13. Kena Sial

254 44 20
                                    

"Dia ngulurin tangannya gitu dan bilang, hai aku Nada pacarnya Kak Julian. Anjir! Penting banget gitu semua orang harus tau dia itu pacarnya Kak Julian? Sebel gue!"

Padahal pagi ini terlihat cukup cerah, tapi mulut Jean tidak bisa berhenti mengoceh tentang apa yang terjadi kemarin. Imma saja yang mendengarnya sampai ingin memasukkan sepatu ke dalam mulut Jean yang berisik semenjak dari naik angkot tadi sampai masuk ke pintu gerbang dan berjalan di koridor utama.

"Iya tau lo sebel, tapi gue lebih sebel karena udah denger puluhan kali Jen!" omel Imma.

"Ya terus ngapain si Kak Julian gitu ke gue coba kalau dia udah punya pacar? Bikin baper aja!" keluh Jean sambil memajukan bibirnya.

"Ada dua kemungkinan, pertama mungkin dia bosen sama pacarnya, yang kedua mungkin dia ... bosen."

Satu pukulan mendarat di bahu Imma. "Bego!"

"Terus kemarin abis itu gimana? Lo nggak cerita gimana cara lo pulang dari tukang loteknya."

Seketika bahu Jean merosot, malas untuk menceritakan karena kejadian kemarin bisa masuk dalam kejadian buruk dalam sejarah hidup Jean. Bukan buruk sih, lebih mendekati miris.

"Nggak mau cerita!"

"Alay najis!" Imma berhasil menoyor kepala Jean.

"Miris! Anjir miris!" Jean mengucapkannya dengan nada dramatis dibuat-buat. "Sakit hati gue!"

"Ya kenapa?"

"Ya anjir! Masa dia malah pergi sama ceweknya? Gara-gara si Nada Nada itu minta anter kemana, taulah!"

"Lo pulang sendiri? Naik angkot?"

"Iya! Brengsek memang!"

Tawa Imma pecah, bahkan ia terlihat sampai berusaha menutupi mulutnya sendiri yang terbuka lebar akibat tertawanya. Hal tersebut jelas saja membuat Jean bete.

"Sumpah, sakit perut gue pagi-pagi. Mana belum sarapan," Imma masih tertawa, kini ia sambil memegangi perutnya.

"Bukan temen!" sentak Jean kesal, mendorong Imma dan berjalan duluan masuk ke dalam kelas.

Sampai di kelas Imma masih menyisakan tawanya, menyimpan tas lalu menepuk bahu Jean. "Ya lo ngapain ngambek? Si Nada kan ceweknya si Kak Julian, suka-suka mereka lah mau pergi kemana juga."

"Ya tapi kan Kak Julian bikin gue baper!"

"Ya itu salah lo sendiri kenapa pake baper segala sama Kak Julian."

"Ngomong sama lo nggak bantu sama sekali emang."

"Ya makanya kalau suka sama orang itu pake otak juga, jangan hati aja."

Satu toyoran mendarat lagi di kepala Imma. "Kalau ngatain orang itu ngaca dulu!"

Tidak ribut-ribut lagi, mereka bergegas mengenakan atribut lengkap untuk ikut upacara di lapangan sekolah. Bersama siswa lainnya, Jean juga Imma berbondong-bondong menuju lapangan.

Belum sampai di lapangan, beberapa pasang mata melirik ke arah Jean sambil tertawa sembunyi-sembunyi. Yang lainnya ada yang menatap Jean dengan tatapan aneh, membuat Jean menoleh pada Imma sambil menekan-nekan pipinya.

"Ada yang aneh di muka gue?" tanya Jean.

Imma meneliti sesaat lalu menggeleng. "Nggak ada, kenapa?"

"Orang-orang liatin gue, aneh."

"Lo mandi nggak?"

"Ya mandi lah onta!"

"Ya kalau gue kan liat lo mandi atau nggak mandi sama aja, nggak ada bedanya jadi susah bedainnya."

"Sialan Imro!"

BLACK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang