10. Drama

255 45 14
                                    

Hari ini hari sabtu, sekolah libur. Biasanya Jean mempergunakan hari ini untuk malas-malasan di rumah. Movie marathon bersama Imma, atau menghabiskan waktunya untuk membaca buku.

Tapi kegiatan seperti itu tidak bisa dirasakannya akhir minggu ini, bahkan mungkin setiap akhir minggu minggu selanjutnya. Iya Jean kan sekarang memiliki pekerjaan, satu minggu penuh. Tidak ada libur kecuali jika diperintahkan.

Berat sih, tapi ya gajinya lumayan.

Masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang dan menyapa Mbak Rosi yang sedang mencuci piring.

"Pagi Mbak Oci," sapa Jean.

"Eh Mbak Jean," balasnya.

"Ibu Bapa ada?" tanya Jean.

"Bapa sama Ibu lagi pergi keluar kota, liburan katanya."

"Pantesan Tante Mel sibuk."

"Biasa kalau weekend suka jalan-jalan berdua, biar keliatan kayak anak muda katanya."

"Loh Tata nggak ikut?"

Mbak Oci menggeleng. "Dia nggak pernah ikut, lagian jam segini Mas Tata belum bangun."

"Belum bangun?" mata Jean membulat lebar, tidak percaya. Ini sudah jam 11 siang dan Taevy belum bangun, parah.

"Iya belum. Oh iya tadi Ibu titip pesan, katanya kalau ada Mbak Jean dan Mas Tata belum bangun, suruh bangunin."

Jean mengangguk mengerti, melepas tas kecil yang dibawanya dan menaruhnya di counter lalu berjalan menuju lantai atas ke kamar Taevy.

Gadis itu mengetuk pintu tiga kali, namun tidak ada sahutan dari dalam. Mengetuk pintunya lagi dan tidak kunjung mendapat jawaban. Memberanikan diri, Jean membuka pintu kamar yang masih gelap karena gorden masih tertutup dan seseorang masih mendengkur halus di atas kasur.

Melangkah masuk, membuka gorden lalu menghampiri Taevy yang masih betah tidur dikala matahari sudah tinggi.

"Bangun!"

Kembali tidak ada sahutan, Jean berpikir apakah dia harus menggunakan cara yang sedikit galak atau tidak.

Ragu, akhirnya Jean memberanikan diri untuk mengguncang badan tuan-muda-nya.

"Bangun heh! Udah siang."

Taevy bergerak, melenguh pelan dan merubah posisi tidur. Bukannya bangun, ia malah kembali mendengkur. Jean mengepalkan tangannya, inginnya sih dilayangkan pada tuan-muda-nya tapi kan tidak mungkin.

Baru Jean akan kembali melancarkan aksinya, deringan ponsel menghentikannya. Celingukan, Jean mencari asal suara yang ternyata dari bawah kasur. Tepat di atas karpet, ponsel milik Taevy berdering tanda panggilan masuk dari Jimmy.

Jean meraihnya, ingin menjawab tapi terkesan tidak sopan. Padahal cuman Jimmy, tapi tetap saja ini kan ponsel majikannya. Jadi Jean lebih memilih untuk menaruh ponsel tersebut tepat di samping telinga Taevy.

Keningnya berkerut, mulutnya terbuka, Taevy mulai merasakan tidak nyaman dalam tidurnya karena suara deringan ponsel.

"Ada telepon, dari Jimmy," ujar Jean.

Taevy sadar, namun belum membuka matanya dengan sempurna. Tangannya meraba mencari dimana suara berisik berasal, lalu setelah menemukannya ia melemparnya ke sembarang arah.

"Angkat! Berisik!" protesnya.

Ponselnya nyaris jatuh, belum jatuh baru hampir. Tidak ada pilihan lain, Jean pun menjawab panggilan dari Jimmy tersebut sebelum mati.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang