Part 9

1.8K 45 0
                                    


Terdengar suara gedoran pintu ketika mereka berciuman mesra.Dione mendengar suara seseorang memanggil namanya.

Dione!Dione!Buka pintunya!

Gadis itu merasa familiar dengan suara yang memanggilnya.

Adam???Tidak mungin.

Pria itu sedang berciuman mesra dengannya di hadapannya.Bagaimana mungkin itu suara Adam yang memanggilnya.

Dione!Jawab aku!Atau aku dobrak pintunya!

Dione merasa bibir Adam yang tadinya lembut berubah menjadi kasar dan keras.Dione membuka matanya.

Ia tersentak.Ia hanya bermimpi.Ternyata dari tadi ia mencium gulingnya.

''Oh!Tidak.Kukira ini nyata''ucapnya sambil menepuk jidatnya.

''Dione!Dione!Hei!Apa kau mendengarku!''Adam berteriak lagi sambil mengedor-ngedor pintu dengan keras.Dione segera menjawab sebelum pria itu merusak pintunya.

''Ya.Aku baru bangun''teriaknya sambil beranjak dari tempat tidur.

''Baguslah.Kau tidur seperti orang mati.Bersiap-siaplah kita akan ke dokter''Adam berteriak lagi.

''Ya''teriak Dione juga.

Musim gugur telah menyapa kota new york.Biasanya jika di pagi hari suhu akan menjadi dingin berbeda pada sore hari suhu akan menghangat.

Dione memilih untuk memakai kaos hitam berlengan pendek di tambah jaket berwarna hijau serta topi kupluknya.Sedangkan untuk celana ia memakai jeans berwarna biru.Dione berpikir apa yang akan di pakainya untuk alas kaki.

Ia kemudian meraih sepatu boot hitamnya di bawah ranjang.Ia menimbang-nimbang sepatu itu dengan melempar dari tangannya yang satu ketangan lainnya.

''Cukup ringan.Kurasa tidak akan membebani kakiku''

Dione pun melangkah ke pintu dengan bantuan dua tongkat kruknya.

Adam telah menunggunya di ruang tamu.Pria itu sepertinya sedang melamun.Karena ketika Dione memanggilnya ia tak menyahut.

Dione pun menepuk pundak pria itu pelan.Adam pun tersentak.

''Kau sudah siap?''
Dione pun mengangguk.

Pria ini memakai kemeja sama persis di mimpi Dione.Gadis itu berharap selanjutnya mimpi yang ada di tidurnya menjadi nyata.

Semua harapan Dione musnah karena selama dalam perjalanan kerumah sakit mereka tidak mengalami kemacetan.Suasana jalanan terlihat ramai lancar.

Begitu juga ketika ia berada di ruang terapi bersama dokter tampan yang juga merawatnya ketika menginap di rumah sakit tidak menunjukkan sikap yang berlebihan.Dione melirik Adam yang duduk di sampingnya ketika dokter mengatakan kalau ia sudah bisa belajar berjalan tanpa bantuan kruknya lagi.Dan Dione tidak melihat sikap cemburu Adam ketika Dione dengan sengaja mengelus tangan dokter itu saat berjabat tangan.

Dalam perjalanan pulang ke apartemen juga tidak terjadi apa-apa.

Dione menghela nafasnya kasar ketika Adam telah membuka pintu apartemennya.

''Kau lelah?''tanya Adam melirik Dione yamg sudah duduk di sofa dan hendak menyalakan televisi.

''Ya.Lumayan''jawabnya santai tanpa memandang pada Adam.

''Apa kau lapar?''tanyanya lagi sambil menuju dapur yang letaknya dekat dengan ruang televisi.

''Ya.Lumayan''jawabnya dengan nada bosan.Dione merasa kalau ia menjadi si Dione yang menyedihkan.

Hello,Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang