2. Ketemu lagi

481 63 22
                                    

Taevy, remaja yang berubah menjadi Tuan muda di rumah itu kini tengah berkacak pinggang. Sedetik kemudian ia mengubah gayanya jadi menyilangkan tangan di depan dada, tangan kanannya naik mengelus dagu sambil memandangi rak bukunya yang roboh karena tersenggol olehnya, membuat semua isi buku yang terpajang di rak tersebut kini berhamburan di lantai.

Ia menyerah, mau bagaimapun buku-buku itu tidak akan pernah balik ke tempatnya semula jika hanya dipandangi saja. Tuan muda tidak memiliki kemampuan telekinetik, jadi jangan harap semuanya akan rapih dalam sekejap saja. Ia memilih untuk keluar kamar, tak lupa menyaut jaket jeans yang tergeletak di kasurnya.

"Mbak! Mbak Ambar!" teriak Taevy setelah ia mengenakan jaket jeansnya dan berada di depan pintu kamarnya. Laki-laki itu terlihat sudah rapi, hendak pergi.

"Mbak Ambar!" teriaknya lagi ketika tidak mendapatkan sahutan dari pembantu pribadinya itu.

Iya, Taevy memiliki pembantu pribadi dimana pembantu tersebut khusus hanya untuk melayani dirinya. Lebih seperti asisten pribadi, hanya saja Mbak Ambar mengurus Taevy di rumah. Taevy tidak mengizinkan Mbak Ambar untuk selalu mengikutinya, mau dikata apa dia nanti jika diikuti terus oleh Mbak Ambar? Bayi besar bersama babysitter?

Suara langkah kaki terdengar dari ujung tangga, Mama Taevy— Anita muncul dari sana bersama dengan asisten pribadinya— Melly.

"Kenapa sayang? Malem-malem berisik aja," ujar Anita, berjalan menghampiri Taevy dan memperhatikan penampilan anaknya yang sudah rapih. "Mau kemana sih malem-malem gini?"

"Mau ngerjain tugas sama anak-anak," jawabnya santai.

"Mama lupa kasih tau kamu, Mbak Ambar resign."

"Resign?" tanyanya kaget.

"Makanya, baik-baik sama asisten kamu. Mbak Ambar aja nggak kuat sama tingkah dan kelakuan kamu."

"Eish, Mbak Ambar baper gegara sering aku jailin pasti," keluhnya.

"Nggak usah pakai asisten lagi, kamu cuman nyusahin mereka nantinya."

Taevy mengangkat telunjuknya dan menggerakkanya. "Nggak, aku tetep mau asisten."

"Udah gede juga."

"Mama juga udah tua, kerja terus nggak cape? Nggak mau gitu diem di rumah aja nemenin aku? Jagain aku? Rawat aku? Ngurusin aku?"

Anita berdecak. "Alah, kamu aja pulang selalu sore, malemnya pergi lagi. Atau nggak berhari-hari nggak pulang, percuma kalau Mama selalu ada di rumah nungguin kamu. Liat kan? Sekarang juga mau pergi."

"Anak muda ya gini Ma."

"Ya ya ya terserah kamu," keluh Anita ketika mendengar ucapan anaknya.

Taevy nyengir lebar, membuat giginya yang berjajar rapi itu terlihat. "Bercanda, Ma."

"Ah udahlah, Mama udah cape nggak usah nambahin cape."

Cengirannya hilang, Taevy menatap datar ke arah Mamanya, mempunyai seorang Ibu yang super sibuk bukanlah impiannya. Ia selalu protes, mengapa Mamanya selalu bekerja keras disaat Papanya sudah menghasilkan banyak uang dari apa yang dikerjakannya?

Dari pertanyaan itu Taevy pernah mendapatkan jawabannya, katanya Mamanya itu orang yang cukup gila kerja dan tidak bisa jika hanya berdiam diri di rumah saja.

Kembali pada Taevy yang kini berjalan melewati Anita juga Melly.

"Halo Tante Mel," sapa Taevy.

"Halo Tata," balas Melly ramah.

Sebelum menuruni anak tangga, Taevy kembali menoleh ke arah Anita. "Ma, aku pergi."

"Ya hati-hati, jangan pulang kemaleman," jawab Anita.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang