9. Basecamp

274 45 41
                                    

Mengepulkan asap di udara sambil memperhatikan setiap manusia yang melintas di hadapannya. Ini sudah rokok ke empat yang dibakarnya semenjak berhasil melewati gerbang sekolah tadi.

Disinilah Taevy, dekat belokan dan bersandar pada sebuah tiang listrik sambil menunggu Jean yang belum kunjung keluar padahal bel sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.

Keadaannya berhasil menyita perhatian, selalu. Namun ya seperti biasa Taevy cuek bahkan tidak peduli jika keadaan dirinya berhasil menjadi pusat perhatian. Sosoknya yang asing, dan wajahnya yang sedikit tampan karena darah campuran mampu membuat para murid khususnya kaum perempuan meluangkan waktu beberapa detiknya untuk meliriknya.

Sementara keadaan Jean masih betah duduk di bangkunya semenjak bel berbunyi tadi. Tidak, dia belum keluar bukan karena malu atas kejadian tadi. Tapi dia sedang mengerjakan pr, kebetulan temannya di kelas lain sudah mendapat pr serupa bahkan sudah diperiksa. Ya jadi bahasa halusnya, Jean menconteknya. Lumayan, jadi nggak usah mikir.

"Gila beneran gila! Asli ganteng banget!" seru Imma.

Gadis itu tidak berhenti mengoceh soal paras Taevy yang tadi sempat menjadi perhatian seisi kelas. Bahkan soal Jeko tadi malam pun terus Imma bicarakan, katanya tampan seperti malaikat. Maklum, Imma jomblo dan liat yang bening juga tampan menurutnya akan merubahnya menjadi spesies alay pemuja lelaki berwajah tampan.

"Panas kuping gue denger lo muji mereka terus."

"Lo nggak tertarik? GANTENG WOY!"

Satu pukulan mendarat di kepala Imma. "Berisik woy! Nggak usah lebay!"

"Lagian lo nggal normal banget! Mereka ganteng gitu!"

"Jeko ganteng, iya dia lucu. Dan majikan gue? Iya gue akui parasnya diatas rata-rata, tapi kelakuannya bisa bikin orang mati berdiri, tau?"

"Terus-terus Iyon Iyon itu, ganteng juga nggak?"

Jean menoleh pada Imma, memberikan death glare dan hal tersebut membuat Imma nyengir lebar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lanjutin nulisnya, nanti terlambat kerjanya."

Jean memutuskan untuk kembali menulis, salah satu alasan mengerjakan pr di sekolah adalah karena sehabis dari sekolah dia harus pulang dan langsung pergi menuju rumah Taevy. Jika menunggu malam mengerjakannya saat pulang dari rumah Taevy, Jean takut kecapean dan ketiduran.

"Eh, tapi gue masih keinget sama cowok ganteng di toko buku itu. Mukanya kayak apa ya ... pasangannya barbie itu siapa?"

"Ken doll."

"Nah mukanya kayak gitu, ganteng banget."

Menggelengkan kepala karena tingkah sahabatnya yang selalu ingat akan wajah-wajah orang tampan menurutnya.

Tahu kan jika kecepatan menulis akan bertambah jika sedang menyalin pekerjaan seseorang? Begitu pun Jean, untuk siang ini dia selesai dalam waktu kurang dari tiga puluh menit.

Kini Jean dan Imma berjalan di koridor menuju gerbang utama, keluar dari gerbang dan berniat untuk menunggu angkot yang melintas. Tapi dasar mata Imma yang cukup jeli dengan keberadaan orang-orang yang parasnya diatas rata-rata, ia pun menyenggol lengan Jean kala melihat sosok Taevy yang sedang asyik mengepulkan asapnya diudara.

"Weh Jen, majikan lo nungguin lo masa."

Jean menatap Imma heran, lalu megedarkan pandangannya dan menemukan tepat seperti apa yang Imma katakan.

"Ngapain dia disitu? Gue kira udah pulang."

"Ya nungguin lo lah, masa nungguin gue?"

Tadinya Jean ingin pergi begitu saja tanpa perlu menghampiri Taevy, tapi rencana berubah saat Taevy menoleh dan pandangan mereka bertemu selama beberapa detik.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang