12. Dia, lagi

268 44 25
                                    

Dari bangun tidur sebenarnya Jean sudah malas untuk bekerja hari ini, ia masih kesal dengan sikap Taevy kemarin. Selain membentak dirinya, Taevy juga meninggalkan Jean dan membuat Jean harus pulang naik angkot.

Dan lagi ketika sampai di rumah Taevy, majikannya yang super duper menyebalkan itu tidak terlihat batang hidungnya sama sekali. Jadi dari sore hingga malam, Jean membantu pekerjaan Mbak Rosi sedikit-sedikit.

Tapi kini Jean sudah melangkah masuk melewati gerbang tinggi berwarna hitam lagi yang mengantarkannya pada penderitaan juga penyiksaan batin. Lebay.

Baru akan melewati teras rumah menuju pintu belakang, langkah Jean terhenti karena seseorang berdiri di ambang pintu dan memanggil Jean. Tapi tidak dengan namanya, melainkan yang lainnya.

"Heh!"

Baru juga datang. "Apa?"

"Beliin rokok."

Jean jadi ingat ucapan Tante Mel, katanya Ibu Anita bilang kalau bisa Jean itu membantu Taevy agar mengurangi konsumsi rokok. Tapi Jean kembali berpikir, kemarin saja sudah diamuk dan Jean tidak ingin perasaannya terluka lagi gara-gara si-tuan-muda-sialan itu.

Jean menyodorkan tangannya malas. "Mana uangnya."

"Pake duit lo dulu."

Menghela nafas jengah, Jean mengiyakan.

"Yang bener beli rokoknya."

"Yang kayak gimana?"

"Marlboro Ice Blast."

Jean mengangguk patuh, lalu di saat dirinya akan balik badan, Taevy kembali menginterupsi.

"Nggak pake lama."

Jean menggerutu dalam hati, udah nyuruh nggak modal pula.

Berjalan ke depan komplek itu bukan sulap, jaraknya lumayan kalau ditempuh sama kaki. Ditambah panas yang lumayan bikin keringetan, padahal Jean baru mandi tapi sudah ingin mandi lagi.

Adem pas masuk mini market, langsung berdiri di depan kasir sambil meminta rokok ke mbak kasirnya. Setelah membayar Jean memasukkannya ke dalam saku lalu keluar dari tempat adem tersebut dan kembali berjalan masuk ke dalam komplek.

Di jalan tidak ada yang menarik perhatian Jean, jadi dia berjalan cepat agar sampai di rumah Taevy. Masuk melalui pintu belakang lalu naik ke lantai atas menuju kamar Taevy.

Mengetuk pintu kamar sebanyak tiga kali, dan terdengar suara seretan sandal dari dalam sana. Pintu dibuka dan menampakkan sosok Taevy dengan muka malas.

Jean menyodorkan sebungkus rokok, lalu diterima dengan baik oleh Taevy. Tapi setelah itu Taevy menatapnya tajam.

"Punya HP nggak sih?" tanya Taevy.

Jean menggeleng. "Rusak."

"Ck, terus kalau gue butuh buat nyuruh lo kayak tadi gimana?"

"Ya kamu tinggal temuin aku, terus suruh aku."

"Ya bukan gitu," Taevy menghela nafas. "Beli HP sana!"

Lah tong? Lo nyuruh beli HP kayak nyuruh beli cabe se-ons di warung.

"Ya nanti," jawab Jean ketus. Ya mikir aja, kalau ponsel Jean tidak rusak ia juga tidak akan mau kerja menjadi pesuruh seperti ini.

"Ya gue maunya sekarang."

"Ya nggak ada uang. Kalau ada uang juga aku udah beli!" yah Jean kelepasan, nada suaranya sedikit meninggi dan nyaris membentak. Nyaris, belum membentaknya kok.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang