Semuanya terjadi begitu cepat. Sejak insiden itu. Kino langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Kondisinya sudah sangat kritis ketika ambulan tiba. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena tertutup darah segar yang mengalir deras dari tempurung kepalanya. Tak ada yang diijinkan mendekat kecuali para guru. Semuanya sangat terkejut, terutama bagi Yein yang melihat kondisi Kino yang sangat buruk tepat didepannya.
Seketika Auditorium langsung disterilkan dari semua orang, garis kuning polisi terpasang diarea panggung.
Untuk pertama kalinya acara Festival Sekolah gagal diadakan tahun ini.
*
Yein langsung berlari mengejar mobil Ambulan yang akan membawa Kino kerumah sakit, namun dengan sigap Wooseok dan Chanwoo langsung menghentikannya.
"Minggir! Gue mau liat kondisi Kino,"
"Apa lagi yang mau lo liat?! Lo bukan dokter yang bisa nanganin Kino sekarang!"
Yein tak peduli dengan Wooseok yang kini membentaknya. Air mata cewek itu sudah mengalir deras. Dia sangat sedih. Segala pikiran buruk langsung menghantuinya, perasaannya kembali tidak tenang.
"Enggak! Biarin gue liat Kino, Seok!"
"Enggak akan gue biarin lo kemana-mana. Lo diem disini bareng kita," kali ini Chanwoo ikut menghentikan Yein yang mulai meronta.
Kaki Yein langsung melemas, tubuhnya langsung merosot kebawah. Dia menangis, seketika Wooseok dan Chanwoo ikut merasakan apa yang dirasakan cewek itu.
Wooseok merendahkan tubuhnya, dia berjongkok didepan Yein. Meraih kepala cewek itu kedalam pelukannya.
"Kino pasti baik-baik aja, lo nggak usah khawatir," Yein menggeleng, namun tidak sanggup bicara karena tangisannya semakin keras.
Wooseok dan Chanwoo saling pandang, sebelum mereka menghela nafas bersama-sama.
***
Jang Nara langsung pergi kerumah sakit setelah menerima kabar jika putra bungsunya mengalami kecelakaan disekolah. Raut wajahnya sangat khawatir dan panik, bahkan dia tak menyadari jika sejak tadi Minhyuk memanggilnya.
"Mama?" Nara sontak berhenti ketika Minhyuk menyentuh pundak sang Ibu untuk mengembalikan fokus wanita itu.
"Minhyuk! Kenapa kau disini?! Kenapa kau tidak bersama adikmu sekarang?! Apa yang terjadi?! Katakan pada Mama, Minhyuk,"
Minhyuk langsung memeluk Ibunya agar wanita itu merasa sedikit tenang, "Sstt, Kino ada ditangan Dokter yang tepat sekarang. Mama nggak perlu khawatir ya?"
Nara mengangguk kecil, namun rasa cemasnya sebagai seorang Ibu sama sekali tidak hilang ketika Minhyuk mengatakan hal itu.
Beberapa Dokter berlarian menuju satu ruangan. Minhyuk mengenal salah satunya sebagai Dokter spesialis saraf, tapi untuk apa beliau ada disini, sedangkan tak ada pasien yang mengalami penyakit saraf. Tunggu, otak Minhyuk langsung berhenti. Tidak mungkin Dokter itu datang untuk adiknya bukan? Dia harus pastikan Kino baik-baik saja, sebelum Ibunya tahu, atau masalah baru akan muncul.
"Mama tunggu disini sebentar, Minhyuk mau cek kedalam,"
Nara mengangguk setuju, diperhatikan putra sulungnya itu berlari masuk kedalam ruang ICU.
**
Begitu tiba di ruangan sekitar ICU, seorang Dokter keluar dari sana. Dokter yang menangani adiknya saat ini.
"Maaf Minhyuk, kami tidak bisa menyelamatkan adik bungsumu. Maafkan kami,"
Seketika pikiran Minhyuk terhenti saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pavlova [98 LINE] {1} - COMPLETE
FanfictionKisah manis Yein yang hidup di keluarga Jung. Dimana ia menjadi putri bungsu sekaligus anak perempuan satu-satunya disana. Meski dia yang bungsu disana, namun yang menerima santapan bullyan hampir setiap hari adalah si Sulung Jahe. Bagaimana kisah...