34. Ulang Tahun

205 35 37
                                    

Suasana sekolah sudah mulai sepi, Jean yang sedang menunggu Taevy di pos satpam sekolah mulai bosan. Pasalnya sudah hampir satu jam Jean menunggu, namun pemuda itu belum kunjung menampakkan batang hidungnya hingga sekarang.

"Kenapa belum pulang dek?" tanya satpam dengan name tag Udin yang baru saja datang menghampiri.

"Masih siang Pak," jawab Jean lalu terkekeh.

"Yeh nanti dicari sama Mama Papanya loh," balasnya.

Jean sempat diam beberapa saat lalu tersenyum ketir, ia malah berharap akan dicari oleh kedua orangtuanya seperti apa kata Pak Udin tadi. Tapi buru-buru Jean menghapus pemikiran tersebut, karena semakin lama dipikirkan hanya akan semakin membuatnya merindukan sosok kedua orangtuanya.

"Lagi nunggu jemputan kok Pak."

"Oh gitu," baru ingin kembali mengajak berbincang, seseorang dari arah kantin memanggil Pak Udin. Membuat dirinya langsung menghampiri orang yang memanggilnya itu.

Jean sendiri lagi, dirinya sudah lelah. Tahu jika akan lama seperti ini tadi Jean lebih memilih untuk pulang bersama Imma, sekarang kalau mau pulang ya tanggung paling sebentar lagi datang.

Mengirim pesan pada Taevy tidak dibalas, ditelepon pun tidak kunjung diangkat. Ujung-ujungnya ponsel Jean mati karena habis batrai, ia lupa mengisi daya ponselnya. Taevy itu entah sekolahnya belum bubaran atau lupa jika dirinya harus menjemput pacarnya itu. Jean kesal, dan bertekad jika sepuluh menit lagi Taevy tidak datang dirinya akan pulang sendiri saja naik angkot.

Selagi memperhatikan ujung sepatunya sendiri, Jean dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis di hadapannya. Ia mendongak dan mengerutkan keningnya karena tidak mengenal siapa di hadapannya sekarang ini.

Kondisinya si gadis ini memakai seragam sekolah hanya saja dibalut dengan jaket, membuat Jean tidak mengetahui darimana asal sekolah gadis dihadapannya saat ini. Tapi Jean tidak peduli juga sih, toh tidak ada urusan dengannya.

"Eh toilet dimana?" tanya sang gadis yang terlihat seperti sedang menahan pipis.

Oh tanya toilet.

Jean menunjuk ke arah belakang. "Di ujung sana."

"Anterin dong, takut nih gue," ujarnya langsung menarik tangan Jean sedikit kasar.

Jean merasa tidak nyaman, menepis tangan gadis itu dengan sopan lalu berjalan cepat di samping gadis tersebut.

"Cepetan, kebelet gila!" omelnya berisik sekali.

Malas untuk menjawab, Jean memilih diam dan mengantarkan gadis itu sampai di depan pintu toilet. Baru Jean akan balik badan dan pergi, si gadis kembali menarik tangan Jean.

"Heh! Jangan ditinggal bege, takut gue. Temenin dong!"

Memutar bola matanya malas dan mendengus kesal. "Sekolah ini nggak ada setannya."

"Ya bodo mau ada setan apa nggak, temenin pokoknya!"

Gadis tidak tahu diri itu kembali menarik tangan Jean kasar agar mau ikut masuk ke dalam kamar mandi. Dalam hati Jean sudah merutuki kelakuan gadis yang baru saja masuk ke dalam salah satu bilik toilet itu. Sudah tidak sopan, kasar pula.

Jean menunggu sesaat, berdiri di depan wastafel sambil memandangi pantulan dirinya dari cermin. Namun lama kelamaan dirinya bosan, ditambah dengan gadis aneh itu belum kunjung selesai dengan urusannya di dalam toilet.

Hendak keluar dan meninggalkan gadis tidak dikenal tersebut. Namun saat baru memegang kenop pintu, seseorang dari luar memutarnya terlebih dahulu dan mendorong pintu. Membuat Jean hampir tertabrak oleh pintu jika telat mundur.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang