Dahyun saat ini sangat panik melihat Kino yang tak sadarkan diri didepannya. Segerombolan orang-orang hanya berdiri melihat mereka, namun ada satu orang yang kemudian menghubungi ambulan untuk datang. Hingga saat ini ambulan belum juga tiba dilokasi. Sepertinya mereka sibuk karena hujan turun dengan sangat deras dan sudah dipastikan kalau kecelakaan juga pasti terjadi dimana-mana.
Tiba-tiba seseorang datang menerobos kerumunan itu. Dahyun sudah hampir menangis melihat Kino tak juga kunjung sadar dan suhu tubuhnya sangat panas sekarang. Seseorang itu berdiri disebelah Dahyun, sosoknya yang tinggi besar menatapnya datar.
"Tolong bantu gue bawa Kino ke mobil,"
Dahyun lambat mencerna apa yang baru saja orang itu katakan padanya. Namun orang-orang disana langsung tanggap, dan membawa Kino kedalam mobil orang itu.
Melihat Dahyun yang masih mematung ditempatnya membuat orang itu menghela nafasnya, "Lo masih mau tetep disini? Atau ikut gue bawa Kino kerumah sakit?"
Masih tak mendapat reaksi apapun, orang itu kemudian meraih tangan Dahyun dan membawa cewek itu untuk masuk kedalam mobil. Menunggu cewek itu menjawab pertanyaan hanya akan membuang waktu yang sangat berharga. Karena itu tak ada pilihan lain untuk membawanya ikut serta bersama.
Orang itu berbalik untuk membubarkan kerumunan orang-orang disana, "Mereka teman-teman saya. Terimakasih sudah membantu," katanya sambil menundukkan kepalanya singkat.
Tak ingin semakin banyak membuang waktu, orang itu segera masuk kedalam mobilnya dan mobil itu langsung melesat dengan cepat.
***
Jungkook menatap sepupu perempuannya itu dengan tatapan sedih.
"Apa yang sebenernya lagi lo sembunyiin dari kita semua In?"
Tak lama seorang Dokter menghampiri Jungkook yang berada disebelah Yein.
"Anda keluarganya?"
Jungkook langsung menoleh pada Dokter disebelahnya, "Ya, saya kakak sepupunya,"
"Bisa kita bicara sebentar? Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan pada Anda mengenai kondisi pasien,"
"Baik Dok,"
"Silahkan ikuti saya,"
Jungkook langsung pergi mengikuti Dokter itu dan meninggalkan Yein yang masih terlelap seorang diri.
***
Jaehyun memukul stirnya dengan frustasi. Faktanya dia masih belum menemukan juga adiknya itu. Jika saja Yein membawa ponselnya atau uang mungkin dia tak akan sefrustasi ini. Adiknya itu pergi dari rumah dengan keadaan diluar sedang hujan deras seperti ini. Tidak ada keanehan yang terjadi sebelumnya dirumah sampai adiknya itu pulang cukup larut dengan kondisi yang lusuh seperti tadi. Ia hanya berharap tak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya, jika ada ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena gagal menjadi figur kakak yang baik bagi si kembar. Meskipun terkadang mereka juga membuatnya merasa kesal. Tapi ia adalah seorang sulung, dan bohong jika dia tak peduli pada tiga adiknya itu.
"Bang, kita mau nyari Yein kemana lagi?"
Jaehyun menoleh pada Chanwoo yang sudah terlihat sangat mengantuk disebelahnya kini. Diantara mereka bertiga hanya Chanwoo lah yang memiliki sikap tenang ditengah situasi seperti ini. Jika dibandingkan dengan Wooseok yang sangat protektif pada Yein, ataupun seperti dirinya.
"Lebih baik lo tidur Nu. Biar nanti gue cari sendirian,"
Chanwoo dengan rasa sedikit bersalah mengikuti saran Jaehyun untuk tidur, karena dia tak terbiasa bergadang seperti ini. Ditambah cuaca sangat mendukung untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pavlova [98 LINE] {1} - COMPLETE
FanfictionKisah manis Yein yang hidup di keluarga Jung. Dimana ia menjadi putri bungsu sekaligus anak perempuan satu-satunya disana. Meski dia yang bungsu disana, namun yang menerima santapan bullyan hampir setiap hari adalah si Sulung Jahe. Bagaimana kisah...