39. Answer

183 31 40
                                    

Kasus kecelakaan enam tahun lalu membuat geger publik karena tengah diberitakan di semua media. Perkara misterius akhirnya terungkap dengan jelas, dan kebetulan berkat kasus tersebut membantu membongkar kasus lainnya yang masih menjadi teka-teki selama ini.

Permainan rapih dari seorang pembunuh bayaran terbongkar oleh darah dagingnya sendiri. Tidak hanya itu, tapi akibat kasus tersebut banyak menyeret nama-nama besar pemilik perusahaan.

Khusus untuk kasus pembunuhan di jalan tol dengan motif kecelakaan berhasil menyeret presiden Aerospace Company ke meja hijau, tidak ada alasan lain selain dendam. Ia tidak terima setelah ia mengetahui jika istri yang baru saja dinikahinya tengah hamil oleh lelaki lain, yang tidak lain dan tidak bukan adalah mantan pacarnya— Zidan Malik; Alm Ayah dari Jean.

Itulah alasan kenapa putra sulung Alana kerap kali dikatakan anak haram oleh Kakek tirinya. Kehamilan berjalan tiga bulan, dan Adam menikahi Alana. Setelah mengetahuinya karena dilakukan tes DNA saat sang bayi lahir, tidak ada yang bisa dilakukan Adam selain menerima kenyataan menyakitkan itu, ia masih mempertahankan Alana bahkan sampai saat ini karena ia sangat mencintai wanita itu.

Tahun demi tahun semuanya berjalan biasa, sampai Adam bertemu dengan Bram dan timbul lah rencana keji untuk membalaskan dendam.

Sudah lebih dari satu bulan semenjak terungkapnya kasus besar itu, polisi berhasil menangkap dalang dari kasus tersebut. Namun tidak dalam keadaan hidup, pelaku terus berusaha melarikan diri sampai pada akhirnya polisi harus menembakkan sebuah peluru dan tepat mengenai hatinya. Tidak hanya satu atau dua hari, butuh hampir dua minggu untuk menemukannya.

"Naya, udah beres semua?" tanya Melly yang baru saja keluar dari kamarnya sambil menggeret sebuah koper besar.

Jean yang sedang melamun sambil menatap barang miliknya yang berjajar pada meja di hadapannya. Ia memejamkan mata dan hal tersebut membuat buliran air mata jatuh membasahi pipinya, buru-buru ia menghapusnya dan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Semua hadiah yang Taevy berikan dari awal bertemu ia jajarkan di atas meja, meraih beberapa barang lalu dimasukannya ke dalam tas gendongnya.

Jean mendongak lalu mengangguk, berdiri dari sofa lalu berjalan keluar sambil menggendong tas juga menggeret koper besar miliknya.

"Nggak akan berubah pikiran buat tinggal di Jakarta lagi aja?" tanya Jimmy. Laki-laki itu sudah kemari sejak pagi-pagi buta saat temannya memberitahu jika dirinya akan pindah keluar kota.

Jean menggeleng lalu tersenyum, tidak tahan Jimmy pun menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Pertahanan Jean runtuh, air mata kembali mengalir di pipinya.

"Dia nggak salah Nay, Papanya yang salah," bisik Jimmy tepat di telinga Jean. "Dia kalut, Papanya meninggal."

Tangisan Jean semakin menjadi, pelukannya menjadi lebih erat. Jean tidak kalah kalutnya, ia tidak tahu harus bagaimana, ia bingung, yang ia rasakan hanyalah sesak dan rasa sakit.

"Dia sayang sama kamu Nay."

Jean melepaskan pelukaan Jimmy, membuat pemuda itu menghapus air mata Jean dan menarik dagunya. "Kasih dia kesempatan buat bicara sama kamu, satu kali aja."

Tidak merespon, Jean menurunkan tangan Jimmy dan melenggang sambil menarik kopernya. Sebelum masuk ke mobil Jean langsung memeluk Imma yang sedaritadi menunggunya, keduanya menangis bersama.

"Lo itu batu, gue tau lo kuat. Oke?" ujar Imma sesaat setelah melepas pelukannya, menghapus air mata sahabatnya dan tersenyum lebar. "Nanti gue kuliah di Bandung, kita harus satu kampus!"

Jean mengangguk, kembali memeluk Imma sesaat lalu melepaskannya. Jean melambaikan tangan pada Imma dan dengan berat hati lalu masuk ke dalam mobil. Di luar mobil Imma kembali menangis, tidak tahu apa yang ditangisinya tapi yang pasti melihat sahabatnya hancur begitu membuat hatinya sakit. Tadinya Imma ingin ikut ke Bandung, tapi Papanya sedang sakit dan tidak bisa ditinggal.

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang