Part 25

1K 30 0
                                    

Dione membaringkan tubuh lelahnya di ranjang.Selama sebulan penuh Pablo telah memberikannya  banyak pekerjaan yang menguras tenaga dan pikirannya.Bahkan untuk makan siang pun ia tetap berada di ruangannya.Adiknya,Brie telah pulang dua minggu yang lalu bersama kekasihnya setelah menghabiskan waktu berkeliling london.

Dione tidak bisa bertanya pada adiknya itu tentang apa yang di ketahuinya karena Zac selalu menempel pada adiknya.Terlebih lagi,Dione selalu pulang malam dan tidak punya banyak waktu bertemu dengan adiknya.Lama kelamaan Dione mengabaikan rasa penasarannya.

Dione meraih ponsel di saku celananya.Ia mencoba menghubungi Adam.Bicara tentang pria itu,Adam belum pernah sekalipun menghubunginya sejak sebulan lalu.Terdengar suara operator memberitahukan bahwa nomer yang di tujunya sedang tidak aktif.Dione membanting ponselnya ke kasur.

''Sesibuk apa dirimu,Adam hingga kau mematikan ponselmu''gerutu Dione

Dia tidak mau ambil pusing.Segera ia pergi menuju kamar mandi membersihkan diri.

Pagi minggu ini,Dione memulai harinya dengan bermain basket ditaman bekakang rumah.Dione tengah bermain bola basket ketika Pablo datang menghampirinya.

''Masih suka basket,huh?!''

''Tentu saja.Ada apa kau kemari pagi-pagi?''

''Ibumu memintaku untuk menemanimu berbelanja''

''Belanja?Untuk apa?''

''Akan ada pesta''

''Pesta?Papa baru saja sembuh dan Mama ingin mengadakan pesta?Yang benar saja''

''Bukan ibumu tapi,ibuku Ia ingin merayakan ulang tahun pernikahannya bersama ayahku''

''Oh,ku kira.Tapi,aku tidak mau pergi berbelanja denganmu.Aku bisa pergi sendiri''

''Aku bisa memaksamu''

''Kau kira bisa.Coba saja''

Pablo langsung saja menarik kedua tangan Dione.Dione memukul-mukul tangan Pablo yang menyeretnya.Tapi,sepertinya kekuatan pukulannya tidak mempan karena Pablo tidak melepaskan genggamannya sedikitpun.Dione pun reflek menendang lutut kaki kiri Pablo dan sukses membuat pria itu mengerang kesakitan memegang lututnya hingga terduduk di lantai.

''See?!Aku bisa melawanmu''

Pablo tidak menjawab.Ia masih mengerang kesakitan membuat Dione yang melihatnya menjadi khawatir.Ia pun berjongkok di sampingnya.

''Hei,Pablo.Kau tidak apa-apa?''

''Dione!Apa yang kau lakukan pada Pablo?''teriak ibunya yang berlari menghampiri mereka.

''Aku tidak sengaja menendang kakinya,Ma''

''Apa?''mata ibunya melotot mendengar pengakuan anaknya.''Kenapa kau tidak bisa menghilangkan sikap kasarmu,Dione?Kau tahu,kaki Pablo baru saja.........''

''Nyonya Dixie''Pablo memotong ucapan ibunya Dione.''Aku tidak apa-apa''ucapnya masih meringis.

''Kau yakin,Pablo?''tanyanya dengan nada khawatir.

''Ya.Aku hanya..... kaget tadi''ucap Pablo sambil berdiri

''Dione, kau harus meminta maaf pada Pablo''

''Ma,aku tidak melakukan kesalahan apapun.Kenapa aku harus minta maaf?''

''Dione!Sudah jelas kau melukai Pablo dan kau menyangkalnya.Mama kecewa padamu,Dione''

''Nyonya Dixie,sungguh aku tidak apa-apa''

''Tapi,Pablo,Dione harus.....''

''Kumohon.Jangan memperbesar masalahnya.Aku tidak apa-apa''

''Baiklah,Pablo''ibunya Dione menghela napas.Ia mengalah.

Dione merasa heran dengan sikap ibunya yang terlihat begitu perhatian Pablo padahal pria itu bukan lagi calon menantunya.

Acara belanja itu akhirnya di tiadakan tapi di ganti dengan Dione harus ikut dengan Pablo ke rumah orang tuanya nengantarkan kue untuk ibunya Pablo.Dan ini semua adalah permintaan ibunya.Tentu saja ada perdebatan di awalnya.Tapi,kali ini Dione yang mengalah karena tidak mau melihat ibunya marah lagi.

''Aku baru tahu kau punya rumah disini.Bukankah kau tinggal di apartemen?''

''Rumah itu milik orangtuaku.Aku masih tinggal di apartemen''

Mobil milik Pablo memasuki sebuah rumah bercat putih dengan halaman yang luas.Ia menghentikan mobilnya di garasi.

''Honey?''

''Apa?''

Dione pikir panggilan itu untuk dirinya tapi,saat ia melihat pada Pablo.Ia menyadari bahwa panggilan itu bukan untuk dirinya lagi.Ia melihat Pablo tersenyum bahagia memandang kedepan.Dione pun mengikuti arah pandang Pablo.

Seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjangnya melambaikan tangan dari teras rumah.Pablo langsung saja menghampiri wanita itu.Dione terdiam di tempatnya menyaksikan Pablo memeluk mesra wanita bertubuh langsing dan tinggi itu.Dione langsung saja mengalihkan pandangannya ketika Pablo mencium wanita itu.

''Dionna,kemarilah''suara Pablo mengalihkan pandangannya.Ia melihat Pablo menyuruhnya untuk mendekati mereka.

Dione berjalan dengan wajah menunduk.Ia berjalan pelan-pelan menghampiri mereka.

''Kenalkan ini Jenny,kekasihku''ucap Pablo ketika Dione telah berdiri di hadapan mereka.

''Aku Dione''mereka lalu berjabat tangan.

''Jenny''ucapnya dengan tersenyum ramah.

''Aku sangat merindukanmu,Honey.Kapan kau datang?''

''Baru saja,sayang''

Pablo mengecup sudut bibir wanita itu yang sukses membuat Dione membulatkan mata.

''Jangan lakukan itu,Pablo.Ada Dione di sini''ucap Jenny sambil memukul lengan Pablo.

''Maaf,Dionna.Aku mengabaikanmu''ucap Pablo santai.

''It!s okay.Aku ingin menitipkan ini padamu,Jenny.Tolong berikan pada ibunya Pablo''Dione menyerahkan bungkusan yang dari tadi ia pegang pada Jenny.

''Aku pulang dulu''ucapnya lagi sambil berlalu.

''Tunggu,Dione.Pablo akan mengantarmu''ucap Jenny.

''Tidak.Terima kasih''

Pablo tak melepaskan tangannya sedikitpun dari pinggang kekasihnya.Mata Pablo menatap kekasih barunya dengan penuh cinta.Dan Dione melihat itu.Betapa Pablo terlihat begitu mencintai kekasih barunya ini.

Dione bertanya dalam hati.Apakah dulu Pablo juga begitu mencintainya seperti yang ia lakukan pada Jenny.

tbc

230218





















Hello,Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang