Lelaki itu membanting meja dengan kesal. Amarahnya meluap-luap. Bahkan wajahnya sudah sangat memerah sekarang. Mata sipitnya terlihat membulat.
"Hei, sudahlah. Sedang dalam proses kan?" Kata teman disampingnya, mencoba menenangkan.
"Aku sudah tak sabar lagi!"
Pria yang satunya menoleh, "Tolonglah, sedikit lagi aku yakin kita bisa menyentuhnya. Bersabarlah,"
Yang ditenangkan menghela nafas berat, "Sudahlah, aku semakin yakin untuk menggunakan cara itu," Katanya. "Tunggu saja,"
"Aku mohon jangan," Ancam temannya.
Namun lelaki itu tak acuh, ia berjalan gontai keluar.
Mencari sebuah benda di kamarnya.
Setangkai mawar.
Ia tersenyum licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAN A [BLACKVELVET]✔️
Детектив / ТриллерHighest rank; #2 in mystery; #1 in yeri, #1 in Blackvelvet, #1 in psikopat, #1 in jisoo; #1 in chaelisa; #1 hunlis Sekelompok pengacau mengganggu kedamaian kota. Para pengacau diketahui mampu menembaki banyak orang yang menghalangi mereka. Siapa san...