Kino masih sibuk dengan kegiatannya bermain game pada ponselnya. Semenjak cowok itu datang ke ruang rawat Wooseok, cowok itu tidak bicara apapun. Dia malah langsung duduk begitu saja lalu bermain game sampai sekarang. Wooseok diabaikan. Entah apa tujuan cowok itu mengabaikan Wooseok.
Wooseok yang tak nyaman dengan suasana disana malah menghampiri Kino yang duduk santai di kursi dekat balkon.
"Sebenernya ngapain lo kesini?"
Kino menoleh sebentar sebelum kembali melihat ponselnya, "Ya kunjungin lo lah, ngapain lagi?"
"Nggak mau nanya apa lo sama gue?" pancingnya kemudian.
"Nanya apaan? Tujuan gue kesini berkunjung bukan wawancarain elo. Berasa penting banget ditanyain,"
Wooseok menekuk wajahnya kikuk, sejak kapan Kino banyak bicara seperti seorang cewek sekarang.
"Lo udah kunjungin gue kan? Yaudah balik sono,"
Kino menutup aplikasi game nya lalu berdiri di depan Wooseok.
"Ngusir nih?"
"Kok lo jadi bacot gini?"
"Suka-suka gue dong, kan yang bacot gue. Ribet lo," katanya lagi sebelum berjalan ke area pantry untuk menyeduh teh hangat.
Wooseok menghela nafas. Sudah dua tahun dia mengenal Kino, namun baru kali ini sikapnya benar-benar tak bisa ditebak.
"Balik sono lo ke Seoul, gue nggak perlu lo disini,"
"Gue juga nggak perlu lo, jadi anggep aja gue nggak ada,"
"Percuma gue ngomong sama orang kayak lo,"
"Yaudah nggak usah ngomong sama gue lah, masih juga lo nyaut,"
Wooseok diam. Tak ingin melanjutkan obrolan yang tak kan pernah usai itu dengan Kino. Cowok itu benar-benar menyebalkan untuk saat ini. Wooseok memilih duduk di tempat tidurnya lagi dan mengabaikan semua yang dilakukan oleh Kino. Terserah cowok itu ingin berbuat apa, dia tak peduli.
***
Mereka terjebak macet sekarang. Bagaimana tidak? Beberapa akses jalan menuju Seoul sudah ditutup karena adanya parade penutupan tahun dan beberapa acara festival. Seharusnya dua jam perjalanan mereka sudah tiba di Seoul, tapi sepertinya tak memungkinkan dengan keadaan sekarang ini.
Yein melihat ponselnya, dan terlihat jelas disana waktu sudah menunjukkan pukul 20.09. Sebenarnya mereka sudah tiba dirumah tapi saat ini kendaraan sedang padat di depan sana dan tak memungkinkan mereka akan sampai dengan tepat waktu.
"Ngapain lo liat hape?" tanya Chanwoo pada Yein.
"Kepo,"
"Bego,"
"Lo yang bego,"
Chanwoo memilih tak menanggapi ucapan Yein. Cowok itu malah melipat kedua tangannya di dada lalu menyender pada kursi kemudian memejamkan matanya.
Jungkook dan Jaehyun yang melihatnya hanya diam, tak berani berkomentar.
"Banyak jalan yang bakal ditutup. Bisa-bisa besok pagi kita baru sampe rumah," kata Jaehyun dari balik kemudinya.
"Yaudah taon baruan dimobil, gampang,"
"Enteng banget lo ngomong Nu,"
"Ngomong ya enteng lah, emang lo ngomong sambil makul beras sekarung? Ya pasti berat,"
Yein hanya mendecakkan lidahnya kesal mendengar ucapan Chanwoo.
"Telpon pak Ahn Ka, kita nginep di Gangnam. Kalo ke Seoul kayaknya bakalan macet total,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pavlova [98 LINE] {1} - COMPLETE
FanfictionKisah manis Yein yang hidup di keluarga Jung. Dimana ia menjadi putri bungsu sekaligus anak perempuan satu-satunya disana. Meski dia yang bungsu disana, namun yang menerima santapan bullyan hampir setiap hari adalah si Sulung Jahe. Bagaimana kisah...