32 - Kenapa Bukan Aku?

191 37 1
                                    

Kino memegang kepalanya yang terasa berat. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya terang yang membuatnya silau. Cowok itu beralih menatap sekitarnya, tak ada apapun disana selain dirinya yang berada ditempat sempit yang tertutup tirai.

"Arghh, kepala gue," ringisnya kecil. Sebelah tangannya menekan kepalanya kuat, berusaha menghilangkan rasa sakit dikepalanya.

"Gue dimana sih," tanyanya lebih pada dirinya sendiri.

Cowok itu menyibak tirai yang menyerungnya. Karena terlalu keras, dia bahkan tak menyadari kalau dirinya juga membuka tirai tempat disebelahnya. Betapa terkejutnya dia mendapati seseorang yang ingin ditemuinya disana terbaring.

Senyuman manis terpantri diwajahnya yang masih pucat. Baru saja kakinya akan melangkah, terdengar satu suara yang masih terngiang dipikirannya.

"Apa arti gue buat lo In?"

"LO NGGAK PUNYA ARTI KHUSUS BUAT GUE."

Percakapan kecil antara dirinya dan Yein. Namun membuat hatinya menohok mendengar jawaban cewek itu tentangnya.

Kino terhenti. Dia tidak bisa melangkahkan kakinya lebih dari tempatnya sekarang. Meskipun dia juga tak ingin menyerah, tapi jika menjauh bisa membuat Yein kembali seperti dulu, dia akan mengalah untuk perasaannya. Ya, baginya melihat Yein dari jauh sudah lebih dari cukup. Dan dia tak bisa melakukan hal yang lain selain itu.

***

Tiga hari telah berlalu. Aktivitas sekolah berjalan seperti biasanya. Dan selama tiga hari ini Yein ijin. Yang justru menimbulkan kabar burung yang menyebar sekitar lingkungan sekolah. Teman-temannya juga tak tahu bagaimana kabar Yein saat ini. Cewek itu seakan menghilang untuk beberapa hari. Dan itu menimbulkan pertanyaan, dimana sebenarnya Yein? Bahkan Wooseok dan Chanwoo seakan tutup mata perihal absennya Yein disekolah. Jaehyun dan Jungkook juga tak banyak bicara. Mereka lebih banyak bungkam. Entah apa yang telah terjadi.

"Masih nggak ada kabar tentang Yein?"

Eunseo mengangguk. Membenarkan pertanyaan SinB.

"Yein dimana sih? Kalo ada masalah seharusnya dia cerita. Ngilang kayak gini malah nggak nyelesaiin masalahnya," kini Pinky ikut menambahkan.

"Grup jadi sepi, nggak ada yang rusuh lagi," mendengar ucapan Eunwoo membuat mereka berenam tertunduk lemas diatas meja kantin.

"Gue left aja dari grup. Grup udah nggak asik lagi," sunggut Pinky yang ancang-ancang sudah memegang ponselnya.

"Janganlah bego! Kalo ada berita apa-apa gimana? Gue nggak mau BC ke lo,"

"Btw Bi? Lo nggak nanyain Yein ke Chanu?"

SinB mengaduk minumannya tanpa selera, lalu memandang Dahyun yang bertanya padanya.

"Boro-boro nanya Yein dimana, nyautin sapaan gue aja ogah,"

Semuanya lantas mengangguk dengan lemas, "Gue harap Yein baik-baik aja,"

"Hmm,"

**

"No, pulang nanti kita futsal bareng yok!"

Kino menutup buku musiknya lalu bangkit menjauhi Yuto yang mengekor dibelakangnya. Cowok itu berhenti pada lokernya, lalu meletakkan buku musik didalamnya.

"Gue ada latihan vokal hari ini, bentar lagi pensi,"

"Ah lo nggak seru," sahut Yuto tak bersemangat.

"Ajak temen-temen yang lain, gue bener-bener nggak bisa,"

"Sekali doang nggak latihan nggak bikin suara lo sumbang kok No. Ayolah, jarang-jarang nih gue ajakin lo,"

Kino menutup lokernya, lalu beralih pada Yuto, "Makanya cari pacar. Biar nggak kesepian. Jadi lo nggak perlu ngajakin orang-orang buat nemenin lo,"

Yuto tersenyum masam mendengar ucapan Kino padanya. Temannya itu sudah banyak berubah sekarang, "Sialan lo ngomong! Emang situ taken? Jomblo teriak jomblo,"

"Gue emang jomblo, tapi nggak kesepian kayak lo,"

"KINO SIALAN!!"

***

"Hai No!"

Kino menoleh pada Dahyun yang duduk disebelahnya, "Oh, Hai."

"Lo udah sembuh'kan?"

"Udahlah, seorang Kang Kino nggak akan sakit lebih dari sehari,"

"Bego,"

Kino terkekeh kecil mendengar umpatan Dahyun padanya.

"Oke, udah berani ngatain gue ya, lo sekarang."

"Berani lah, ngapain juga takut sama lo. Idih, nggak banget!"

"Fine, Kim Dahyun. Jangan salahin gue kalo lo minta ampun ya?" Kino bangkit dari tempatnya dan mengejar Dahyun yang sudah berlari jauh didepannya. Cewek itu berhasil membuat Kino kembali seperti dulu. Ya, untuk sekarang.

***

Wooseok masuk kedalam rumahnya dengan wajah yang suntuk. Rumah yang semula terlihat ramai itu dalam sekejap sudah berubah menjadi tempat yang tak berpenghuni. Ada yang salah disini. Dan semua anggota keluarga sudah tau jawabannya.

"Aku pulang," terdengar suara dari belakang. Tanpa menoleh pun cowok itu tahu siapa yang datang.

"Gue mau makan diluar, lo mau nitip?" Jaehyun muncul dari tangga, lalu menghampiri Wooseok dan Chanwoo yang masih berada diruang keluarga.

Dalam sekejap kebiasaan dirumah ini sudah berubah. Tak ada kumpul untuk makan bersama lagi, tak ada yang akan berteriak pada mereka lagi, tak ada yang mengumpat, dan tak ada lagi seseorang yang akan ngambek karena kejahilan mereka. Semuanya telah berubah. Wooseok lebih banyak menghabiskan waktu dikamarnya, Chanwoo selama beberapa hari ini tak berselera makan dan Jaehyun sudah tiga hari ini menghabiskan waktunya diluar, yang hanya akan pulang ketika dia sudah sangat lelah.

"Gue nggak laper," sahut Wooseok sambil membawa tasnya ke kamar.

"Gue lagi nggak selera, Bang." sahut Chanwoo sambil merebahkan tubuhnya diatas sofa.

"Oke. Baik-baik lo dirumah. Gue nggak mau nerima kabar penemuan mayat dirumah,"

"Gue nggak sebego elo!" kata Wooseok tak terima.

"Gue belum kepikiran, coba gue pikir-pikir dulu nanti," sahut Chanwoo tenang.

Jaehyun tak menanggapi ucapan keduanya dan malah berlalu dari balik pintu.

**

Seseorang berdiri dihadapan bangunan kokoh minimalis yang dulu sempat menjadi tempat tinggalnya bersama orang-orang yang mengasihinya. Namun waktu telah berubah. Dia bukanlah bagian dari tempat itu lagi. Ya, sama sekali bukan.

Puas melihat bangunan itu cukup lama, dia berbalik untuk pergi. Namun sesuatu cukup mengejutkannya.

"Mama?! Papa?!" pekik seseorang itu kemudian.

"Mama tau semuanya sayang,"

****

----Pavlova----

Pavlova [98 LINE] {1} - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang