24. Simpel

282 39 63
                                    

Kejadian tadi malam teringat kembali, dimana ketika Julian memeluknya dan menangis di sana. Entah apa yang sedang Julian rasakan karena pemuda itu tidak memberitahu Jean sedikitpun mengenai kepedihannya. Setelah menangis Julian bersikap biasa dan terkesan seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Kakak mau cerita?" tanya Jean malam itu ketika Julian melepaskan pelukannya.

Yang ditanya malah tersenyum lalu menepuk pelan kepala gadis mungil di hadapannya. "Kamu pendek ya."

"Kak—"

"Dingin nggak?" tanyanya, Jean mengalah dan mengangguk. "Tadi Jimmy jemur selimut di belakang," lanjut Julian.

Julian berjalan lewat samping vila menuju halaman belakang, dan benar saja selimut yang dimaksud ada di sana. Memberikan selimut tersebut pada Jean dan mengajaknya untuk kembali ke halaman depan.

Tadinya Jean ingin bertanya soal ada apa dengan Julian, tapi ia mengurungkannya karena takut merusak suasana yang sudah baik-baik saja. Jean tahu betul jika tadi Julian benar-benar sedang rapuh, terdengar dari suara tangisannya yang begitu pedih. Baiklah mungkin yang perlu Jean lakukan hanya menghiburnya dan membuat pemuda itu sedikit melupakan soal masalah hidupnya.

"Duduk sini aja." Julian menarik tangan Jean agar mengikutinya duduk di depan pintu utama. Jean menurut, duduk di samping Julian dan membuka selimut itu untuk mereka berdua.

Julian menoleh, meraih helaian rambut Jean yang menutupi sebagian wajahnya lalu diselipkan ke belakang telinga. "Udah baca bukunya?"

Jean mengedip beberapa kali tanda ia kembali sadar dari lamunan sesaat barusan. "Emm, udah. Nanti aku kembaliin pas udah pulang."

"Simpen aja, buat kamu."

"Beneran?"

Julian tersenyum tipis dan mengangguk pelan. "Menurut kamu gimana bukunya?"

Tahu bagaimana jika seseorang mulai tertarik dengan arah pembicaraan? Ia akan mencari posisi nyaman untuk membahasnya dan merangkai ratusan kata untuk dilontarkan nanti.

"Bahasanya ringan, enak dibaca dan aku suka dimana penulisnya bisa membuat tulisan biasa jadi kata yang indah dan memiliki makna yang mendalam. Belum lagi karakter tokohnya kuat banget. Satu berbanding seribu di dunia ini pasti ada cewek seberuntung Nila."

Dialog serta narasi cerita yang terekam dalam ingatan Jean bertebaran di benaknya. Dimana jalan cerita buku adalah seorang gadis yang menyukai kakak kelasnya, secara tidak sengaja gadis tokoh utama bernama Nila tersebut berulah iseng mengucapkan mantra dari lagu seperti yang dilakukan Jean sebelumnya dengan keras dan berharap laki-laki yang disukainya akan terkena mantra tersebut. Awalnya Nila sedikit tidak percaya jika setelah ia mengucapkan mantra tersebut, Juna laki-laki yang disukainya mulai berkenalan dengannya bahkan sampai pada tahap berteman. Nila melakukannya lagi dan hubungan dirinya dengan Juna semakin dekat, hal tersebut membuat Nila percaya jika mantra cinta itu benar-benar bekerja.

Namun pada akhirnya para pembaca diberitahu jika sebenarnya sejak awal Juna sudah mengetahui semuanya, perihal Nila yang mengucapkan mantra aneh saja sudah mulai membuatnya menyukai gadis itu. Kelakuannya yang unik membuat Juna penasaran dengan sosok gadis bernama Vanila. Jadi bukan mantranya yang membuat Juna menyukai Nila, tapi karena kebodohan serta kepolosan gadis itu yang mengantarkannya menuju kebahagiaan. Ia isi cerita fiksi remaja itu berakhir bahagia, karena kebanyakan orang menyukai akhir yang bahagia. Bukankah begitu?

"Sebenernya Nila nya aja yang bloon, dari awal Juna emang udah sering merhatiin dia. Jadi Juna itu jatuh cinta sama Nila karena kelakuan Nila sendiri, bukan karena mantra," sambung Jean.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang