Epilogue

347 33 42
                                    

Sepulangnya dari acara penerimaan mahasiswa baru di hari terakhir selesai, seluruh mahasiswa baru bisa terbebas dari rentetan acara dari sebelum matahari terbit hingga tenggelam lagi. Kini mereka semua sudah resmi menjadi mahasiswa bagian dari kampus yang cukup bergengsi di kota tersebut.

Tidak langsung pulang, seorang gadis memilih untuk mengiyakan ajakan teman-temannya untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang. Karena kebetulan di dekat kampus tersebut terdapat banyak restoran atau rumah makan lainnya. Bukan teman baru, melainkan teman di sekolah menengah atas yang kebetulan bisa masuk ke satu kampus yang sama.

Memilih duduk di sudut restoran dan sangat berisik, membuat mereka merasa sudah mengklaim tempat tersebut mulai dari hari ini. Menghabiskan makanan dengan cepat layaknya babi kelaparan, mirip kok, mereka makan nggak pake nafas soalnya.

Bukannya pulang, tapi sekelompok mahasiswa baru ini malah bergosip dan bermain. Iya tipikal kalau ngumpul ya gitu, makannya cuman 10 menit tapi nongkrongnya sampai berjam-jam.

"Ck, truth mulu udah berapa puteran juga. Pokoknya ganti habis ini dare ah," keluh salah satu gadis disana yang rambutnya terurai panjang sepunggung.

"Mampus aja kalau habis ini kamu yang kena," celetuk yang rambutnya pendek sebahu.

"Aku malah berharap kamu yang kena," kata gadis yang memakai kacamata.

Sedangkan gadis satunya yang rambutnya dikuncir satu hanya terkekeh pelan, ia pun mengambil botol dan siap memutarnya. "Udah-udah, mulai aja."

"Dare pokoknya," ujar yang rambut panjang, kepalanya celingukan ke kanan dan ke kiri seakan sedang mencari sesuatu. "Nah, kenalan sama cowok yang pake hoodie di pojokan sana."

Semuanya pun melongo ke arah yang ditunjukkan temannya, terlihat dari sini jika di sudut restoran lainnya terdapat seorang laki-laki tengah duduk sendiri dengan penampilan serba hitam ditambah kepala yang ditutupi dengan topi hoodienya. Ada kabel earphone terlihat menyambung dengan ponselnya di atas meja, ia menunduk sambil menyangga kening menggunakan tangannya sehingga sebagian wajahnya tertutupi oleh tangan tersebut.

"Kalau tuh cowok kayak yang di drama korea sih nggak apa-apa," cetus gadis berambut pendek. "Lah kalau taunya psikopat gila gimana? Ogah dih."

"Lagian emang itu cowok? Bisa aja cewek kali," kata yang berkacamata.

"Udah jangan banyak bacot, kalau ganteng rejeki, kalau jelek ya nasib itu," gadis berambut panjang tersebut merebut botol dari gadis rambut kucir satu, lalu diputarnya tanpa memperdulikan protes dari teman-temannya, dan seketika suasana menegang.

Botol terus berputar, namun putarannya mulai melambat dan keempat gadis itu semakin cemas apalagi ketika botolnya mulai melambat dan mengarah padanya.

Tidak lama botol tersebut berhenti, tepat di hadapan gadis dengan kuncir satu. Semuanya tertawa bahagia kecuali gadis tersebut, kesialan sedang menimpanya.

"Udah sana, kenalan doang," celetuk si rambut panjang yang sudah siap merekam dengan ponselnya.

Gadis kuncir satu berdecak, memasang tampang jelek lalu berdiri. "Ganti deh yang lain, jangan kenalan."

Sang gadis rambut pendek malah mendorong temannya. "Cepet sana ah, kali aja jodoh."

Tidak ada pilihan lain untuk si gadis kuncir satu, berjalan malas keluar dari meja dan menghampiri orang yang ditunjuk temannya tadi. Sebelum melakukan aksinya ia menoleh pada teman-temannya dan minta dikasihani, tapi dasar teman-temannya laknat malah tertawa dan merekam gerak-geriknya.

Sial.

Memutar tubuh lalu berhenti tepat di samping meja seseorang yang mengenakan hoodie, mengeluarkan segenap keberaniannya sang gadis kuncir pun mengulurkan tangan dan menepuk lengan orang tersebut.

"Permisi," ucapnya sopan.

Yang memakai hoodie menurunkan tangannya dari wajah lalu mendongak, hal tersebut membuat keduanya membeku di tempat. Bola mata melebar dan degup jantung yang mulai berubah menjadi tidak karuan.

Keduanya tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini, hidup penuh dengan kejutan. Bintang hitam yang sudah tenggelam pun kini muncul ke permukaan, menyapa bima sakti dengan ramah dan berharap kembali mendapatkan tempat sebelumnya.

Sudut bibir pemuda berhoodie tertarik sedikit ke samping, tatapan tajamnya tidak beralih sedikit pun dari gadis di hadapannya.

"Apa kabar, Jeno?"


  ★ ★ ★  


akhirnya cerita gaje ini tamat

wohoooo!

terimakasih buat semua dukungannya.

terimakasih juga buat vote dan komennya.

saya tau cerita ini jauh dari kata sempurna, karena memang nggak ada yang sempurna kan ya hehe.

yang mau komen cerita ini dari awal sampai akhir, sini sini penuhin kolom komennya.

ada yang mau kritik dan saran? boleh sini

ada yang mau bertanya seputar ceritanya? takutnya ada yang belum dimengerti, bisa tanya disini.


setelah berpikir, ada niatan buat bikin sequel atau side-story dari cerita ini.

kira-kira mending bikin sequel? side-story? atau nggak usah aja? wkwk

oke segitu aja

sampai bertemu di ceritaku yang lainnya (kalau ada yang mampir) hehe

bye bye!


Je

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang