Part 22

1.1K 35 0
                                    

Cheat Codes feat Demi Lovato
*No Promises*

***

Dione terduduk di kursi kantin dengan rasa khawatir yang membuncah.Sejak tadi ia menghubungi orang tuanya tapi,tak satupun dari mereka yang menjawab panggilan teleponnya.

Kath dan Brie datang menghampiri Dione.Belum sempat Brie duduk Dione telah merentetkan pertanyaan padanya.

''Apa Papa dan Mama ada meneleponmu,Brie?Kenapa mereka tidak menjawab teleponku?Apa terjadi sesuatu pada mereka?''

''Tenanglah,Di''ucap Kath.

''Bagaimana aku bisa tenang?Brie jawab pertanyaanku''

''Iya Dione.Mama ada meneleponku kemarin''

''Benarkah?Apa kata Mama?''

''Ia hanya menanyakan keadaan kita.Itu saja''

''Kau yakin?Hanya itu?Lalu kenapa mama tidak meneleponku?Apa kau mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui?''

''Sebenarnya.....Mama menyuruh untuk tidak memberi tahumu tapi.....''

''Tapi,apa Brie?''

''Seminggu yang lalu Ayah masuk rumah sakit''

''Kau bercanda,Brie''

''Tidak,Di.Aku serius''

''Kalau itu benar.Kenapa kau tidak terlihat panik''

''Justru saja aku panik mendengarnya,Di.Tapi,Mama meminta supaya kita tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan Papa.Ada Pablo di sana yang akan mengurus semuanya''

''Kau terlalu penurut''ucap Dione kesal.''Pablo itu hanya orang luar.Kenapa papa dan mama selalu menomorsatukan dia''

Dione mengambil ponselnya lagi mencoba menghubungi ibunya.Pada panggilan ke lima barulah ibunya mengangkat.

''Halo,Ma.Akhirnya Mama mengangkat telepon dariku.Kenapa Mama tidak memberitahuku kalau Papa sedang sakit''

''Mama tidak mau merepotkanmu.Bukankah kau sibuk dengan studimu''

''Kenapa Mama berkata seperti itu.Sesibuk-sibuknya aku tetap memikirkan kalian.Besok aku akan pulang ke london''

''Tidak perlu.Kau selesaikan saja kuliahmu.Lagi pula ada Pablo disini''

''Aku akan pulang,Ma.Mama jangan terlalu mengandalkan orang lain''

Dione langsung menutup ponselnya dengan kesal.Tidak biasanya ibunya terdengar ketus  berbicara padanya.

Apa Pablo mengatakan sesuatu pada Mama?

''Brie kau ikut denganku tidak?''

''Kemana?''

''Tentu saja pulang ke london''

''Baiklah aku ikut''

Kath membantu mereka mencari tiket pesawat.Mereka mendapatkan penerbangan malam.Perjalanan dari new york menuju london membutuhkan waktu kurang lebih delapan jam.Dione menghabiskan waktunya memikirkan keadaan ayahnya.Walaupun ibunya telah memberi tahunya bahwa ayahnya akan pulang dari rumah sakit saat ia tiba di london.

Setibanya di rumah Dione langsung saja,mendobrak pintu yang tertutup dan melangkah masuk tergesa-gesa menuju ruang makan.

Di sana terlihat orang tuanya sedang berbincang bersama Pablo di meja makan.Dione lebih dulu menghampiri ayahnya yang masih terlihat pucat.Sedangkan Brie menghampiri mama barunya memeluknya dan bersalaman dengan Pablo.

''Pablo,terima kasih kau sudah menjaga Ayah''ucap Brie tulus.

''Aku tidak melakukan apa-apa,Brie''

''Kau terlalu rendah hati,Pablo''ucap ayah mereka.

Pablo hanya tersenyum.Ia melirik Dione yang berdiri disamping Ayahnya dengan raut wajah kesal.

''Aku harus kembali ke kantor.Hari ini ada rapat penting dengan para direksi.Besok aku akan melaporkan hasilnya pada anda,Tuan Dixie''

''Sekali lagi terima kasih,Pablo.Kau sudah membantuku di kantor''

''Sama-sama,Tuan.Aku permisi''

''Aku akan mengantarnya''ucap Dione tiba-tiba.

Orang tuanya hanya menatap mereka dengan raut wajah yang tak terbaca.Brie melihat kepada Dione dengan tatapan tak percaya.

''Kenapa kita tak memberi tahunya saja,James?''ucap ibunya.

''Jangan,isteriku.Ini permintaan Pablo.Kita harus menepatinya''

''Seandainya Dione tahu apa yang sebenarnya terjadi.Mungkin dia tidak akan bersikap menyebalkan pada Pablo.Aku kecewa pada anak kita''ibunya mendesah pasrah.

Brie hanya bisa terdiam mendengar pembicaraan kedua orang tuanya.

*

''Hello,Man!Sudah lama kita tidak bertemu.Kau terlihat baik-baik saja setelah operasi itu''ucap Dione dengan nada sinis.

Pablo yang tadinya hendak membuka pintu kini menutupnya lagi.Ia berbalik menghadap Dione.Punggungnya ia sandarkan pada badan mobil.Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana kantornya.Ia tersenyum pada Dione.

Dione melangkah mendekati Pablo.Setelah berjarak sekitar dua langkah,ia menghentikan lalu memasang senyum mengejek.Tangannya di sedekapkan ke dada.

''Kau terlihat ingin mengatakan sesuatu,Pablo''

''Aku senang bisa melihatmu lagu,Dionna''

''Benarkah?Apa sekarang kau masih merindukanku?''

Pablo tertawa mendengar pertanyaan Dione.

''Sayangnya tidak.Aku telah mempunyai tambatan hati yang baru''

''Woww!Kau cepat sekali berpaling.Pasti dia wanita tercantik dalam hidupmu''

''Dia lebih dari segalanya''

''Ohh,ya?Tapi,Pablo aku selalu ingat bahwa kau selalu mengatakan takkan melepaskan aku walau apapun yang terjadi.Kenapa kau berubah?''

''Dionna,cinta tak sesederhana yang aku pikirkan.Mencintaimu adalah sesuatu yang menghabiskan waktuku.Kau tidak mencintaiku.Lagi pula Dionna dalam hubungan kita tidak ada perjanjian untuk tidak menyukai orang lain.Ingatkah kau bahwa dirimu yang lebih dulu mempunyai kekasih saat kita masih bertunangan.Adam namanya,bukan''

Dione terdiam mendengar ucapan Pablo yang menusuk hatinya.Matanya yang tadi tak lepas menatap Pablo kini ia alihkan.Ia merasa sakit pada kenyataan.

''Kau benar.Aku yang lebih dulu mengkhianatimu''

''Aku tidak menyalahkanmu,Dionna. Mungkin inilah akhir dari kisah kita.Kau bersama Adam.Aku bersama pacarku''

''Kau tahu,Pablo.Seandainya kau tidak melakukan kesalahan itu.Mungkin aku sudah jatuh cinta padamu''

tbc
200218

Hello,Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang