7. Di Tengah Jalan

280 42 39
                                    

Jean menghentakkan kakinya kesal, selain kurang ajar Taevy tidak punya hati. Menurunkan seorang gadis seenaknya di tengah jalan. Mau menelepon tidak ada HP, sial karena Jean harus mencari angkutan umum jam segini.

Awalnya tadi Jean mau pinjam ponsel Mbak Rosi buat pesan ojek online, tapi karena Taevy menariknya kasar bahkan tanpa persetujuan ya begini jadinya. Naik bis takut, naik angkot apalagi, naik busway nggak ada kartunya, naik taksi mahal gila. Mana taksinya yang lewat nggak ada yang kosong.

Jean memperhatikan keadaan sekitar, dia berdiri dekat taman kota. Ada banyak orang lalu-lalang, tapi Jean tidak yakin pada siapa dia akan meminta pertolongan.

"Duh, jatuh."

Jean menoleh, menemukan seorang wanita paruh baya sedang berusaha memungut sesuatu yang terjatuh di dekatnya dengan kedua tangan penuh belanjaan.

Awalnya Jean tidak mau berurusan, namun melihat wanita paruh baya itu mengingatkannya pada Bundanya yang sudah tiada. Hatinya tergerak, membuat kakinya mau melangkah mendekat wanita paruh baya. Memungut ponsel yang terjatuh, lalu menyerahkannya sambil tersenyum.

"Terimakasih," ujar wanita paruh baya yang ternyata terlihat cantik itu.

"Sama-sama Tante, mau saya bantu bawa barangnya?" tawar Jean.

"Nggak usah, nanti ngerepotin."

"Nggak apa-apa, daripada nanti barangnya malah jatuh semua."

Wanita itu tersenyum canggung, Jean menyadari perubahan ekspresi itu.

"Aku bukan orang jahat, aku cuman niat emang mau bantu Tante. Tapi kalau Tante nggak mau juga nggak apa-apa."

"Nggak bukan gitu, kamu cantik. Jarang ada orang cantik sebaik kamu."

Ah, Jean tersipu malu. Rasanya senang jika ada yang memuji dirinya cantik.

Pada akhirnya wanita tersebut mau dibantu oleh Jean, menyerahkan beberapa goodie bag dan sebuah kotak cukup besar yang entah apa isinya pada Jean. Dan mengingatkan agar kotaknya jangan miring apalagi jatuh, katanya kue ulang tahun untuk anaknya. Dan setelah itu wanita tersebut mencoba untuk menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Halo sayang, dimana?"

Jean berspekulasi jika yang diteleponnya itu adalah suaminya.

"Jemput dong, tadi pergi naik taksi soalnya."

Matanya mengamati wanita yang berdiri di sampingnya. Dari ujung kepala hingga ujung kaki diselimuti oleh brand ternama. Nyaris tidak ada satu cacat pada kulit yang terekspos, wajah cantik nyaris sempurna.

"Di depan toko cake yang biasa kamu jemput, ditunggu. Cepetan."

Mengakhiri panggilan itu dengan kata hati-hati di jalan, jangan ngebut. Dia memasukkan ponsel ke dalam tas kecil yang dibawanya, lalu meminta kembali barangnya yang sedang aku bawakan.

"Aku tunggu sampai jemputan Tante datang, nggak apa-apa kok."

"Kamu udah cantik, baik pula. Orang tua kamu pasti bangga punya anak seperti kamu."

Jean sempat menunduk sesaat lalu mendongak dan memasang senyuman terbaiknya.

Mereka bangga? Apa mereka tahu? Aku harap, ya.

Mengobrol singkat soal tujuannya belanja sebanyak ini, iya wanita cantik paruh baya itu mengatakan jika dirinya membelikan banyak hadiah untuk anak pertamanya ulang tahun malam ini.

Jean berpikir keras, memangnya anaknya umur berapa? Kenapa hadiahnya sebanyak ini?

Tak lama sebuah mobil sedan hitam mengkilat berhenti di hadapan kami. Iya posisinya daritadi itu Jean dan Tante cantik ini berdiri di trotoar depan toko yang sudah akan tutup.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang